Di Balik Dapur Pembuatan "Chang, Pejuang Tanah Timur"

Asli, seru! Ini pengalaman pertama yang patut dinikmati senikmat-nikmatnya! Saya baru tahu menulis novel ternyata penuh perjuangan, capek, kadang bosan, hilang ide, dan asyik!!! Ketika memasuki bagian kedua Chang, Pejuang Tanah Timur sebenarnya saya merasa mati langkah. Mau diapakan dan dikemanakan naskah ini? Saya bingung melanjutkan. Lama menatap layar laptop dan *ehem* tulisan tidak juga rampung.

Total ada lima orang yang saya racuni untuk ikut kegiatan keren ini. Kini kami tengah berlomba dengan waktu demi menyelesaikan naskah impian. Kami juga bertarung dengan rasa jenuh yang acap kali hampir dan menekan-nekan semangat untuk menguap. Sungguh fantastis! Jika rata-rata dalam sehari saya bisa menulis paling banyak 1000 kata, sekarang saya ditantang untuk menulis lebih banyak lagi.Hari kedua, hari ini, saya telah membuat bagian kedua dan ketiga naskah yang bila ditotal hampir tiga ribu kata. Berkembang, bukan? ^_^

Lalu bagaimana proses penciptaan naskah ini?



Awalnya saya langsung menulis tanpa berpikir panjang. Saya tidak menyiapkan timeline atau storyline atau apalah itu namanya. Saya hanya membiarkan jemari mengetik dengan bebas. Ternyata ini bukan cara yang tepat. Setelah bagian satu selesai, saya mulai kekeringan ide. Jadi saya berusaha keras memancingnya. Pagi ini, setelah membaca tulisan teman-teman J50K, saya memutuskan lanjut. Jadilah bagian dua. Namun saya masih merasa kurang. Lima puluh ribu kata dalam 31 hari bukanlah sesuatu yang mudah diwujudkan. Mengistirahatkan diri, saya menyalakan televisi. Wah, ada acara bagus di National Geographic. Berkisah tentang perjuangan Rae Leung yang hidup dengan kanker di paru-parunya. Saya terhenyak dengan kalimat adik perempuan Rae, "Ketakutan terbesar saya adalah jika Rae merasa takut." Ya, menuerutnya, jika Rae sendiri takut dengan penyakitnya dan masa depannya ini akan lebih menghancurkan dan mematikan semangat hidupnya.

Akibat mendengar kalimat ini, saya langsung mematikan televisi dan buru-buru menyapu rumah. Setelah rumah rapi, saya kembali mengetik di laptop. Bagian ketiga mengalir lebih lancar. Sekarang tinggal memikirkan bagian keempat. Meski kemarin saya telah memikirkan garis besar naskah ini, tidak menutup kemungkinan saya menuliskannya berbeda. Penasaran? Ikuti terus perkembangan cerita di blog ini juga curhat-curhat saya selanjutnya tentang proses menulis naskah Chang, Pejuang Tanah Timur. Mari :)

2 Komentar

  1. wah, semoga penulisannya lancar.
    Saya sebagai orang yang teracuni ngga terima kalo yang ngeracunin saya ngga bisa menyelesaikan tantangan ini.
    Ayo barengan selesainya!!!
    Hidup Geng Racun... *Apa ini? diluar skenario..:)

    BalasHapus
  2. mana ada orang yang diracun malah ngaku -,-

    BalasHapus
Posting Komentar
Lebih baru Lebih lama