Inheritance yang Penuh Drama

alagaesia.com
Halo semua :D Sudah baca Inheritance, belum? :D

Inilah buku terakhir yang menutup perjalanan tetralogi Warisan yang diciptakan Christopher Paolini kurang lebih dua belas tahun silam. Kemunculan buku penutup tetralogi ini memang cukup lama dan dinanti-nantikan oleh para penggemar. Nampaknya kisah dalam tetarlogi Warisan berjalan makin seru dari waktu ke waktu, ditandai dengan makin tebalnya ketiga novel setelah Eragon.

Dari keempat buku yang telah ditulis Christopher Paolini yaitu Eragon, Eldest, Brisingr, dan Inheritance, seri terakhir paling banyak menawarkan bagian yang emosional. Meski bagian pertempuran melawan Raja Galbatorix tetap paling banyak ambil bagian, titik-titik drama di beberapa bab justru lebih memikat dan menarik.



Alkisah Eragon dan Varden berusaha merebut satu per satu kota di bawah kuasa Kekaisaran yang dipimpian Raja Galbatorix yang kejam. Korban jiwa berjatuhan dan perang tak terelakkan. Walau kalah dari segi jumlah, kekuatan, dan persenjataan, kelompok Varden yang dipimpin Lady Nighstalker alias Nasuada tetap optimis dalam pertempuran. Semangat mereka makin menyala melihat Eragon dan Saphira di barisan terdepan.

Di sini Christopher Paolini, seperti biasa, sukses menyajikan pertentangan batin antartokoh. Masing-masing tokoh mendapat porsi yang cukup untuk mengembangkan karakternya sebagai bumbu dari plot. Tiap karakter tersebut mendominasi kisah dan membuat pembaca seakan terhenyak karena menonton film yang hebat.

Inheritance kurang menonjolkan sisi pertempuran jika dibandingkan dengan Eldest atau Brisingr. Awalnya saya banyak berharap bila Christopher Paolini akan menyuguhkan duel yang bikin takjub antara Eragon dan Raja Galbatorix. Sayang, hasil eksekusi di luar dugaan. Cenderung antiklimaks. Entah hanya perasaan saya atau ekspektasi saya terhadap seri penutup tetralogi ini terlalu besar.

Seperti yang saya katakan di awal, titik-titik drama dalam Inheritance terasa memikat, tapi penyisipannya terasa pas dan membekas. Kisah antara Roran dan Katrina atau Eragon dan Arya menimbulkan romantisme yang kental. Dialog-dialog sederhana antara Roran dan Katrina yang terkesan biasa-biasa saja dan layaknya keseharian pasutri justru menjadi salah satu ramuan mujarab yang membuat pembaca hanyut. Sementara tarik ulur antara Eragon dan Arya yang rumit akhirnya menemukan klimaks setelah terombang-ambing dalam tiga buku sebelumnya. Eragon menemuhi takdirnya dan Arya mencairkan hatinya.

Kisah cinta Nasuada juga diangkat dalam Inheritance. Namun kisahnya berakhir tragis, salah satu akibat lain dari perang. Menjadi sebuah bumerang sekaligus luka yang mendalam, Nasuada tetap tampil kuat dan bijak.

Secara keseluruhan, saya lebih menyukai Brisingr. Namun saya tetap kagum dengan kepiawaian Christopher Paolini dalam meracik jalinan drama yang tidak cengeng atau berlebihan. Drama disajikan segar, menggetarkan, dan tidak bisa ditebak. Semoga karya-karya Christopher Paolini berikutnya semakin luar biasa ^_^



Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama