Tanpa Dia

Gue pengen curhat. Lama ga ngeblog tetiba malah curhat, ga banget ya update-an gue? Hahah. Anggap saja blog ini sahabat sekaligus pendengar terhebat. 

Kebahagiaan gue dicabut sangat cepat. 


Itu kalimat paling mendekati kenyataan yang bisa gue ketikkan sekarang. Syok? Iya. Nerima kenyataan? Harus. Ya mau ga mau. Ya kenyataannya memang pahit kok. Hidup kan bukan soal melalu hal-hal yang kita sukai aja. Banyak hal lain yang kita lalui, salah satunya kepahitan. Mungkin awalnya gue sempet bengong ketika di suatu tempat di keramaian ketika gue menikmati quality time dengan sobat. Lalu gue menemukan bahwa kebahagiaan gue udah direnggut. 

Ya sudahlah.

Orang yang gue banggakan ternyata melakukan hal yang tidak menyenangkan, ya sudahlah.

Gue harus tetap melanjutkan hidup, kan? Toh gue ga rugi meski faktanya gue sakit hati. Bukan gue yang berusaha. Bukan gue yang mengkhianati kata-kata. Bukan gue yang meninggalkan. Bukan gue yang pergi. Bukan gue yang melupakan janji-janji. Bukan gue yang jahat di sini. Gue juga ga mengatakan bahwa gue korban. Tapi gue terjebak pembodohan. Atas nama perasaan. Makanya gue bilang cinta itu ga boleh bego.

Gue bahkan ga tau cinta itu apa.

Gue masih muda tapi usia gue dua puluh tahun. Saatnya gue menata hidup dan melupakan hal-hal menyakitkan. Lupakan orang yang ternyata tidak bisa dipercaya atau membohongi dirinya sendiri. Yang rugi dia. Bukan gue. Gue tetap bisa bahagia dan harus bahagia. Tanpa dia.
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama