Prompt #35 Badai Sudah Lewat


Dia begitu manis. Dia begitu rapuh. Tubuhnya seperti anak kucing yang melingkar ke tubuh induknya, dalam hal ini aku. Ia meringkuk di bawah selimut seakan menolak dikenai cipratan hangatnya sinar matahari yang kuragu akan dirasakannya lagi. Dingin tubuhnya menjadi komposisi yang paripurna ketika bertemu dengan kulitku. Aku bisa mendengar dengkur halusnya di antara riap-riap gelombang rambutnya atau di sela-sela jemariku yang merengkuh kepalanya.



Perutku terasa hangat. Seperti ada kupu-kupu menari di dalamnya dan menolak keluar. Saat yang sama nafasku memburu dan aliran darah merayap cepat mengisi pipiku. Menjadikannya bersemu.

Tubuhnya semakin dingin. Kami hanya punya selimut tipis dengan banyak tambalan dan benang-benang yang keluar dari jalinan. Panas tubuhku sendiri berangsur menghilang diterjang angin malam. Kami sama-sama kedinginan. Kami merindukan kamar dengan kasur yang empuk dan api yang berkobar dari perapian. Bukan seperti sekarang, ketika kami meringkuk tak berdaya di bawah pohon di tengah padang saat badai salju.

“Tidurlah, cepat,” kataku tadi padamu.

“Aku tidak bisa tidur kalau kedinginan,” elakmu.

“Tapi kau kelelahan. Percayalah, dengan tidur kau akan merasa lebih hangat. Sebab kau tak banyak bergerak. Sehingga tubuhmu bisa menghemat panas lebih banyak. Kau tahu kan, aku tak pernah bohong padamu?” rajukku.

“Kalau begitu, nyanyikan sesuatu untukku,” pintamu.

Two birds on a wire
One tries to fly away and the other

Belum apa-apa kau sudah lelap dalam dekapku. Katamu tadi, kau melihat bintang-bintang turun berputar dari langit. Aku bisa melihat, bahwa waktumu sudah dekat.

Kau sekarat.

Aku hanya ingin kau lelap. Agar kau tak merasakan sakitnya ketika jiwamu lenyap. Biarkan aku yang menyaksikan dan merasakan kepahitan saat tiba bagimu beristirahat. Dan aku tetap mendekapmu, sampai aku menyusulmu. Ikut. Lelap. Dalam. Dekap.


Matahari bersinar lewat dedaunan yang rapat. Badai sudah lewat. Begitu juga dua orang yang saling mendekap. 

***
Sumber gambar dari sini. Karya lain bisa dilihat di sini.

21 Komentar

  1. Cerita sedih yg dikemas begitu manis. Pilihan katanya aku suka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tengkyuuu mbak ;) ini karena inspirasi dari lagunya

      Hapus
  2. aku juga suka dengan yg ini, sebagaimana aku suka dengan prompt #34 punya Mba sebelumnya..cuma aku agak terusik dengan dua kalimat awal. benarkah atau ilmiahkah kalau kupu2 berada dalam perut menimbbulkan rasa hangat? hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya jelas ga ilmiah lah mas hahahaha. pengalaman saya aja. kayak anget geli gimana gitu perutnya. saya nyebutnya rasa hangat terus tergelitik kayak ada kupu-kupunya. mungkin analogi saya kurang pas.

      Hapus
  3. Ceritanya manis...semanis lagunya Regina Spector.. ^^

    BalasHapus
  4. diksinya halus, aku suka, Linda :)

    BalasHapus
  5. setuju sama yang lain. manis mba, walau sebenarnya cerita sedih.

    BalasHapus
  6. iyyaa, suka banget sama diksinya :)

    BalasHapus
  7. DIksinya manis sekali, Linda. Aku suka:))))

    Etapi, di paragraf terakhir, itu kayaknya kurang logis aja menurutku. Kan ceritanya abis badai salju, ya. Dan biasanya itu kan salju hebat. Seharusnya kalo abis badai salju gitu nggak ada dedaunan yg terlihat karena tertutup salju semua. IMHO ^_^.

    BalasHapus
Posting Komentar
Lebih baru Lebih lama