Di sini jam 3
sore yang artinya jam 1 siang di Bogor dan jam 2 siang di Makassar. Hari ketiga
gue di Timika. Ini pengalaman pertama tinggal sendirian jauh dari keluarga dan
orang-orang yang gue sayang lainnya. Sebelumnya gue pernah tinggal jauh dari
orang tua tapi kan waktu itu gue numpang di rumah budhe. Kali ini gue bener-bener
menjadi orang asing.
Tadi gue baru
selesai nyuci dan nyetrika. Sejauh ini hari yang gue jalani biasa-biasa aja. Karena
tempat PKL gue ini memang menyediakan akomodasi yang cukup menyenangkan,
sejujurnya ini tetap menjadi zona nyaman meski gue berada jauh dari hal-hal
yang gue akrabi. Ada fasilitas makan, tidur, kesehatan, kendaraan.. apalagi ya?
Nah ini lebih dari disyukuri.
Demi keamanan−orang
tua mana yang ga pengen anaknya berada di bawah pengawasan, mayoritas maksudnya−gue
tidak tinggal di asrama kantor. Lagian belum ada kepastian juga gue nempatin
kamar asrama yang mana. Gue tinggal di dekat tempat tinggal kenalan orang tua. Jadi
mereka yang mengawasi keseharian gue.
Naaah tempat
makan fasilitas kantor itu, sayangnya, di depan asrama yang letaknya jauh dari
tempat gue sekarang bermukim. Kalo hari kerja alias hari masuk kantor tentu gue
makan di sana. Tapi pas weekend begini nyokap bilang gue bisa cari makan di
luar. Lagian nyokap mungkin kasihan kalo misalnya gue bosen sama masakan
asrama. Gue akui masakannya memang kurang Indonesia. Mungkin menyesuaikan
dengan lidah bule? Bumbunya ga medhok. Tapi gue ga peduli. FYI, gue kadang
senang makanan tanpa bumbu. Itu lebih sehat. Apalagi tanpa dimasak (atau
dimasak setengah matang). Jadi gue ga ambil pusing soal rasa. Kalo misal
semurnya kurang mantep, ya sekalian aja gue makan sayuran segar. Lah, yang
penting kenyang sama bagus buat pencernaan. Ya kan?
Tapi beli makan
di luar harus siap dengan harga yang berkali lipat dibanding di Bogor dan porsi
yang kelewat banyak. Kemarin pas nyokap masih di sini, gue makan sepiring
berdua aja udah kekenyangan. Jadi hari ini gue malas keluar kamar dan tidak
tertarik membeli sesuatu. Gue punya cadangan roti dan pop mie. Kadang gue heran
dengan orang yang suka pilih-pilih makanan. Okelah, gue ga suka ikan. Tapi ketika
nyokap bilang itu banyak gizinya, di rumah cuma masak ini, dan gue terdesak
atas nama lapar, gue ga nolak buat makan. Yang menyebalkan adalah ketika orang
bilang bosan makan itu karena dalam seminggu udah makan dua kali, misalnya,
atau alasan lain yang masih bisa dipatahkan. Lo kagak liat ada orang yang cuma
makan daging setahun sekali itu masih banyak?! Lagak lo kayak kebanyakan duit K Eh udah gitu ternyata E-L-O emang banyak duitnya. Yaudah
sana, lanjutin jadi orang banyak gaya.
Orang−hampir
semua orang−berpikir betapa menyenangkan gue di Papua PKL-nya. Bisa pelesiran,
jalan-jalan, lihat daerah yang eksotis bla bla. Padahal gue ke sini ga
jalan-jalan. Di Timika ga ada angkutan umum kecuali ojek. Biaya hidupnya mahal.
Raja Ampat itu sangat amat jauh dari sini. Jayapura aja jauh. Jelas gue minim
kesempatan buat eksplorasi di sini. Lagian mau kelayapan sama siapa? Dua hari
pertama, pemandangan yang gue lihat adalah perang antarsuku. Di sini itu hal
lazim. Gue juga ga berpikir itu menyeramkan karena gue di dalam kendaraan. Cuma
mungkin agak tidak biasa kalo kalian lihat orang bawa-bawa busur panah gede
dengan anak panah yang kebanyakan beracun atau parang yang kelewat panjang. Dan
mereka ada banyak, di pinggir jalan, atau di atas motor.
Gue belum bisa
cerita banyak soal PKL. Di sini jam kantornya 9-10 jam sehari atau 45 jam per
minggu kecuali mentor/atasan minta masuk pas weekend. Mentornya lagi sibuk jadi
dia belum bahas banyak kerjaan gue. Lagian gue harus training dulu, induksi,
turun ke lapangan, dll. Seru juga. Kemarin baru urus adminitrasi dan keliling
daerah kantor tempat gue berkarya (low land). Awalnya gue mau ditaro di high
land tapi karena kendala fisik (gue sinus, sepertinya gue pernah cerita di
postingan entah yang mana) akhirnya gue ditaro di low land. Kalo di low land
gue bisa santai. Pengalaman enam bulan lalu ke high land dengan pemanas ruangan
volume maksimal gue masih merasa membeku. Walau pas turun ke lapangan anak
PKL/training/magang/penerima beasiswa ada kesempatan ke high land, gue mungkin
dibebastugaskan untuk ikut serta. Nyokap bilang sebaiknya gue ga ikut. Gue sebetulnya
pengen naik gunung lagi. Yaah liat aja minggu depan gue sanggup atau enggak. Kalo
enggak ya SHANGGUPIN! *edisi the comment*
Btw kemarin
nengok departemen tempat gue berkarya. Sumpah, itu salah satu tempat terhening.
Lebih hening dari pada ruang kelas di Diploma kalo UAS dan pengawasnya dosen
killer. Padahal itu bangunannya berdinding kaca, dari luar aja ga keliatan ada
gerakan. Bayangkan! Dan antarkubikel sekatnya tinggi. Gue ga bisa liat
orang-orang di dalam kubikel mereka. Okelah ga semua kubikelnya tinggi.
Jarak antar
departemen atau gedung ada yang subhanallah jauhnya. Padahal di departemen
sebelah ada yang subhanallah gantengnya. Tapi gue berhasil cuci mata lagi pas
makan di asrama kemarin malam. HAHAHA. Gue berharap ada kesempatan cuci mata
lagi minggu depan. Jarang ada yang seumuran gue, malah gue hampir yakin di
departemen gue ga ada yang di bawah tiga puluh tahun. Gue juga ragu ada
perempuannya. Tapi di departemen si cowok ganteng ada banyak mbak-mbak dengan
logat Suroboyoan. Sepertinya mereka fresh graduate. Oke, cuma asal nebak. Ga penting.
Gue suka tata
letak tempat gue berkarya ini. Semacam perkantoran di tengah hutan dengan jalan
beraspal mulus. Segalanya sangat tertib. Bahkan ada tulisan kalo parkir di A
arah mobilnya kudu gimana. Ada parkiran sepeda. Cukup, gue norak ga sih? Oke,
lanjut. Untung masjidnya deket dari gedung departemen gue. Yang paling deket
sih gereja. Gue sangat suka desain bangunan gerejanya. Keren. Ada juga semacam
supermarket, tempat makan, dan home theatre. Kalo asrama ada yang berupa
bangunan, ada yang terbuat dari kontainer pelabuhan. Segala tempat yang ingin
kita akses harus pake id card.
Kalo ampe akhir
postingan ada di dalam pikiran kalian wahai para pembaca yang bertanya,
MANA-FOTONYA? Iya, gue ga foto-foto. Kamera aja gue simpen di lemari. Ga minat.
Udah ah, cukup gue menceritakan pengamatan saja. Haha. Kalo berdasarkan
kontrak, tugas gue di sini baru selesai tanggal 6 April. Sial, itu berapa hari
lagi sebelum seminar? Deg-degan lho. Tapi gue hepi kok. Suwer. Ntar sebelum
pulang harus presentasi dulu.
Sekarang to do
list gue banyak. Ada Nintendo DS yang harus gue mainkan, Conan yang belum gue
selesai tonton, buku-buku pinjaman yang baru sedikit dibaca, skrip yang masih
dicacah, dan... ah cukup ceritanya. Dadah J
PS : Gue kangen.
Hai Kak, jangan lupa potret sana-sini dong biar tahu gimana di sana.
BalasHapushaha sabar yaa Insya Allah minggu depan foto foto
Hapuspenasaran tempatnya,fotonya manaaaaa????hehehe
BalasHapussabar ya mbak, itu menyusul hehehe
Hapus