Rim Ini pertanda maut semakin dekat. Debar jantung yang meloncat dan kejang otot perut yang berputar-putar seakan siap mengeluarkan sesuatu. Seandainya aku memiliki cermin, aku penasaran dengan wajah seorang lelaki muda yang tengah menghadapi maut. Tubuhku mengejang. Perban dari Sarkaw tidak bekerja. Parah. Penglihatanku gelap terang. Kugulingkan tubuh. Hening. Aku tidak dapat mendengar suara-suara tapal kaki kuda. Apa aku akan segera mati? Seperti apa rasanya ajalku dicabut? Tubuhku bergelung, siap kembali ke haribaan Sang Pencipta. Entah dewa mana yang harus kupuja puji saat ini. Rasa dingin mulai menjalar. Keringat membasahi seluruh tubuh. Telapak tangan, telapak kaki, kulit kepala, tengkuk, kening, pelipis, leher, dada, perut, selangkangan, betis, perlahan basah. Nafasku melemah. Aku tak menghindari takdir, bisikku. Aku tak mau melawan kehendak alam. ...