Postingan

Menampilkan postingan dengan label j50k

Sini-sini Kenalan sama Kampung Fiksi!

Haloooo pembaca setia! Aduh pede banget saya kalo blog ini banyak pembaca setianya hehehehe. Kembali lagi berjumpa dalam postingan curcol saya (atau postingan buat lomba, uhuk) dalam rangka mendapatkan paket buku atau voucher beli buku. Mana aja boleh, saya tampung kok. Jujur gila ga sih?

W!N-Ini Dia Celoteh Saya Tentang J50K

Gambar
kampungfiksi.com Anda lihat badge besar yang terpampang di atas, dengan latar warna hitam dan gambar bunglon dan tulisan W!N ? Yap! Itu dia! Akhirnya setelah 31 hari saya berjuang, mempertaruhkan mata dan jari-jari tangan serta otak yang seperti dipaksa berkreasi hingga titik darah penghabisan. Berakhirlah bulan Januari dan sesuai harapan. Saya berhak memasang badge ini di blog, horeeeeeee! * hujan confetti *

Chang, Pejuang Tanah Timur-50K

Gambar
Baiklah teman-teman semua, saya persembahkan screenshoot bahwa Chang Pejuang Tanah Timur pas berhenti pada angka 50.000 kata lho! Sebenarnya, naskah ini jauh dari selesai. Selain editing yang belum dimulai, kisahnya pun masih panjang. Bahkan belum menyentuh konflik utama, huehehhehehe :D Nantinya, bagi anda semua yang suka membaca Chang (sebelum akhirnya saya cuma menampilkan screenshoot) harus bersabar. Beberapa tokoh akan diubah, beberapa latar akan dijabarkan lebih detail, beberapa bagian ditambah dan beberapa konflik dihapus. Jika nantinya chang benar-benar selesai, jangan salahkan bila isinya jauh berbeda dari yang pernah saya tulis yaaa. Sebetulnya, semakin mendekati akhir, saya makin gamang. Selain benar-benar keluar dari alur utama kisah, Chang juga masih kurang gereget. Pergolakan batinnya masih gitu-gitu-aja .

[Screenshoot] Chang, Pejuang Tanah Timur-Bagian 20

Gambar
Ini bagian kedua puluh dan saya telah menempuh perjalanan sejauh 35.000 kata. Saya harap kurang dari sepuluh hari ke depan berhasil menyelesaikan naskah ini. Di bagian ini, Chang telah bertemu dengan Dcoff, kawan lamanya di pulau Hallendoirf. Chang dan Dcoff berlayar bersama armada kapal perangnya dan menuju ibukota Kerajaan Timur untuk merebut tahta dari Perdana Menteri Liem. Sementara itu, dalam bencana alam di tengah peperangan antara penduduk perbatasan dan Kerajaan Selatan, terjadi kehancuran yang menyakitkan. Hanya dua orang yang selamat dalam bencana ini yaitu Rim dan Elepta. Keadaan Elepta sangat terguncang dengan kenyataan yang ia hadapi. Sementara Rim terluka parah dan kesulitan bergerak. Semangat untuk rekan-rekan nekaders! Ayo lanjutkan perjuangan anda! 

[Screenshoot&Cuplikan] Chang, Pejuang Tanah Timur-Bagian 19

Gambar
Sedikit cuplikan dari bagian ini akan saya tunjukkan.Hati-hati kalau makin penasaran ya ^_^ Aku mencoba menyapu kakinya. Ia berkelit dan menyasar punggungku. Terkamannya cepat dan hampir akurat. Aku mengelak dan menyorongkan trisulaku pada wajahnya. Ia melengkungkan tubuhnya ke belakang. Tanpa kuduga, ia menendang dengan keras. Sangat keras hingga tubuhku melayang dan aku terpental menghantam pintu ruang kendali kapal. Aku terhenyak di tempat. Rasa malu dan iri membuncah, mengusik kesadaranku. Jangan membuat malu Dcoff, Chang! Kau telah ia latih secara pribadi! Aku bangkit dan mecoba melawan. Kali ini aku tak mau banyak berpikir. Aku terus menyerang dengan cepat hingga suatu waktu, trisulaku berhasil mengait tombaknya dan memuntir lengannya. Tak kusangka kekuatan tubuhnya begitu besar. Ia melompat di udara dan jatuh tepat di atas tubuhku. Kedudukan menjadi semakin buruk karena aku tak bisa bergerak di bawah tubuh berototnya. Tersengak-sengal, aku mecoba melawan dan menjepit leher...

[Screenhoot] Chang, Pejuang Tanah Timur-Bagian 19

Gambar
Sebetulnya malu, tapi harus bilang, baru mencapai 29.300 kata :( tetap semangat! Ayo selesaikan naskah #j50k -mu!

[Screenshoot] Chang, Pejuang Tanah Timur-Bagian 18

Gambar
Kenapa lambat? Ternyata ada saja hambatan dalam menyelesaikan naskah ini :(

[Screenshoot] Chang, Pejuang Tanah Timur-Bagian 17

Gambar
Ini screenshoot Chang, Pejuang Tanah Timur Bagian 17. Total sudah 25.000 kata. Nanti dilanjut lagi ya, maaf belum bisa posting.

Chang, Pejuang Tanah Timur-Bagian 16

Chang             Bahkan aku sudah terlanjur merasa putus asa dan tak yakin akan kembalinya aku. Tak perlu aku pulang pada kaumku. Karena mereka tidak butuh. Mereka tidak perlu. Aku hanya membawa nista, kecewa, dan aib. Aku mencelakakan hati mereka dengan cara melarikan diri. Kuhindari tanggung jawabku sebagai tumpuan orang. Kuhancurkan harapan mereka. Kubunuh impian mereka. Perang ini takkan usai hanya dengan kepulanganku.             Aku termangu seorang diri di dalam kamar. Sudah hampir seminggu sejak aku ditemukan di laut oleh Dcoff. Dengan rajin ia melatihku menggunakan beragam senjata, mempelajari teknik dengan beragam tingkat kesulitan. Mulai dari menyerang hingga bertahan. Ia juga menjelaskan secara rinci gerakan-gerakan tertentu yang sekiranya rumit bagiku tapi penting di matanya untuk kukuasai. Ia menyisipkan pula pengalamannya dan pengalamn orang lain yang ketika terj...

Chang, Pejuang Tanah Timur-15

Rim             Ini pertanda maut semakin dekat. Debar jantung yang meloncat dan kejang otot perut yang berputar-putar seakan siap mengeluarkan sesuatu. Seandainya aku memiliki cermin, aku penasaran dengan wajah seorang lelaki muda yang tengah menghadapi maut. Tubuhku mengejang. Perban dari Sarkaw tidak bekerja. Parah. Penglihatanku gelap terang. Kugulingkan tubuh. Hening. Aku tidak dapat mendengar suara-suara tapal kaki kuda. Apa aku akan segera mati? Seperti apa rasanya ajalku dicabut? Tubuhku bergelung, siap kembali ke haribaan Sang Pencipta. Entah dewa mana yang harus kupuja puji saat ini.             Rasa dingin mulai menjalar. Keringat membasahi seluruh tubuh. Telapak tangan, telapak kaki, kulit kepala, tengkuk, kening, pelipis, leher, dada, perut, selangkangan, betis, perlahan basah. Nafasku melemah. Aku tak menghindari takdir, bisikku. Aku tak mau melawan kehendak alam. ...

Chang, Pejuang Tanah Timur-14

Dcoff             "Leluhurmulah yang menjagamu Chang. Kau yang berhak sekaligus berkewajiban menjadi pemimpin kaummu. Sebelum kau lunasi hutang itu, kau tak bisa mati. Leluhurmu tak rela posisimu digantikan orang lain. Dan aku yakin, leluhurmu membisikimu untuk membawa terompet pusaka itu agar kau selalu teringat tanahmu." Chang termangu. Ia menatapku dengan takjub. "Benarkah?" "Ya, pulanglah Chang. Mereka pasti menunggumu." "Aku tak punya ketrampilan yang mereka harapkan ada dalam diri seroang pemimpin." "Kau bisa belajar sembari mempraktekkannya." "Benarkah?" "Kau tak mempercayai aku?" "Tidak, kau teman lamaku, kau mengenalku dengan baik, tapi kau tahu kualitasku."             Aku heran dengan Chang. Kenapa ia begitu merendahkan dirinya di hadapanku? Dulu ia kukenal sebagai seseorang yang tidak begitu peduli pada segalanya dan rendah diri bukan karakternya. Tak peduli walau ke...

Chang, Pejuang Tanah Timur-Bagian 13

Rim             Wajah garang pasukan Kerajaan Selatan lewat di hadapan kami. Tanpa sadar, mereka melangkahkan kaki menuju jebakan kami. Dini hari, Istr, pemuda yang memberiku isyarat akan kedatangan pasukan tentara itu, memberi ide menakjubkan. "Kita harus memanfaatkan salju tebal itu!" ujarnya penuh semangat. Aku memberinya kesempatan untuk menjelaskan idenya. "Kita gali saja salju yang menutup jalan setapak di bawah bukit. Lalu kita taruh perangkap beruang di sana." Lalu aku mengumumkan agar kami bergotong-royong menggali di jalan setapak di bawah bukit. Susah payah, kedinginan, dan kelaparan tidak menurunkan semangat kami. Setelah menggali hingga setinggi pinggang orang dewasa--karena salju yang turun benar-benar deras--kami menyebarkan perangkap beruang. Meski jebakan ini terlalu kejam bagi manusia, kami tak punya pilihan. Kami ingin mengusir tentara-tentara itu.            ...

Chang, Pejuang Tanah Timur-Bagian 12

Chang             Sepanjang malam aku tak bisa lelap. Tubuhku menolak tidur. Ketika akhirnya aku dapat memejamkan mata, Waldon justru membangunkanku dan menugaskanku ke dapur. Kepalaku terasa pening. Ditambah lagi keadaan kapal yang bergoyang-goyang membuatku kesulitan berdiri tegak. Tubuhku seakan mengikuti arus air laut dan ikut bergelombang. Wajahku muram ditelan kelelahan. Aroma tubuhku tak ubahnya gelandangan kota. Menjijikkan, amis, entah bagaimana lagi caraku mendefinisikannya.             Waldon dan awak kapal lain sudah menunggu. Mereka duduk berjejer rapi di ruang makan. Piring-piring bersih dan gelas-gelas kosong tertata di ujung meja. Sementara tong brendi dan whiski telah disiapkan. Aku menata mangkok-mangkok berisi daging rusa asin dan bermacam jenis ikan yang diasap. Waldon menepuk bahuku lalu berkata, "Makanlah. Lupakan ceritaku kemarin. Fokus pada hidangan ini d...

Chang, Pejuang Tanah Timur-Bagian 11

Rim Aku membutuhkanmu seperti bumi butuh langitnya. Kau mengerti kan? Artinya, aku dan kau sudah takdir. Satu paket lengkap yang tak terpisahkan.             Dulu kupikir, aku tak butuh siapapun.             Sekarang kupikir, tidak adanya kau menyesakkan dadaku. Setiap hari aku datang ke makammu. Menaburi peristirahatan terakhirmu dengan bunga-bunga. Menyirami tempat berteduhmu dengan air telaga. Aku yakin kau merasakannya di bawa sana, merasakan tiap titik perhatian dan rinduku yang menyebar mengakar menjumpaimu.             Aku menatap perkamen ini dengan hati hancur. Ini surat cinta Jem untuk istrinya yang meninggal dunia akibat sakit paru-paru. Aku menemukannya di ruang perpustakaan rahasia. Perpustakaan ini berada di bawah tanah. Pintu masuknya melalui kamar Jem. Tidak ada seorang pun yang memasuki kamar ini sebelumny...

Chang, Pejuang Tanah Timur-Bagian 10

Chang             Tubuh Chang terayun-ayun. Ia membuka mata dan melihat sekeliling. Di mana aku, pikirnya. Ia tidur di atas ranjang gantung di sebuah rumah sederhana. Sebuah jaring tergantung di dindingnya. Nampak pula peralatan memancing lain. Lalu di sisi lain rumah itu, beberapa ikat ikan yang telah dikeringkan atau diasapi digantung berjejer. Bau khas laut masih tercium kuat. Chang memutuskan ia perlu membersihkan badan.             Ia melangkah keluar dari rumah itu. Rumah berbentuk kotak dengan satu ranjang gantung dan lebih banyak gantungan ikan. Ia harus mencari air bersih. Namun di matanya yang terlihat hanya air laut. "Kau sudah bangun?" sapa seorang perempuan. Di kepalanya terdapat lilitan kain berwarna cerah. Pakaiannya longgar. Di pinggul kirinya terdapat sebuah keranjang berisi ikan. "Mau kau apakan ikan-ikan itu?" tunjuk Chang. "Sebagian akan kugarami lalu kujemur...

Chang, Pejuang Tanah Timur-Bagian 9

Xzat             Sepuluh pasukan berkuda mengelilingi jembatan kecil menuju Gosheang. Itu pintu utama memasuki desa. Menyeberangi sungai kecil nan jernih yang biasa dimanfaatkan penduduk setenpat memancing ikan. Sebelas orang pasukan pemanah menyebar di beberapa titik mengelilingi desa. Dua puluh pasukan dengan pedang dan tombak akan menyerang dari belakang.             Xzat memanggul pedangnya dengan pandangan buas dan angkuh. Ia member aba-aba pada pasukan berkuda. Kuda jantan hitamnya, Zargabit, terlihat siap menerjang. Zargabit memakai pelindung kepala dan pelana dari jalinan cincin tembaga. Walau tampak berat dan bergemerincing, Zargabit akan aman bersama tuannya melawan musuh. Xzat mengitari desa itu dua kali. Sesuai perintah penyihir raja, "Aku akan membantumu memenangkan pertempuran demi pertempuran di garis perbatasan. Namun turuti perintahku. Sebelum kau menghancurkan ...

Chang, Pejuang Tanah Timur-Bagian 8

            Chang              Kapal bergerak pelan membelah lautan. Angin, burung camar, dan bau garam menggelitik penciuman Chang. Ini kali pertama ia berlayar dengan kapal penumpang. Beruntung ia tak perlu mengalami mabuk laut. Orang-orang memenuhi dek dengan makanan, ocehan, dan aroma keringat. Dari kejauhan nampak kapal lain yang lebih besar lewat. Yher, teman seperjalanan Chang, tengah kerepotan menguras isi perutnya. Sedari tadi ia tak beranjak dari tempatnya berada. Chang merasa kasihan. Mungkin aku harus menyeduhkan teh untuknya, pikirnya. Belum sempat Chang melangkah, kapal berguncang keras. Tanpa permisi, ombak setinggi beberapa kaki menghantam sisi kiri kapal. Oleng. Terjadi kekacauan. Orang-orang di dek menjerit-jerit. Para anaku buah kapal berlarian.             Chang berpegang pada tiang layar. Kali ini perut dan kepalanya serasa diaduk-aduk. Tubuhnya ba...

Chang, Pejuang Tanah Timur-Bagian 7

Rim             Puluhan orang berkumpul di lapangan desa. Beberapa orang masih kukenali dengan baik. Di sana, itu Pak Goar, dia pemilik satu-satunya rumah minum di tanah timur. Lalu lelaki dengan celemek kulit selutut berkantung banyak yang berisi alat-alat dapur pasti Slom, si tukang jagal. Lelaki bertopi jerami dengan cambang tak terawat dan kulit hitam legam adalah Vost, peternak kuda. Nah, yang berdiri tak jauh dariku bernama Pak Dreem yang bekerja di kota. Ia penjaga gudang yang letaknya dekat dengan tempatku bekerja dulu. Kupikir ia mendapat libur karena dulu sebelum merantau, ia jarang pulang. Ayahku, Rou, sibuk mengepulkan asap rokok tembakaunya. Tembakau terbaik yang dapat kubeli dengan uang tabunganku. Ayah terlihat senang dan puas. Perempuan-perempuan tidak ikut rapat semacam ini tapi mereka diizinkan menonton dari pinggir lapangan. Anak-anak dijauhkan. Keluarga Freoh mengajak anak-anak bermain ke padang rumput di balik b...

Chang, Pejuang Tanah Timur-Bagian 6

Chang             Berjuang dengan sisa-sisa kekuatannya, Chang merangkak menuju sungai. Kulitnya biru. Bibirnya kelu, giginya gemelutuk tak karuan. Ia pingsan semalam setelah terantuk batu di pinggir sungai. Wajahnya menghantan tanah. Ketika bangun, tubuhnya kaku. Di mulutnya terdapat segenggam tanah yang mengotori gigi dan lidahnya. Darah kering membekas di bibir, hidung, dan pelipis kiri. Tangan kakinya perih akibat lecet-lecet yang beradu dengan pakaian.             Embun membasahi rerumputan. Pelan-pelan Chang mengangkat tubuhnya. Duduk, ia menangkupkan tangan dan mengambil air. Sungai seakan beku. Setelah menyesap air sebisanya, ia mencelupkan wajah ke dalam air. Ia menikmati sensasi digelitiki aliran air. Siapa tahu sungai ini bisa membantunya menjernihkan pikiran. Namun itu tak berlangsung lama. Rasa lapar kembali merongrong dari dalam perut. Chang mencengkeram perutnya d...

Chang, Pejuang Tanah Timur-Bagian 5

Peppe             Benua Mata Angin adalah benua terluas di seluruh dunia, tempat bertahta 4 kerajaan terkuat. Kerajaan Utara, Kerajaan Selatan, Kerajaan Timur, dan Kerajaan Barat. Sebagian besar wilayah Kerajaan Timur berupa dataran tinggi dan pegunungahn yang berhawa sejuk. Meski mengalami siklus empat musim--musim panas, musim dingin, musim gugur, dan musim semi--terdapat salju abadi di puncak gunung tertinggi, Gunung Suci. Sungai-sungai akan membeku di musim dingin.             Kerajaan Selatan menguasai perairan. Sebagai negara pesisir, sebagian besar devisa Negara didapatkan dari hasil laut. Tak hanya ikan-ikanan, juga penambangan pasir, mutiara, rumput laut, dan kelapa. Perkampungan nelayan memadati pantai-pantai. Tak heran, Kerajaan Selatan memiliki pelabuhan terbesar di Benua Mata Angin. Bisnis perkapalan tak pernah surut. Seluruh kapal yang ingin memasuki perairan Benua...