Postingan

Menampilkan postingan dengan label fiksi

Kudengar, Kau Sudah Mati

Gambar
Sakit yang Terlalu - Carolina Ratri ( @redcarra ) Kudengar, kau sudah mati, benar? Aku melihatnya di televisi. Seluruh saluran memberitakan kebakaran di lokasi tambang. Padahal pagi tadi kau bilang, hari ini kau dapat giliran. Apa namanya, oh iya, shift . Kau kirim fotomu mengenakan APD. Katamu, sekali-kali kau yang berkirim gambar diri.

Jiwa-jiwa dalam Mata

Gambar
pinterest.com Ada dua jiwa dalam mataku. Keduanya disatukan sebuah tatapan. Kau menyebutnya kasih sayang. Kusebut ia cinta tak terucapkan. “Hati-hati di jalan. Telpon kalau ada apa-apa. Ponselmu aktif, kan?” Aku tersenyum untuk meredakan kekhawatiranmu meski aku lebih suka memelukmu. Mengatakan bahwa aku ingin tetap di sampingmu, berjanji akan menjadi orang yang lebih baik, dan akan pergi kemanapun kau minta ditemani. Aku akan belajar berenang supaya bisa menemanimu menyelam. Aku akan berlatih lari meski sesak napas merupakan cobaan yang kualami tiap hari.

Jodoh Tidak Ke mana

Mataku menatapmu nyalang seperti serigala menatap rusa. Bibirmu yang merah penuh senantiasa menggodaku untuk mencumbu. Kalau kau lewat, kesadaranku seakan lenyap. Kepalaku hanya berisi kau, kau, dan kau. Otakku menjadi liar, memutar fantasi permainan gila yang bisa dilakukan seorang pria dengan seorang wanita. Kata orang, jodoh tidak ke mana. Kami bersekolah di tempat yang sama, dari SD hingga SMA. Tuhan benar-benar berhati mulia. Tak kusangka kami akan akrab. Kau terikat padaku bagai minyak pada wajan. Hingga suatu hari kau mengangsurkan undangan dengan namamu dan namanya di sampul depan. Seperti sudah garis Tuhan, kita akan bertemu di pelaminan. *** Flash Fiction 100 kata

Prompt #71 Nirvana

Gambar
monday flash fiction “Mau ke mana?” Kamu tidak menjawab. Kamu terlalu fokus melihat jalan. Seakan peta yang tergambar dalam kepalamu sekejap hilang jika kau sempat mengalihkan perhatian. Bulir-bulir keringat menetes perlahan. Namun kau menolak berhenti atau sekedar meneguk minuman. Padahal tak ada yang mengejar. Tak ada yang mengikuti. “Mau ke mana?” teriakku. “Diam!” kamu membentak lebih keras. “Apa sih, marah-marah? Emang aku punya salah? Aku kan cuma tanya, kita mau ke mana. Kamu pikir aku barang, ga bisa bicara. Harus diam saja sampai tempat tujuan. Memangnya cuma kamu yang ada di mobil ini? Aku juga! Aku berhak tanya, karena aku kamu bawa.” “Aku dengar kamu udah tiga bulan ga kontrol.” “Kenapa jadi bahas aku? Jangan mengalihkan suasana, brengsek!” Ganti aku yang menatap fokus ke depan. Napasku naik turun karena terlalu marah. Bukan cuma orang yang punya darah tinggi yang kesulitan mengendalikan emosi. Semua yang penyakitan pun demikian. Sejak do...

Prompt #62 Percakapan di Tembok Batu

Gambar
weheartit.com “Aku tidak suka kau bersedih.” Nathalie mengusap air mata di pipi Iris. Sementara Valeri menepuk-nepuk bahunya. Iris menatap kedua sahabatnya dengan penuh rasa terima kasih. Mereka berdua menuntunnya duduk di tembok batu. “Kau tidak akan bersedih lagi. Kami akan melindungimu,” ucap Nathalie dengan wajah bersungguh-sungguh.

Prompt #61 Jarak Dua Dunia

Gambar
carolina ratri Mati lebih mudah. Hidup lebih susah. Sudah berkali-kali aku mencoba bunuh diri. Tetap saja aku masih di sini. Sibuk dalam pikiranku sendiri yang sering berkelana pada masa-masa kau masih berada. Bahkan, pada masa kini, kau merupa menjadi beragam benda. Kadang menjadi sinar mentari yang menghangatkan dinding-dinding jiwaku ketika ia begitu sepi. Kadang pula kau hadir sebagai angin sejuk yang menarik-narik anak rambutku hingga berkibar.

Aku Tidak Bisa Berkata Apa-apa Lagi

Gambar
shutterstock.com Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi Tidak pada dedaun, bebatu, pasir, kerikil, angin, hujan, dan lain-lain Tidak juga padamu Apalagi pada hatiku Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi Seakan mulutku tak mengenal kata maupun frasa Seakan telingaku tak tercipta untuk mengenal suara Seakan aku lupa bagaimana caranya bicara Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi Tidak pada apapun atau siapapun Bahkan sekedar meniatkannya saja Sungguh sulit, sungguh rumit Karena sekarang aku tak mampu berkata-kata Aku hanya mengetik dan menceracau tanpa arah Tanpa makna Karena tak ada lawan bicara Oh ya, dunia memang hiruk pikuk dengan beragam manusia Tapi tak ada kau Kau Satu-satunya yang mendengarku Maka aku berhenti berkata-kata Sampai aku tahu lagi bagaimana harus bicara Tanpamu Bogor, 13 September 2014 Satu hari setelah berhenti Dan berkata tidak mau lagi

Prompt Quiz #5 Dalam Tujuh Hari

Gambar
Burning giraffes and telephone (Salvador Dali) Aku hanya punya waktu seminggu untuk membuatmu kembali mencintaiku. Pada hari ketujuh, sebuah lonceng akan bergema, memberitahuku ke mana arah cahaya. Pertama-tama yang akan diambil adalah suaraku, lalu wajahku, kemudian seluruh tubuhku.

Prompt #58 Setelah Gelap

Gambar
devianart “Dasar busuk! Anak haram! Tidak pantas hidup!” Kedua tanganku diikat ke atas. Mulutku disumpal koran. Tubuhku telanjang. Lelaki itu terus mencambuk tanpa henti sembari mencaci maki. Makin lama, makin bernafsu ia memisahkan daging di tubuhku dari kulitnya. Seluruh rasa sakit berkumpul di punggung. Malu yang kuhadapi akibat tak berpakaian di depan lelaki telah lenyap. Kepalaku hanya terfokus pada rasa sakit yang makin luar biasa. Tangisku sampai kering. Pandanganku mulai kabur.

Prompt #57 Suatu Pagi Ketika Sekolah Masih Sepi

Gambar
Winursih Uwienbudi Lorong sekolah masih sepi. Mungkin karena gerimis sepagi ini. Ayu duduk sendiri, menikmati bau hujan yang menguar. Harusnya sudah banyak teman-teman yang datang. Sepertinya mereka takut hujan. “Eh, kalau dipanggil Pak Banu, jangan mau!” bisik Putri. Meski yang Putri maksudkan adalah berbisik pada Melani, tapi suaranya terdengar sampai ke bangku Ayu yang terletak di depan bangku Putri. Hal itu terjadi kemarin, saat jam istirahat. Ayu menoleh ingin tahu.

Prompt Quiz #5 Di Balik Riasan Seorang Perempuan

Gambar
Burning giraffes and telephone (Salvador Dali) Seperti biasa, tidak ada kabar dalam waktu yang lama. Aku sudah hafal dengan alasannya. Kalimat pamungkas seperti “Aku sibuk sayang,” atau “Jadwalku terlalu padat,” sudah menjadi makanan pokok buatku. Aku seperti perempuan gila yang terus memeriksa layar ponseln, sekedar berharap sebuah pesan masuk hanya untuk menanyakan apa aku baik-baik saja. Pertanyaan basa-basi semacam apa aku sudah makan atau apa yang sedang kulakukan pun tak kunjung mampir. Layar ponselku tetap mati. Mungkin lama-lama hatiku yang mati.

Prompt #60 Kejutan Lewat Jam Sembilan

Gambar
shutterstock.com Gawat! Sudah jam sembilan lewat! Sulit sekali memprediksi kemacetan di ibu kota dewasa ini. Apalagi jika kau benar-benar terlambat. Harusnya aku sudah di kafe tempat Ryuki menunggu. Katanya dia ingin memberiku sebuah kejutan ulang tahun─yang seharusnya tidak dia katakan padaku karena itu bukan lagi bernama kejutan.

Prompt #59 Following To You

Gambar
mondayflashfiction.blogspot.com Satu porsi sundae dengan remah-remah cookies dan lelehan sirup coklat seperti mengiyakan ucapan Adam Levine. I miss the taste of sweet life . Kusendok sedikit es krim yang mulai mencair lalu kubiarkan kembali menetes ke dalam mangkuk. Aku masih ingin meresapi waktu. Membiarkan isi kepalaku mengembara ke celah-celah terdingin semangkuk es krim yang sepi dari jamahan.

Prompt #55 Sekali Tebas

Gambar
devianart.com Agar tidak menimbulkan suara, benda-tajam-yang-tak-kutahu-namanya itu kuikat di punggung. Berjalan di kegelapan malam dengan tubuh tinggi menjulang tentu mudah jadi perhatian. Aku memutuskan merangkak perlahan mendekati paviliun tempat Pieter bermalam. Benda tadi kutemukan di gudang. Akan menjadi alat sempurna untukku meregang nyawa. Sekali tebas, kepalaku bakal lepas. “Pieter! Sst..... bangun Pieter!” “Anna? Kau mau apa?”

Prompt #54 Mawar yang Mulai Layu

Gambar
shutterstock.com Sahabatku sejak kecil, Malda, datang tiba-tiba. Wajahnya terlihat sedikit ragu tapi kukira ada senyum di baliknya. “Aku tahu kau masih sedih dan tak mau bicara dengan siapapun. Tapi aku harus segera memberitahumu.”

Prompt #51 Bintang Minggu Depan

Gambar
bintang jatuh Meteor itu semakin dekat, dekat, dan dekat. Membuatku rasanya ingin menutup mata rapat-rapat. Atau seperti yang kulihat di sekelilingku ketika orang-orang saling berdekapan erat. Para ibu memeluk buah hatinya. Para suami merangkul istrinya. Para guru melingkarkan tangan seakan hal itu mampu membuat murid-muridnya terlindungi. Tapi tak ada yang bisa lari dari kehadiran bencana ini. Akhir hidup manusia telah pasti. Seperti alkisah yang dikatakan sejarah ketika para dinosaurus musnah. Saking terangnya, seluruh dunia berubah menjadi serba putih. Mataku memicing. Hampir terpejam. Mungkin aku akan pergi dengan tenang. Aku tak perlu khawatir sendirian bila seluruh dunia mati bersamaan.

Sekali Lagi

Pilihan ada dua Berjalan atau diam Lari atau kembali Mencari atau tinggal Mengatakan tidak ada pilihan Adalah sebuah pilihan Sama seperti mengatakan Kau hanya diam Sebab kebisuan Adalah cara lain dalam mengungkapkan Mengatakan semuanya buruk Sama saja dengan mengatakan kau yang buruk Karena semua termasuk dirimu Dan tiada pengecualian atas  itu Mengatakan kau yang paling tahu Sama dengan menunjukkan tak ada yang kau tahu Karena selalu ada awan di atas awan Maka selalu ada yang lebih tahu dari yang merasa paling tahu ?Dunia ini lucu, bukan Tanpa kehilangan, kau tak tahu bentuk dari sebuah kepemilikan Tanpa kesedihan, mana pernah kau mengecap kebahagiaan Tanpa kegelapan, dari mana kau paham soal terang Tanpa kehancuran, dari mana kau menilai keutuhan Tanpa kejatuhan, dari mana kau kenal kebangkitan  Tanpa Tuhan, bagaimana kau berpikir bisa diciptakan Dan sekali lagi Jika kau pikir inilah yang disebut pencapaian, anu...

Quiz MFF #4 - Penghuni Rumah Sebelah

Gambar
There’s no place I rather be... Lagu itu membuatku terjaga. Sudah beberapa hari ini aku mendengarnya diputar berulang kali. Bukan cuma satu dua kali dalam sehari seperti yang biasa stasiun radio favoritmu melakukannya. Maksudku diputar berulang kali adalah sepanjang hari, setiap hari. Kupikir aku tidak akan mendengarnya lagi karena aku bosan. Lagi pula, siapa orang normal yang melakukannya?

Prompt #47 Candu

Gambar
sumber Suamiku belum pulang. Padahal sudah lewat tengah malam. Aku mengantuk setengah mati, tapi takut tak mendengarnya mengetuk pintu. Lagi pula aku ingin tahu apa ia sudah makan dan apa yang ia makan. Aku kasihan kalau ia tidak sempat makan masakanku dalam satu hari. Sejak kecil ia terbiasa dengan masakan rumahan. Baginya, orang yang suka jajan itu menyedihkan, seperti tidak punya rumah. Bukan cuma makannya yang kuperhatikan. Suamiku ini juga sangat bergantung padaku dalam hal lainnya. Tidur harus memelukku dari belakang, baju untuk bekerja harus kusiapkan, bahkan membeli kebutuhannya sendiri pun aku yang pilihkan.

Prompt #45 Kami Masih Bertahan

Gambar
shutterstock.com Mila menengadahkan kepala dan menyambutku dengan senyuman. Wajahnya terlihat sedikit lelah meski sinar matanya tetap cerah. Perutnya yang kian membesar tak bisa tak mencuri perhatianku tiap mendekat. Refleks aku meletakkan kedua tangan di atas perutnya, mengecupnya, sambil menutup mata rapat-rapat. Dalam hening jemari kami akan bertautan.  Melalui sentuhan, kami saling bertukar kasih sayang. “Sebentar lagi, ya?” “Iya. Kontraksinya makin sering.” “Kamu berani kan?”