Pengalaman Sinusitis Kambuhan dan Alergi Dingin

 

Photo by Kristine Wook on Unsplash
Suatu hari, ketika saya masih tinggal di Makassar, saya selalu mengeluh sesak napas. Saat itu saya masih duduk di sekolah dasar. Tiap malam saya menumpuk tiga hingga empat bantal untuk alas tidur. Orang tua lalu membawa saya ke rumah sakit.

Dokter mengatakan bahwa saya alergi dingin. Sejak itu, saya selalu seperti dalam kondisi flu. Yah, ini kondisi yang agak menjijikkan bagi sebagian orang.

Saya selalu membutuhkan tissue untuk membuang ingus. Tiap pagi, saya akan bersin hebat dan beringus. Malamnya, saya sulit tidur dan merasa sesak.

Kadang, karena terlalu banyak bersin, hidung saya memerah. Kulitnya jadi kering dan mengelupas. Bahkan, hidung saya beberapa kali mengeluarkan darah dan nanah. Kacau sekali.

Masalah lain

Saya sering mendapat resep dokter yaitu obat flu dan antibiotik. Tiap pulang kampung (yang ada di daerah dingin) saya menggunakan pakaian berlapis-lapis. Tersiksa sekali rasanya. Belakangan, ketika ke dokter lainnya, saya disebut mengalami sinusitis. Gejalanya antara lain:

  1. Sesak napas
  2. Sakit kepala
  3. Sakit di titik sinus
  4. Sakit pada bola mata (seperti dicongkel keluar)
  5. Lendir yang muncul di hidung dan tenggorokan (rasanya seperti tersedak)
  6. Sakit di telinga
  7. Sakit gigi
  8. Sulit mencium aroma dan mencicipi rasa

Sakit pada kepala dan bola mata adalah dua hal yang paling menganggu. Bahkan, ketika disentuh, pipi saya pun ikut sakit. Rasanya seperti mendapat bogem mentah di wajah! Ketika hujan deras, pandangan saya jadi berkunang-kunang. Saking sakitnya, saya menjadi sulit beraktivitas ketika sinusitis menyerang.

Penyebab sinusitis pada kasus saya adalah flu berkepanjangan akibat alergi dingin. Anehnya lagi, alergi dan sinusitis ini menyerang tak pandang waktu. Walau saya di kota-kota yang panas, saya tetap merasa sesak. Saya bahkan selalu tidur dengan selimut tebal.

Akibat alergi dingin dan sinusitis ini, saya pun harus mengurangi konsumsi makanan dan minuman dingin. Bila makan es krim hari ini, maka saya akan bersin keesokan harinya.

Ketika umrah, saya selalu mimisan. Memang betul Arab Saudi itu panas suhunya. Namun, masjidnya dipenuhi pendingin ruangan. Suhu yang terlalu dingin membuat hidung saya melemah.

Suatu ketika, saat sedang umrah, orang tua mengajak saya menghabiskan malam di masjid. Kami bersama rombongan baru sampai di masjid dan sedang mulai mengaji. Tiba-tiba saya mulai mimisan. Saya malu mengatakan bahwa saya harus kembali ke hotel karena sakit. Saya malu harus selalu meminta pengertian orang lain bahwa kondisi fisik saya sedang tidak baik.

Saya sudah berulang kali ke klinik dan rumah sakit. Berganti dokter dan resep tak terhitung jumlahnya. Namun, saya tetap merasa sesak.

Kondisi saya disebut sebagai sinusitis kambuhan. Walaupun kondisi ini tidak berbahaya dan tidak menyebabkan kematian, sinusitis telah berdampak besar dalam hidup saya. Kualitas hidup saya benar-benar menurun. 

Orang memandang jijik bila saya terus menerus membuang ingus. Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini. Mereka akan berpikir bahwa saya sedang terserang Covid-19. Saya juga malu kalau terus menerus sesak napas. Saya sering meminta orang lain mematikan pendingin ruangan atau tidak memberi saya air dingin untuk diminum. 

Beberapa bulan lalu, saya sempat benar-benar terserang Covid-19. Covid-19 memicu sinusitis saya memburuk. Sesak napas saya betul-betul parah. Saya menggunakan Iliadin dan Sterimar. Iliadin adalah salah satu obat yang sejauh ini paling ampuh dalam melegakan pernapasan. Sementara Sterimar cocok digunakan untuk mencuci hidung.

Namun, karena angka penderita Covid-19 tinggi, banyak dari penderita Covid-19 memburu Iliadin. Saya sempat kehabisan. Setelah satu bulan berturut-turut menggunakan Ilidian, saya baru tahu dari dokter bahwa obat tersebut bukan untuk pemakaian jangka panjang.

Muncul alergi baru

Oh ya, saya juga mengalami masalah lain. Sejak 2013, saya mulai menunjukkan gejala alergi obat tertentu. Awalnya, dokter meresepkan saya obat untuk mengobati sinusitis. Setelah meminum obat tersebut, dada saya sakit sekali. Saya juga menjadi lemas dan susah bergerak.

Dokter berkali-kali mengganti resep. Sayangnya, berkali-kali juga saya merasakan gejala yang sama. Bahkan berbaring pun rasanya melelahkan. Dada saya berdegup sangat kencang. Napas saya terengah-engah. Sejak itu, saya tidak bisa mengonsumsi obat flu dan batuk. Baik dari resep dokter maupun obat yang dijual di pasaran.

Saya berkonsultasi kembali pada dokter yang berbeda tahun ini. Saya menceritakan bagaimana kondisi saya justru memburuk setelah minum obat. Setelah penelusuran yang panjang, akhirnya jawabannya muncul. Saya alergi salah satu kandungan dari obat-obatan tersebut. 

Photo by engin akyurt on Unsplash

Salah rontgen

Dokter meminta saya melakukan rontgen untuk memutuskan perlukah saya melakukan operasi sinusitis. Dokter bilang, ini adalah saat yang tepat untuk operasi. Kebetulan, kasus Covid-19 di kota saya sedang turun. Saya tidak perlu antri terlalu lama untuk operasi.

Dokter meminta agar saya mendapat rontgen di bagian kepala. Tentu, untuk memotret bagian sinus saya. Namun, entah mengapa, petugas lab malah memotret paru-paru saya. Saya akhirnya harus melakukan rontgen ulang. Sisi baiknya, saya tahu bahwa kondisi paru-paru saya baik dan sehat.

Akhirnya saya melakukan rontgen kepala. Dokter pun memutuskan bahwa saya tidak membutuhkan operasi. Lendir yang menyumbat di dalam sinus saya terlalu sedikit. Saya jadi sedikit kesal. Lalu, kenapa saya sesak? Bagaimana menghilangkan rasa sesak ini?

Akhirnya, bisa vaksin

Dokter sempat melarang saya untuk vaksin karena kondisi saya yang belum berubah. Namun, akhir-akhir ini sesak napas saya berkurang. Saya pun nekat untuk vaksin. Alhamdulillah, ternyata tubuh saya mampu menerima vaksin. Saya tidak sesak sama sekali. Gejala yang saya rasakan hanya ngantuk dan ngilu di bagian bekas suntikan.

Kamu juga sinustis?

Pertama, sebaiknya kamu mencatat makanan dan minuman apa saja yang dapat memicu terjadinya lendir. Kamu harus menghindari makanan dan minuman tersebut. Salah satu sahabat bagi seorang dengan sinusitis adalah nanas. Nanas cocok sekali dikonsumsi untuk mengurangi produksi lendir.

Kedua, biasakan untuk mengonsumsi air putih hangat. Hal inilah yang membuat saya lebih suka minum dalam botol besar. Sinusitis dan alergi dingin membuat saya lebih mudah haus. Tenggorokan saya rasanya kering dan hanya terisi lendir. Air hangat membuat tenggorokan saya jauh lebih nyaman.

Ketiga, kamu bisa menghirup uap air panas dalam baskom. Tidak perlu ditambahkan esensial oil, minyak kayu putih, atau aroma apa pun. Sebab penciuman kamu menjadi lebih sensitif bila mengalami sinusitis. Saya justru sangat terganggu dengan aroma minyak kayu putih maupun parfum yang menyengat. 

Berjemur juga akan membantu, asal kamu tidak tinggal di daerah dingin. Kamu juga perlu mengatur jam tidur. Begadang membuat bersinmu makin parah. Apalagi, bila terkena angin malam saat mengendarai motor. Sebaiknya kamu selalu menggunakan jaket tebal baik dalam ruangan ber-AC maupun ketika naik motor.

Konsultasikan kondisimu pada dokter. Jangan ragu untuk mengajukan operasi. Cari tahu juga apa pemicu kondisi sinusitismu. 

Saya sudah hidup dengan sinusitis hampir 20 tahun lamanya. Saya lebih sering berada dalam kondisi flu dan sesak dibanding sehat wal afiat. Tujuan saya membagikan cerita ini adalah untuk membantu orang-orang lain yang juga mengalami sinusitis.

Sinusitis dan alergi dingin mungkin membatasi ruang gerakmu. Namun, kamu harus tetap berusaha untuk hidup lebih baik. Semangat, ya!

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama