Detailnya terlalu menjijikkan, jadi aku tulis di blog saja. Aku berharap komputer dan kameranya meledak. Biar rekaman videoku yang dia ambil itu hancur.
Aku baru sadar bahwa yang sudah aku terima sejak 2023 itu abuse. Bukan hanya kejadian pada 6 Mei 2025. Dia hanya minta maaf untuk kasus tanggal 6 Mei 2025, bukan seluruh abuse yang pernah dia lakukan.
Konteks Awal
Aku pertama kali menjadi pasien psikiater JERUK pada Februari 2023. Alasannya? Karena self-awareness yang tinggi. Aku sadar aku punya gangguan jiwa.
Berobat sudah menjadi cita-citaku sejak kecil. Hanya saja, aku baru bisa mengakses layanan kesehatan mental pada 2023.
Aku memiliki suicidal thought sejak kecil. Kecurigaan bahwa aku ini depresi sudah ada sejak usia SMP. Konteks ini penting ya, karena akan berkaitan dengan diagnosisku yang unik.
Selain itu, aku mendapat tambahan penghasilan reguler pada awal tahun 2023. Aku mendapat klien retainer pertamaku sebagai seorang freelance copywriter. Aku di-hire oleh agensi Riverwork untuk menangani RHB Sekuritas Indonesia.
Kenapa Memilih JERUK?
Sederhana. Karena booking-nya via aplikasi, jamnya tepat, harganya pas. Aku tidak pakai BPJS untuk membiayai pengobatan mentalku. Kalau pakai BPJS, antrinya terlalu memakan waktu sementara aku masih WFO.
Ditambah, tiap kali datang ke JERUK, jamnya selalu pas. Maksudnya begini, kalau aku booking jam 9 pagi maka hampir pasti aku masuk ruang praktik jam 9. Tidak seperti ke dokter lain yang jamnya sulit dipastikan.
Tentu ini juga karena beliau terkenal di Indonesia. Centang biru, follower ratusan ribu. Beliau juga kerap mengkritisi rekan sesama tenaga kesehatan, apalagi yang melakukan kekerasan seksual. Lucunya, beliau pelaku juga rupanya (karena itu aku menulis blog ini).
Aku juga merasa sejak dua bulan pertama berobat cocok. Tidak dihakimi, tidak mendapatkan kesan aneh. Normal saja.
Kondisi Psikiatri Aktif
Kita kilas balik sedikit ke masa kecilku. Aku selalu benci hidup. Aku sudah pernah mencoba bndir, tapi gagal. Ini kenapa aku tahu bahwa aku punya gangguan jiwa.
TK, SD, SMP, hingga SMA itu rasanya gelap sekali. Emosiku naik turun dengan ekstrim. Hubunganku dengan orang tua buruk. Aku sangat yakin ibuku baby blues. Karena itu dia bilang tidak bisa mencintai aku dan tidak punya koneksi ibu-anak denganku.
Jadi akar gangguan jiwaku adalah keluarga. Walau memang aku punya sejarah kekerasan seksual yang cukup banyak.
Sejak aku speak up, banyak orang bertanya apakah pelakunya mantan kekasihku? Karena aku pernah berpacaran dengan beberapa orang. Orang-orang itu semuanya aku posting di blog ini.
AKU TIDAK MENDAPATKAN KEKERASAN SEKSUAL DARI MANTAN.
Pelaku kekerasan seksual dalam hidupku adalah
- Sepupu;
- Rekan kerja (di perusahaan yang beda-beda);
- Anak didik (karena aku mantan dosen);
- Influencer centang biru (jurnalis); dan
- Orang asing (tidak kenal sama sekali).
Menurut psikiater JERUK, diagnosisku adalah sebagai berikut.
F31 – Bipolar Affective Disorder
Bipolar adalah gangguan suasana hati yang biasanya ditandai oleh dua fase yaitu mania dan depresi. Aku menyadari aku seperti ini karena jangka waktunya.
Ketika mania, aku bisa berbulan-bulan kurang tidur. Aku bisa menulis selama 12 jam. Selain itu, aku juga
- Bicara sangat cepat;
- Sangat ceria;
- Kelebihan energi; dan
- Sangat fokus
Seumur hidupku, fase maniaku bisa berlangsung selama 6 bulan penuh. Berikutnya adalah fase depresi ketika aku
- Tidak mau hidup;
- Menangis terus;
- Bisa tidur belasan jam sehari; dan
- Sangat kelelahan
Aku selalu memasuki fase mania di tahun terakhir kuliah baik itu D3, S1, maupun S2. Karena penulisan penelitian membuatku sangat-sangat bergairah. Aku lebih mencintai tulisanku dibanding pasanganku.
Sejak 2019, fase yang lebih banyak terjadi adalah depresi. Aku kembali merasakan mania pada awal tahun 2025. Ketika menulis blog ini, aku juga sedang mania.
F60.3 – Emotionally Unstable Personality Disorder (Borderline Type)
Biasanya disebut sebagai BPD, yaitu pola kepribadian jangka panjang yang membuat emosi sangat reaktif dan tidak stabil. Ini paling memengaruhi hubunganku dengan pasanganku.
Aku bisa sangaaaat cinta (bisa dilihat dari sejarah postingan blog ini sejak 2011). Namun, ketika rasa cinta itu hilang, aku menjadi sangaaaaat benci.
Tenang, putusnya bukan karena kekerasan seksual. Namun aku tidak akan menjelaskan kenapa. Aku mencoba menjaga nama baik mantanku, terutama mantan tunanganku. Dia akan segera menikahi orang lain. Aku tidak mau merusak mood calon istrinya.
Ciri khas BPD
- Perubahan emosi sangat ekstrim, bisa dalam hitungan menit. Orang melihat aku sangat ekspresif dan raut mukanya sangat cepat berubah.
- Aku sebenarnya sangat takut ditinggal pasanganku
- Impulsif dan cenderung cepat mengambil keputusan
F43 – Reaction to Severe Stress and Adjustment Disorders
Sejujurnya aku baru tahu aku dapat diagnosis ini pas cek rekam medis. Ini adalah kondisi ketika tekanan emosional sudah mengganggu fungsi harian. Yang aku alami adalah
- Muntah;
- Diare;
- Migrain;
- Kejang (sebulan terakhir berkali-kali);
- Kehilangan nafsu makan; dan
- Sulit fokus.
Tahun 2023, aku hampir setiap hari muntah di kantor. Sumber stresnya bukan di kantor. Namun ini cukup membuat aku malu karena orang kantor membicarakan kondisiku.
F32 – Depressive Episode
Ini yang paling ditulis oleh psikiater JERUK. Episode depresi berat yang berlangsung berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Sebenarnya pikiran bndir itu berkurang sangat banyak di awal 2025. Muncul lagi sejak dilecehkan oleh JERUK.
F41.1 – Generalized Anxiety Disorder (verbal, tidak tercatat di resume)
Rasa cemas ini sebenarnya menjadi sangat kuat ketika hubunganku dengan mantan tunangan tidak berjalan sesuai keinginan. Aku cemas terhadap masa depan hubungan kami. Aku merasa tidak dicintai dan diperjuangkan.
Rasa cemas ini membuat aku terus berpikiran negatif selama beberapa tahun. Kemudian kecemasan ini cukup mereda di akhir 2024 (karena aku bertemu orang lain). Sekarang aku merasa kecemasan ini tidak terlalu kentara.
Regressive behavior (verbal, tidak tercatat di resume)
Dari semua kondisi kejiwaanku, inilah yang paling mendominasi. Karena itulah banyak orang salah mengira mengenai usiaku. Mereka pikir aku anak-anak atau dewasa muda.
Ciri khasnya adalah bersikap, bersuara, dan berpikir seperti anak-anak. Menurut psikiater JERUK, aku stuck di usia mental 14 tahun. Aku juga sering hand flapping dan stimming.
Di dalam otakku, berperilaku seperti anak-anak sangat nyaman. Ini sangat mungkin dipicu oleh trauma, tapi aku tidak ingat apa yang terjadi pada usia 14 tahun.
Setiap kali masuk ruang praktik JERUK, yang muncul adalah aku si usia 14 tahun. Sehingga aku terlihat ceria, manja, polos, terlalu banyak bergerak, dan menggunakan baby voice.
Kronologis Abuse dan Pola Relasi yang Bermasalah dari JERUK
2023
Ada dua kejadian pada tahun 2023. Aku berobat pada
- 21 Februari 2023;
- 21 Maret 2023;
- 18 April 2023;
- 22 Mei 2023; dan
- 26 Juni 2023.
Kejadian pertama adalah dia memanggilku dengan sebutan sayang. Aku lupa ini di pertemuan yang mana. Namun, aku ingat persis ekspresinya.
“Ga gitu, sayang.”
Suaranya pelan, wajahnya menunduk dan tersenyum. Hari itu, aku berpikir dia cuma salah ucap. Alasannya? Karena kondisi regresiku.
Kukira, dia memperlakukan aku sebagai anak-anak karena aku tampil dengan mental anak usia 14 tahun. Maksudku, mungkin seperti kita memanggil anak kecil dengan sebutan sayang.
Aku memanggil semua keponakanku dengan sebutan sayang. Aku juga memanggil semua hewan peliharaanku dengan sebutan sayang.
Saat kejadian, aku hanya diam. Kejadian lain adalah ketika dia merekam aku saat sesi yaitu aku duduk dengan mata tertutup. FYI, semua sesi offline (kecuali 6 Mei 2025) dilakukan dengan mata tertutup. Ini adalah metode terapi yang ia ciptakan sendiri.
Hari itu, dia sudah menyiapkan kamera. Itu adalah kamera DJI Pocket seperti punya bosku. Dia bilang sesi tersebut akan direkam untuk dokumentasi pribadi dan tidak diperlihatkan kepada orang lain.
Aku percaya saja karena kupikir itu bisa jadi untuk penelitian, pembelajaran, atau penyempurnaan metode terapi. Terapi pemrosesan trauma. Namun, aku sudah bertanya dengan pasien lain. Baik pasiennya maupun pasien psikiater lain.
Aku belum menemukan orang yang direkam juga. Ini menimbulkan kekhawatiran dalam hatiku. Terlepas bahwa aku memang kreator konten dan kamu bisa melihat videoku di media sosial.
Namun… ini video ketika aku memejamkan mata, di dalam ruangan tertutup, dan hanya dilihat oleh seorang laki-laki. Laki-laki yang kemudian terang-terangan melecehkanku.
Kenyataan ini membuatku mual.
2024
Tidak ada kejadian yang spesial kecuali bahwa dia membuatkan aku copy resep. Ini karena aku mengatakan kehabisan kuota sehingga tidak bisa untuk kontrol. Dia membuat copy resep ini agar aku tetap minum obat walau tidak bisa kontrol.
Aku berobat tanggal
- 23 Januari 2024;
- 20 Mei 2024;
- 3 Juni 2024;
- 8 Juli 2024;
- 27 Agustus 2024;
- 6 November 2024; dan
- 3 Desember 2024.
2025
Khusus untuk tahun 2025, aku akan menulis lebih detail. Karena eskalasi kejanggalan relasinya meningkat tiap bulan.
Aku berobat tanggal
- 3 Maret 2025;
- 15 April 2025;
- 6 Mei 2025;
- 4 Juni 2025 (sudah book dua bulan sebelumnya); dan
- 7 Juli 2025 (sudah book dua bulan sebelumnya).
Dia keluar dari ruangan dan menyebut nama lengkapku. Ekspresinya sangat senang dan suaranya keras. Aku terkejut, karena aku belum cek tensi sama sekali.
Soalnya, di rumah sakit ini, sebelum bertemu dokter harus cek tensi di meja perawat. Selain itu nama pasien tidak dipanggil. Pasien memiliki nomor antrian. Nomor antrian akan disebutkan melalui interkom.
Aku tanya, kenapa dia memanggilku sampai keluar ruangan? Dia bilang karena interkomnya rusak. Bulan April, dia kembali melakukan hal yang sama.
Aku mengatakan bahwa aku merasa senang yang meluap-luap dan tanpa alasan. Kecurigaanku adalah aku bipolar. Dia mengatakan bahwa untuk disebut sebagai bipolar, harus ada jangka waktunya. Sehingga aku mengatakan secara historis, aku bisa mengalami fase ini hingga enam bulan.
Bulan Maret dan April, dia banyak membicarakan dirinya sendiri. Bahkan waktu kontrolku hampir habis dan aku hampir tidak terapi sama sekali. Karena aku sudah tanya durasi tiap pasien adalah 30 menit. Itu sudah sekitar 45 menit.
Tanpa konteks, dia tiba-tiba mengatakan, “dosen Indonesia itu tolol-tolol. Gue kan pinter. Gue tau gue pinter.”
Sebenarnya aku agak bingung, tapi aku tidak tahu harus berbuat apa. Jadi aku berusaha tetap mengobrol walau rasanya aneh.
Dia bilang, dia tahu seberapa pintarnya ia sejak berteman dengan seseorang. Aku lupa nama orang ini. Ia adalah orang Indonesia yang bekerja di PBB.
Dia mengeluhkan bagaimana dosen di Indonesia sering meremehkan pemikiran atau rencana penelitiannya. Karena itulah dia memilih S3 di Malaysia.
Dia yakin promotornya (dosen pembimbingnya) tidak memahami penelitiannya. Namun si promotor ini tidak menolak (tidak seperti dosen di Indonesia). Dia juga menunjukkan rencana disertasinya yang mengambil topik trauma.
Selain itu dia juga bicara mengenai dia tahu orang-orang membicarakannya di belakang. Seakan dia bodoh atau aneh.
Aku juga tanya bagaimana aku akan berobat jika dia di Malaysia. Dia bilang, akan pergi bolak-balik. Hanya mengurangi sedikit saja jadwal praktik.
Di sini, kami sempat membicarakan interaksi akun media sosial kami. Pertanyaanku muncul karena kontennya (yang aku reply komentarnya). Pada dasarnya dia tahu semua akun media sosialku.
Di sini aku mulai terpikirkan sesuatu. Apa dia akan mengangkat topik ini dengan orang lain, kalau dia tahu orangnya tidak akan mengerti? Atau dia pasti mengangkat topik ini karena tahu orangnya akan mengerti?
Sebagai catatan aku
- Mantan joki tesis dan skripsi
- Sangat ingin S3
- Sangat suka melakukan penelitian
- Aku sudah tiga kali kuliah, tiap kuliah cepat lulusnya
- Nilai penelitianku selalu sempurna alias A
- Buatku menulis tesis itu sangat-sangat-sangat menyenangkan
Aku berpikir ini mungkin kebetulan. Namun semua informasi ini bisa ditemukan di media sosialku (terutama Threads).
6 Mei 2025
Puncaknya adalah 6 Mei 2025 pukul 9.00–9.30 WIB. Untuk pertama kalinya, dia memberiku terapi dengan menyuruhku membuka mata. Aku duduk di kursi kulit coklat, menghadap ke arah pintu.
Hari itu, aku mengatakan bahwa masih sering mimpi diperkosa. Bahkan walaupun sudah menjalani sesi TPT mengenai topik ini sebelumnya (tahun 2024).
FYI, JERUK mengetahui seluruh kasus kekerasan yang pernah aku terima. Krn awal pertemuan kami, dia memintaku menulis daftar traumaku. Dia berucap, “Banyak sekali ya traumanya.”
Dia bahkan sempat bilang bahwa dia bisa memahami kondisiku karena anaknya juga perempuan. Sehingga dia berpikir dia tidak akan terima dan sangat marah jika anaknya diperlakukan buruk oleh laki-laki. Dia pun berpikir untuk membekali anaknya dengan bela diri.
Oh ya, biasanya dalam satu pertemuan, JERUK akan melakukan pemrosesan satu saja traumaku agar fokus. Jadi pada tanggal 6 Mei 2025 topik pemrosesan traumanya adalah pemerkosaan.
Terapi dibuka dengan pertanyaan JERUK. Apakah aku bisa mengingat dengan jelas kejadian tersebut?
Aku mulai gemetar. Pelan. Samar. Tanganku memegang pinggiran kursi kulit coklat itu erat-erat.
Biasanya JERUK akan bertanya apa yang aku rasakan? Apa yang aku butuhkan? Untuk pertama kalinya seumur hidupku, pada sesi tersebut aku bilang aku membutuhkan ibuku.
Aku mulai menangis karena menginginkan ibuku memelukku.
JERUK kemudian akan bertanya, dari angka 1–10, seberapa terganggunya kah emosiku saat itu? Jika masih mengganggu, dia akan kembali bertanya apa yang aku butuhkan.
Lalu sesi terapi akan ditutup dengan JERUK menyuruh aku yang dewasa membawa diriku dari masa lalu ke masa saat ini. Ke tanggal 6 Mei 2025 ini. Bahwa aku yang di masa lalu aman, dan diriku yang saat ini akan menjaganya.
Sesi hari itu berlangsung lebih sebentar dari biasanya.
Aku lalu bertanya, kenapa kali ini aku disuruh membuka mata? JERUK menjawab, “Goyangan tubuh kamu paling mantap di sesi ini.”
Aku berani sumpah demi Allah, bahkan letakkan saja Quran di atas kepalaku. Tubuhku tidak bergoyang-goyang.
Hari kejadian aku menggunakan bergo warna merah yang menutup sampai ke perut. Aku juga menggunakan jaket hoodie tebal warna ungu muda dan celana jeans Uniqlo yang longgar. Aku tidak mandi. Mencuci muka saja tidak. Hari itu aku sangat jelek.
Aku diam sesaat, lalu kembali menanyakan hal lain. Yang juga dia jawab dengan lancar. Otakku berusaha memproses. Semua ingatan tentang relasi kami sejak 2023 berputar ulang.
Jadi…. selama ini perasaan janggal yang kurasakan benar? Otaknya kotor? Dia… memanfaatkan posisiku yang lemah, sakit, dan penuh trauma ini? Dia melecehkanku? Dia sama hinanya dengan para lelaki yang melakukan kekerasan seksual padaku?
Rasa sakit, marah, dikhianati, hingga ketakutan menyeruak dari dadaku. Ketika sesi selesai, aku berjalan keluar. Dia berjalan di belakangku. Sepertinya mau ke toilet. Namun, membayangkan dia jalan di belakangku dan melihat tubuhku membuatku merinding.
Aku mau matanya buta sehingga dia tidak bisa lagi menatapku. Termasuk rekamanku yang dia ambil tahun 2023. Aku harap komputernya, laptopnya, ponselnya, dan kamera DJI pocket-nya meledak. Rusak.
Apa yang Terjadi Setelah 6 Mei 2025
Aku merasa kewarasanku seperti orang. Orang yang paling aku percaya. Orang yang aku tunggu-tunggu pertemuannya tiap bulan. Orang yang kukira akan membantuku untuk pulih dan bisa merasa aman lagi.
Aku selama ini selalu memuji-muji dia. Bahkan ada beberapa kontenku di media sosial membahas dia. Betapa dia berperan besar pada progress-ku secara mental.
Namun ternyata penilaianku salah.
Dia malah mengkhianatiku. Melecehkanku. Merendahkanku. Menghinaku.
Aku terus menerus memutar ulang kejadian pada tanggal 6 Mei 2025. Aku bingung. Kenapa kata-kata itu keluar dari mulutnya?
Lalu… keraguanku selama ini benar? Aku bukan salah paham? Dia memang selama ini… bertindak gila???
Aku mencoba bercerita kepada beberapa temanku. Mereka terkejut. Banyak dari mereka tanya, “Apa dia tahu kamu suka menari?”
Aku tidak pernah membicarakan apa pekerjaanku, pendidikanku, kegiatanku sehari-hari, atau hobiku.
Fokus pembicaraan kami selalu tentang traumaku. Terutama, topik paling banyak yang kami bahas adalah ibuku. Bagaimana mungkin dia bicara soal goyangan itu, kalau tidak dari memeriksa media sosialku?
Aku sering menulis di story Instagram bagaimana aku suka menari. Lalu aku kembali menari dengan membeli kelas menari di sebuah klub tari dari Kanada yang buka cabang di Jakarta. Kelas menari itu adalah hadiah ulang tahun untuk diriku sendiri.
Aku juga sering ikut kelas menari di gym. Aku memang tidak posting video-video tersebut di feed (setidaknya sebelum kejadian ini). Namun, aku tahu, videoku di-upload oleh pihak gym dan coach di feed mereka.
Otakku terus berpikir keras. Apa yang salah? Sejak kapan aku dibodohi? Sejak kapan dia punya niat buruk dalam melecehkanku?
Apakah sejak dia merekamku itu? Atau… yang mana?!
Aku merasa ketakutan setengah mati. Aku tidak pernah menangis ketika hampir diperkosa sepupuku. Aku juga tidak menangis ketika mendapat ancaman perkosaan berkali-kali. Bahkan ketika fotoku disebar.
Namun, aku menangis histeris karena rasanya muka JERUK ada di depan wajahku. Aku merasa seperti dikejar setan tiap teringat wajahnya dan senyumnya.
Sejak 6 Mei hingga 12 Mei 2025, hidupku seperti di neraka. Meski aku bercerita dengan sebanyak mungkin orang, aku merasa sangat sendirian. Aku merasa ketakutan.
Aku juga terus menerus muntah. Aku mulai makan satu kali sehari karena kesulitan memasukkan makanan. Selain itu, aku juga mulai diare.
13 Mei 2025
Aku butuh obat penenang. Aku tidak bisa seperti ini terus. Aku tidak bisa menangis terus.
Akhirnya temanku menyarankan aku untuk berobat ke dr. Chandra Irawan M. Biomed, Sp.KJ yang merupakan senior dari JERUK. Temanku bilang, ia bahkan sempat membicarakan JERUK kepada dr Chandra. Akhirnya, aku pun berobat ke beliau di RS Mulia dan mendapatkan alprazolam.
Ketika bertemu dr Chandra, aku menangis histeris dan tidak bisa bicara. Jadi aku meminta ia membaca diariku. Ia pun akhirnya tahu kenapa aku sedepresi ini.
14 Mei 2025 - 10.00 WIB
Aku merasa obat-obatan tidak membantuku. Aku butuh terapi untuk memproses traumaku. Akhirnya, melalui website milik JERUK, aku menemukan psikolog perempuan yang menawarkan layanan serupa.
Namanya Amanda. Amanda inilah yang kemudian memberi tahu JERUK mengenai apa yang kurasakan. Petaka selanjutnya dimulai dari sini.
Amanda mengatakan bahwa ia yakin JERUK adalah orang yang berbesar hati akan meminta maaf.
16 Mei 2025
Aku masih merasa sinting dan tidak tahu harus berbuat apa. Rasanya obat yang aku minum dari dr Chandra kurang membantu. Sehingga aku mencari psikiater lain. Aku lalu berkonsultasi dengan dr. Mariati Sp.KJ yang ternyata juga teman satu almamater J.
Pencarian bantuan ini–baik psikolog maupun psikiater–menyadarkanku satu hal. Aku sangat bergantung dengan JERUK. Aku merasa tidak cocok berobat dengan orang lain. Ini membuatku semakin putus asa. Karena tempat amanku hilang, aku telah dilecehkan, sehingga aku tidak bisa kembali.
19 Mei 2025
Amanda mengirimkan email seperti ini. Dari sini akhirnya JERUK mengetahui nomor pribadiku.
Aku sebenarnya berniat memaafkan JERUK, selama dia meminta maaf dengan tulus. Karena aku masih butuh berobat.
Namun telepon itu tidak muncul. Sehari… dua hari… tiga hari. Kupikir, dia tidak akan pernah menelpon.
23 Mei 2025
Amanda bilang, JERUK akan menelponku. Orang-orang mengingatkanku untuk merekam telepon tersebut.
Telpon itu masuk tepat pukul 14.00 WIB melalui nomor rumah sakit. Bukan nomor pribadi JERUK.
Aku tidak upload rekamannya di sini. Namun, yang mendengarkan rekaman telepon itu sudah ratusan orang.
Salah satunya adalah Kalis Mardiasih.
JERUK kurang lebih mengatakan bahwa dia tahu aku merasa uneasy dan violated. Sehingga dia mengajak bertemu. Kuiyakan.
Namun, beberapa jam setelah telepon tersebut, aku mendapatkan email seperti ini. Aku merasa marah sekali. Aku akan tampilkan isi percakapan di email.
26 Mei 2025
Aku masuk UGD karena terlalu stres. Di hari yang sama, aku mulai merasakan teror. Ada dua panggilan masuk dari rumah sakit. Aku tahu, tidak mungkin rumah sakit meneleponku. Kan aku ada di situ, di UGD.
Namun JERUK tidak mau mengakui pada Amanda bahwa ialah yang menelponku. Padahal aku jelas-jelas minta tidak diganggu lagi.
30 Mei 2025
Sebagai konteks, berobat ke JERUK ini susah karena harus booking berbulan-bulan sebelumnya. Sebelum kejadian tanggal 6 Mei 2025, aku sudah punya jadwal booking pada 4 Juni 2025 dan 7 Juli 2025.
Aku akan tampilkan bagaimana biasanya pihak rumah sakit mengonfirmasi kehadiranku.
Berikut ini adalah chat yang janggal karena template chat-nya berbeda. Selain itu, ini bukan H-1 kehadiran. Ini masih tanggal 30 Mei 2025. Sehingga aku yakin, JERUK yang ingin menghubungiku. Dia ingin tahu apakah aku akan hadir pada 4 Juni 2025.
Selain itu, aku sebenarnya menghubungi rumah sakit pada pagi harinya karena ingin minta infus dan suntik vitamin. Aku masih merasa sakit walau sudah keluar dari UGD. Sehingga aku berpikir, JERUK tahu bahwa aku menghubungi rumah sakit dan menggunakan celah itu untuk menghubungiku.
Sebenarnya aku tidak mau hadir. Tapi aku ketakutan. Aku takut semakin menghindari JERUK, dia akan semakin nekat. Jika dia bisa stalking aku di media sosial dan stalking rekam medisku. Berarti dia akan segera tahu di mana aku biasanya berada setiap hari. Aku khawatir dia akan menghampiriku di luar rumah sakit.
Aku tidak pernah tag lokasi ketika sendirian dan sering beraktivitas di tempat tersebut. Namun, dengan perilaku stalking JERUK, aku rasa dia akan mudah menemukan di mana aku berada. Kami ada di kota yang sama dan beraktivitas di area yang sama.
Aku tidak mau pergi dari tempat yang aku sukai dan membuatku merasa nyaman hanya karena JERUK.
4 Juni 2025
Aku datang ke rumah sakit dengan perasaan amat sangat terpaksa. Ini kondisi fisikku saat itu. Bisa dilihat, tensiku dan detak jantungku tidak normal.
Aku akan bandingkan dengan kondisi tensi di bulan-bulan lainnya. Normal, kan?
Aku sudah membuat rencana akan merekam percakapan ini. Jadi, aku datang dengan baju olahraga. Di perutku, ada kantong tempat aku meletakkan handphone. Kantong itu tertutup baju (aku pakai dua lapis).
Sebenarnya pacar adikku menemaniku. Namun ia datang belakangan. Adikku pengacara dan pacarnya kuliah hukum juga.
Pacar adikku dihadang oleh satpam. Dihalangi keluar lift di lantai 3. Selain itu dia terus diikuti dan difoto oleh satpam.
Satpam ini juga memotretku berkali-kali dan mengikutiku.
Dia berjaga di depan ruangan JERUK.
Kemudian aku pun masuk ke ruangan JERUK setelah nomor antrianku dipanggil.
JERUK, untuk pertama kalinya, berdiri ketika aku masuk ruangan.
“Erlinda, silakan masuk. Silakan duduk. Kamu mau saya bicara duluan? Atau kamu mau bicara duluan?”
Aku jawab, “Aku kasih waktu 10 menit. Kalo ga ngomong, aku keluar”.
Lalu dia mengucapkan permintaan maaf yang–sumpah–ga–niat–banget–itu. BTW, ini bukan pendapat subjektifku. Karena seperti biasa, tentu saja rekaman suaranya aku bagikan ke sebanyak mungkin manusia. Semua orang yang mendengar suaranya sepakat mengatakan minta maafnya ga niat dan omongannya manipulatif.
Aku cuma… tidak sampai 5 menit sepertinya di dalam. Karena begitu dia bicara, aku mengalami serangan panik dan mulai menangis histeris.
Kemudian aku teriak, “Aku mau keluar aja, aku gamau liat!”
Maksudnya, ga mau liat mukanya. Dia jawab, “Its okay.”
(((ITS OKAY)))
Aku keluar menangis. Satpam itu mengikuti. Lalu…aku pergi ke kasir untuk membayar.
Memang benar, booking ke JERUK harus berbulan-bulan sebelumnya. Namun, ketika sudah selesai sesi, harus bayar biaya administrasi sebesar Rp70.000 ke rumah sakit.
Lalu rumah sakit bilang begini, “Kata JERUK yang hari ini dananya akan dikembalikan. Nanti kami akan chat ibu.”
Ya sudah, aku pun pulang. Benar saja, sampai rumah, rumah sakit menghubungi mengenai pengembalian dana tersebut.
6 Juni 2025
Aku tanpa sengaja bertemu satpam yang menjaga ruangan JERUK. Yang memotret dan mengikutiku.
Tentu saja aku tahu dia tidak bersalah. Namun, aku ingin “mengirim pesan” pada JERUK bahwa aku tidak terintimidasi. Jadi aku hampiri satpam tersebut.
“Bapak yang motoin aku ya tanggal 4?”
“Enggak. Di mana?”
“Di lantai 3.”
Dia menghindari tatapanku dan terlihat grogi. Aku pun pergi.
Beberapa jam kemudian, aku baru keluar dari mall tersebut. Si satpam tak sengaja saling pandang denganku lalu membuang muka. Sepertinya dia malu.
Siapa Saja yang Mengetahui Hal Ini?
- Coach-coach di gym karena aku terpaksa batal perform nari. Jadi aku ceritakan kejadian sebenarnya.
- Coach renang private-ku.
- ODGJ di kota Bogor (kami ada support group di Whatsapp). Bahkan rekan JERUK, dr Lahargo, juga ada di grup itu.
- Beberapa pasien JERUK.
- Beberapa orang yang tadinya mau berobat ke JERUK.
- Follower-ku.
- Dokter-dokter kenalanku.
- Aktivis perempuan yang mengenal JERUK.
- Influencer yang mengenal JERUK.
Kenapa Aku Menulis Ini?
Aku hanya ingin merasa AMAN. Jika dokterku sendiri, orang yang tahu seberapa menderitanya aku karena kekerasan seksual, bisa melakukan hal serendah ini. Lalu ke mana aku akan merasa aman? Di mana ruang amanku? Apakah perempuan tidak berhak merasa AMAN? Bagaimana aku bisa mengakses layanan kesehatan jika aku DIHINAKAN seperti ini?