Review: Pamali Dusun Pocong

Sumber: Tix.id

Bagaimana jika kamu datang ke suatu tempat ketika semua pantangan (pamali) menjadi normal di sana? Semua hal yang kamu hindari justru sengaja dilanggar oleh warga setempat. Sebagai pendatang, kamu tentu paham. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.


Sejujurnya, saya baru tahu bahwa film Pamali Dusun Pocong merupakan sekuel dari Pamali (2022). Saya kira ini adalah film standalone. Lebih menarik lagi, film ini terinspirasi dari video game! Sebagai seseorang yang tidak main game sejak 2012, saya jadi penasaran. Seperti apa ya serunya?

Pamali Dusun Pocong disutradarai oleh Bobby Prasetyo yang telah memenangkan Piala Citra dan Piala Iqbal Rais. Bobby nampaknya ingin fokus menjadi sutradara bergenre horor. Saya pribadi tengah menunggu karyanya yang rilis 2024 nanti, Kuasa Gelap. 

Film ini dibintangi oleh Dea Panendra, Yasamin Jasem, Arla Ailani, Fajar Nugra, dan Bukie B. Mansyur. Dea adalah aktris yang namanya moncer lewat beberapa film keren seperti Marlina si Pembunuh Empat Babak dan Penyalin Cahaya. Sementara Fajar sendiri adalah seorang komika.

Pamali Dusun Pocong berkisah tentang tiga orang tenaga kesehatan yang dikirim ke sebuah dusun untuk menangani wabah. Wabah ini nampaknya adalah penyakit kulit yang sangat menular. Mila, Gendis, dan Puput ditemani pula oleh dua orang penggali kubur yaitu Cecep dan Deden. Berlima, mereka datang ke dusun yang ada di antah berantah itu menggunakan perahu Mang Ujang.

Ketika sampai, ketiga nakes ini tak menyangka bahwa wabah yang terjadi sangat parah. Sudah puluhan warga dusun meninggal dunia. Bahkan, satu-satunya penggali kubur di dusun itu juga tertular dan meninggal. Karena itulah, mayat-mayat menumpuk dan menimbulkan bau busuk. Dalam waktu singkat saja persediaan obat yang dibawa Mila, Gendis, dan Puput pun ludes.

Sementara itu Cecep dan Deden bekerja keras mengubur mayat warga dusun. Sebagai orang yang memang sudah terbiasa menggali dan menguburkan mayat, mereka menganggap pekerjaan ini enteng. Cecep melupakan hal paling mendasar dalam pekerjaan ini. Yaitu mempelajari tata cara menguburkan mayat sesuai dengan adat istiadat di dusun tersebut.

Alhasil, satu per satu petaka menimpa kelima anggota rombongan ini. Ditambah lagi, masih banyak pantangan lain yang mereka langgar. Sebab, mereka berpikir, hal-hal itu adalah pantangan (pamali). Namun, di dusun itu, kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah keharusan.

Sebenarnya, menurut saya ide ceritanya sangat menarik. Ini seperti hari kebalikan dalam salah satu serial Spongebob. Hanya saja, ini versi horornya. Yang saya kurang suka adalah tidak ada penjelasan apa wabah yang menimpa warga dusun. Ini menjadi plot hole dalam skenarionya.

Bagi kamu pencinta horor, apalagi yang menyukai kisah pocong, akan terhibur. Jump scare-nya banyak! Cukup membuat jantung berdetak kencang. Walau mungkin trik-triknya menakutinya bukan hal baru, tapi menghibur kok.

Saya juga harus memuji sound effect-nya, terutama adegan di WC. Itu lucu. Begitu pula dialog-dialog yang dicetuskan oleh Cecep. Cecep berhasil mencuri perhatian sejak pertama kali muncul dalam film ini.

Hanya saja, scene bermain harmonika itu terasa palsu. Terasa sekali bahwa suara harmonika itu bukan keluar dari permainan harmonika Deden. Di luar itu, sound-nya oke kok. Apalagi suara ketukan di jendela. Cukup mencekam, ya.

Sebenarnya, saya berharap pemandangan alam yang indah di film ini lebih ditonjolkan. Soalnya, lokasinya benar-benar epik! 

Film ini punya potensi yang cukup oke. Jika ada sekuel lagi, sepertinya bagus juga. Karena Indonesia kaya akan budaya. Masih banyak daerah yang bisa dijamah menjadi setting film. Masih banyak pamali-pamali yang bisa diangkat ke dalam film.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama