Citra, Kenyataan atau Buatan?

sukadi.net

Suka baca atau nonton berita? Suka dengar kata "citra"? Ini bikin saya gerah, segerah orang bicara soal pencurian budaya. Lucunya, orang begitu takut budayanya dicuri sampai berteriak "Patenkan budaya kita." Padahal budaya tidak bisa dipatenkan. Seringkali ada kesalahpahaman memaknai suatu kata, frasa, atau topik sehingga memicu perdebatan yang tidak ada habis-habisnya karena alasan ketidaktahuan. Seperti yang saat ini terjadi, dari situs berita hingga obrolan di warung kopi mengenai calon pemimpin negeri yang disebut menjual citra diri.

Saya akan memberi sedikit gambaran dari kaca mata seorang mahasiswi Komunikasi. Citra, menurut kamus Kateglo, dapat dimaknai sebagai gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk. Ada tiga arti lain yang terkandung dari kata dasar citra tapi saya mengambilnya berdasarkan yang saya pelajari pula di bangku kuliah. Intinya, gambaran dari pihak luar. Menurut buku Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia karya M. Linggar Anggoro pada cetakan kelima tahun 2008, ada beberapa jenis citra yaitu citra bayangan, citra yang berlaku, citra harapan, citra perusahaan, dan citra majemuk. Frank Jefkins dalam Public Relations edisi kelima menambahkan satu tipe lagi dari citra yakni citra baik buruk.

Citra bayangan adalah citra yang melekat pada pihak internal (bisa seseorang atau sebuah organisasi) mengenai anggapan pihak luar. Contohnya, saya menganggap bahwa orang lain menilai saya sebagai pribadi yang ceria. Citra yang berlaku adalah citra mengenai pihak internal yang berlaku pada pihak luar. Contohnya, orang sebenarnya menganggap saya orang yang mudah berubah mood-nya. Citra harapan adalah citra yang diharapkan pihak internal. Contohnya, saya berharap orang melihat saya sebagai pribadi yang menyenangkan. Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan. Contohnya, anggapan bahwa kuliah di perguruan tinggi negeri lebih bergengsi, pendidikannya lebih bermutu, dan biayanya lebih murah. Citra majemuk adalah citra yang muncul dari unit-unit organisasi yaitu para anggotanya sendiri yang beraneka ragam. Hal ini tidak dapat dihindari karena tentunya kepribadian tiap anggota organisasi berbeda. Hal ini memungkinkan pihak luar atau khalayak menggeneralisasi anggapan mereka terhadap suatu organisasi. Untuk menekannya, biasanya organisasi berusaha menampilkan anggota organisasinya dalam identitas yang seragam melalui pakaian, bentuk kantor cabang, dan hal-hal yang bersifat baku lainnya sesederhana cara mengucapkan salam. Lazim kita menemuinya pada desain interior bank atau seragam karyawan maskapai penerbangan.

Sudahkan Anda menemukan titik terang melalui penjelasan sederhana ini? Ya, semua orang memiliki citra. Semua orang berhak menilai orang lain. Semua orang tidak dapat mengelak dari penilaian orang lain terhadap dirinya. Saya dinilai oleh lingkungan, begitu pula Anda. Sehingga pencitraan itu adalah hal yang akan selalu ada, baik disengaja maupun tidak disengaja. Pencitraan tidak selalu buruk. Citra dapat terbentuk secara alami maupun dibuat-buat seakan ia barang imitasi.  Karena citra adalah apa yang orang lihat pada diri kita
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama