*tarik nafas panjang sebelum mulai ngetik*
Halo
2013, masing hangat ya tahun barunya? Walaupun kota Bogor sering diliputi
mendung dan dilingkupi hujan tapi keceriaan mengawali lembaran baru di tahun
ini masih membara ya. Dalam postingan kali ini saya mau curhat dalam rangka
ikutan lomba yang diadakan oleh Gagas Media, Bukune, dan Gammara Leather.
Semoga saya menang, aamiin J
Oke,
mari kita flashback.
Gimana
perjalanan sepanjang 2012? Secara garis besar, boleh dibilang 2012 adalah tahun
yang indah. Saya bersyukur punya sahabat-sahabat yang terus memberikan dukungan
sekaligus membagikan kebahagiaannya. Saya juga tak kalah bersyukur atas
kehadiran orang-orang yang menunjukkan hangatnya sebuah pertemanan.
Enam
bulan pertama di tahun 2012 adalah ketika saya menjalani semester dua kuliah
jurusan Komunikasi. Salah satu
hal yang paling membekas dalam hati waktu saya dan tim yang totalnya 16 orang
mengerjakan proyek film dokumenter berdurasi 15 menit dengan tema budaya. Cerita
ini sendiri sudah saya posting berulang kali di blog. Kami menjalani hari-hari penuh perjuangan selama membuat
film. Sebagian besar dari kami tak punya pengalaman membuat film. Bahkan kami
tidak punya peralatan yang memadai. Tapi impian kami tercapai. Kami berenam
belas sama-sama puas dengan hasil pembuatan film ini. Saya bersyukur setengah
mati punya tim yang luar biasa. Saya ingin mereka tahu bahwa saya sangat
menyayangi tim. Mereka adalah salah satu kenangan terbaik sepanjang kuliah saya
di Diploma.
Pencapaian
saya berikutnya? Saya sukses memenangkan Januari 50 ribu kata di 2012. Saya yang
amatir dalam menulis, kesulitan membuat outline,
dan menurut beberapa orang sulit dicerna tulisannya (mereka pasti butuh Veg*ta)
ternyata bisa menembus angka 50 ribu kata! Dan bahkan di angka 50 ribu itu
novel saya belum selesai. Dari pengalaman itu, saya tahu betapa sulitnya
seorang novelis dalam berkarya. Merangkai kata-kata mungkin bisa sambil menutup
mata, tapi membuatnya enak dibaca dan mendapat sambutan dengan tangan terbuka
tidak gampang. Kalaupun sudah menyelesaikan naskah novel, naskah tersebut harus
melalui proses penyuntingan yang kadang sampai berbulan-bulan. Betapa kagumnya
saya dengan para penulis di luar sana yang bisa terus eksis dan rutin
menerbitkan karya.
Pencapaian
berikutnya berlanjut saat desain cover saya terpilih dalam mata kuliah Desain
Grafis (meski bukan pemilik nilai tertinggi). Ini sedikit ironis karena awalnya
saya tidak cukup percaya diri untuk mata kuliah tersebut. Saya nol besar dalam
desain. Nilai penjiplakan logo saya stuck
di angka 65. Nilai-nilai berikutnya tidak ada yang merangkak ke angka 70. Catatan
desain saya tidak lengkap. Desain saya tidak dilirik. Saya benar-benar merasa
buruk.
Namun,
sampai sekarang, saya belum benar-benar beruntung dalam hal desain. Desain majalah
saya berikutnya (untuk mata kuliah lain) jauh dari harapan. Ketika saya minta
penilaian teman, bisa dibilang mengecewakan. Saya sempat terpancing emosi tapi
akhirnya saya paham. Betapa kemampuan, jam terbang, dan eksplorasi saya masih
sangat terbatas. Saya perlu usaha lebih keras!
Sebetulnya
apa yang saya capai masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan orang lain. Pengalaman
saya masih sempit. Tetap saja, pengalaman itu berharga dan mendatangkan
pelajaran. Misal, dalam mata kuliah Komunikasi Bisnis. Waktu presentasi
pemilihan direktur, saya terlalu gugup sampai-sampai lupa memberi kesempatan
kepada audiens untuk berpartisipasi. Saya
langsung duduk di kursi dan membuat presentasi saya terlihat seakan belum
selesai. Saya sudah putus asa, pasti tidak terpilih, pasti nilainya jelek.
Di luar
dugaan, saya salah satu yang terpilih sebagai direktur. Padahal materi
presentasi saya sangat tidak mainstream
dan bagi kebanyakan orang, bukan ladang yang menarik. Saya menceritakan
pengalaman ini kepada teman dan kalimatnya sangat membesarkan hati, “orang menilai
dari kredibilitas yang telah terbangun sejak dulu.” Terjadi pula keajaiban
semacam ini dalam mata kuliah Retorika. Saya bukan orang yang cakap berbicara
di depan umum. Bicara saya sangat cepat dan meledak-ledak. Namun anehnya, audiens justru memperhatikan setiap kata
yang saya ucapkan. Nilainya bisa membuat saya senang. Akibat mata kuliah
Retorika pula, saya bisa membalas dendam pada diri sendiri atas kegagalan dalam
bermain teater. Penampilan saya lumayan memukau teman-teman sekelas ketika saya
membawakan monolog Edgar Allan Poe yang berjudul Tell Tale Heart yang ternama itu. Padahal beberapa bulan
sebelumnya, saya dikritik habis-habisan oleh dewan juri akibat kegagalan saya
dalam pentas monolog IAC.
Bicara
soal harapan, saya tidak ingin muluk-muluk. Saya mau semester empat nanti lebih
baik. Saya mau IP naik. Saya berharap bisa menabung lebih banyak. Saya bisa
menjaga kesehatan (2012 saya sering sakit, haha). Terakhir, saya ingin PKL
gelombang pertama.
GagasMedia: http://gagasmedia.net
Bukune: http://bukune.com
Bagus dan memotifasi tulisannya. Salam kenal ya, Kak..
BalasHapussalam kenal juga :) makasih ya hehe senang bisa memotivasi
Hapus