Kemarin saya dan dua orang teman memutuskan untuk makan malam di luar. Sebenarnya ini untuk keperluan tugas wawancara saya, mata kuliah Kewirausahaan. Kami memutuskan mencari makan di daerah Mawar, Bogor. Selain karena tempatnya tidak begitu jauh dari rumah, di sana juga banyak makanan enak yang harganya bisa dibilang terjangkau.
Salah
satu teman saya memperkenalkan warung tenda yang menjual mie kocok, tak jauh
dari tempat les Nurul Fikri. Dari jauh, warung tenda itu terlihat penuh sesak. Bahkan
banyak yang mengantri dengan berdiri. Saya dan kedua teman sempat menunggu di
emperan sebuah toko. Tak lama, kami mendapatkan tempat duduk.
Dua
laki-laki bekerja cekatan membuatkan mie dalam porsi besar di dalam
mangkuk-mangkuk yang berjajar di gerobak. Dua orang perempuan melayani
pembayaran. Kurang dari sepuluh menit, mie kocok yang kami tunggu-tunggu sampai
ke meja. Uap panas mengepul dari dalam mangkuknya. Terlihat potongan besar
daging ayam tanpa tulang dan kikil sapi. Juga bawang daun, bumbu, mie, dan
bakso yang berkumpul menjadi satu sajian dalam porsi yang bisa dibilang lebih
banyak dari rata-rata mie ayam atau bakso yang pernah saya nikmati. Jelas harganya
juga beda. Setengah porsi saja Rp12.000,00! Satu porsi dihargai Rp18.000,00.
Herannya,
meski harga mie kocok ini lebih mahal dibanding makanan lain yang dijual di
sekitar Mawar, tapi penikmatnya tak pernah berkurang. Tiap kesini, teman saya
juga selalu memesan untuk dibawa pulang. Selain antrian pengunjung yang tak ada
habisnya, yang membeli dalam bungkusan pun tak kalah banyaknya. Saya sampai
takjub sendiri melihat pedagang mie kocok itu yang gerakan tangannya cepat
dalam meracik mie dan bumbu-bumbu.
Saya mewawancarai Teh Hani tentang asal
mula usaha mie kocok ini. Ternyata warung tenda mie kocok di Mawar telah ada
sejak 1970. Menurut Teh Hani, yang namanya usaha makanan tidak akan pernah
sepi. Panas atau hujan pun semua orang suka makan mie. Ditambah lagi Teh Hani
yakin racikan mie keluarganya memang unik dan berbeda dari racikan mie yang
biasa ditemui. Kini kata-kata Teh Hani terbukti melihat aliran pembeli yang tak
berhenti. Sekarang warung tenda mie kocok di Mawar mempekerjakan tujuh orang
pegawai demi melayani para pembeli.
Bila ingin menikmati minuman dingin
setelah kenyang melahap mie, Anda bisa memesan minuman di gerobak sebelah.
Tersedia minuman sachet yang diolah dalam gelas plastik dengan tambahan meses,
keju, chocochip, dan jeli dengan harga Rp4.500,00. Ada pula pedagang es cendol,
molen mini, tahu goreng, ayam goreng, hingga cakwe. Tak heran bila malam
menjelang daerah parkiran swalayan Bigmart di Mawar dipenuhi mobil dan motor
yang pemiliknya ingin berwisata kuliner di sekitar sana.
matkul kewirausahaan ^^ kami juga lagi belajar itu, tapi belum sampe dapat tugas..
BalasHapuswaah mienya mahaaal. tapi kelihatannya enak. ngileeeeeer..
http://mylittlecreambutton.blogspot.com/
tapi yang dagang ga merasa kalo mie-nya mahal hahahaha
HapusMie kocok mawar ini mie kocok pertama yang aku coba selama di Bogor dan... langsung nambah! Meskipun harganya gak sesuai sama kantong mahasiswa, tapi gak ada salahnya nyoba :D
BalasHapusporsi segitu nambah, luar biasa XD
HapusHaha jadi malu buka forum disini :'D
BalasHapusjangan malu2 beranda ini terbuka untukmu :D
HapusIsh, jadi ngiler.... Untung foto mie kocok yg udah jadinya nggak diliatin... Hahaha...
BalasHapus*saya pencinta mie lho.. :9 hmm
haha ga sukses nih reportasenya. ga bikin ngiler! XD
HapusSayang penampakan mienya kurang jelas mbak :p
BalasHapusHarganya lumayan mahal ya, tapi gak apa lah porsinya kan banyak dan enak pula :)
hehehhe memang untuk ukuran mie kocok kaki lima mahal hehe makanya makannya ga sering2
Hapus