Haloooooo
blog! Ini postingan ketiga gue tentang fotografi J Spesial buat postingan ini atas pesanan dari Silviana. Dia
blogger Kediri yang suka backpakeran dan punya hasrat di bidang fotografi. Jadi
postingan kali ini bakal membahas apa aja yang udah gue pelajari selama tujuh
minggu praktikum fotografi di kampus. Istilahnya, berbagi ilmu sama Silviana. Nah
perjalanan fotografi gue ga akan lengkap tanpa Sony ♥
Pertama kali
pengambilan nilai sih waktu itu dites foto studio. Di kampus gue dijelasin soal
diafragma alias F alias aperture, ISO, dan shutter speed. Secara sederhana,
makin kecil F makin terang gambarnya. Makin gede ISO, makin terang juga
gambarnya. Tapi kekurangannya, gambar jadi agak burem kalo ISO terlalu tinggi. Jadi
kalo bisa ISO-nya ga perlu gede-gede.
Shutter
speed ini berhubungan sama buka tutupnya lensa, ngekliknya gitu lho. Ini berkaitan
sama kecepatan kamera dalam menangkap dan merekam gambar. Kalo lambat, kita
bisa ambil foto slowspeed semisal bulb. Di Sony, hitungannya bukan 1/3 atau 1
per berapa ya, tapi pake hitungan detik. Nah kalo kebalikan dari slowspeed si
kamera ini lebih cepat dari gerakan benda, misalnya teknik freezing. Hasil fotonya,
air bakal kayak beku bahkan kita bisa lihat aliran udaranya dan air itu seperti
mengkristal.
foto studio |
Waktu pengambilan gambar di studio itu, kakak
asdosnya bilang sebaiknya pegangan utama kita di diafragma. Kalo diafragma udah
ga mempan, baru kita pake shutter speed atau ISO. Gue pribadi kurang
menyarankan ngutak-atik ISO kecuali gelap banget keadaannya, kalo mau pake
flash sekalian. Dan karena flash internal ga selalu bagus ke objek, sekalian
pake flash eksternal. Gue sendiri ga punya dan sampai saat ini
flash internal masih cukup menolong misalnya buat freezing.
freezing |
Sekarang kita mulai dengan pengambilan gambar
outdoor. Untuk teknik yang berhubungan sama shutter speed, ada tiga foto yang
bisa dihasilkan. Yaitu freezing, moving, dan panning. Kalo freezing misalnya
kita membekukan gerakan air atau kita melempar barang ke atas. Nah waktu si
benda melayang, kamera menangkap gambar melayangnya itu. Jadi kayak terbang. Mirip
levitasi gitu deh. Kalo moving, benda yang bergerak terlihat blur sementara
backgroundnya fokus. Misalnya kalo kita lagi dadah-dadah ke kamera. Jari-jari
tangan kita kayak hilang sementara gambar kitanya jelas.
freezing (oleh riri rizki) |
moving |
Panning menurut gue seru. Soalnya pas
percobaan pertama gue sukses dan di minggu berikutnya gue berjuang hampir 100
foto gagal K Iya nih kalo mood gue jelek, hasil foto juga jadi kacau.
Panning itu membekukan gerakan benda sementara backgroundnya ga fokus. Contohnya
gampang. Coba aja motret di pinggir jalan. Motor yang lewat keliatan fokus
sementara latarnya kayak cuma berupa garis. Seakan pohon-pohon yang dilewati si
motorlah yang bergerak. Kalo mau membuktikan si motor ini beneran bergerak atau
ga, liat jeruji rodanya. Roda kendaraan yang bergerak kan pasti ga keliatan
garis-garisnya.
panning |
ruang tajam tengah |
Untuk dof alias ruang tajam, kita mengenal
empat teknik. Yaitu ruang tajam depan, ruang tajam tengah, ruangan tajam
belakang, dan semua gambar fokus. Ruang tajam itu artinya fokus. Kita lagi
memfokuskan gambar ke objek yang mana, misalnya. Temen-temen gue banyak yang
mengeluhkan sulitnya mengambil gambar ruang tajam tengah. Sebetulnya kita cuma
perlu main focusing lensa plus pake trik. Menurut pengalaman gue, benda yang
kita potret ga harus ada tiga buat membedakan mana ruang tajam depan, tengah,
dan belakang. Fokus belakangnya cukup pakai latar atau background yang warnanya
kontras dengan dua benda yang kita potret. Usahakan latar jaraknya cukup jauh
dari benda.
high level |
low level |
Untuk angle alias level sudut pandang, ada
empat teknik yang perlu kita ketahui. Ada high level, low level, eye level, dan
frog level. High level untuk objek yang letaknya lebih tinggi dari kita, low
level sebaliknya. Eye level untuk objek yang sejajar dengan mata. Kalo frog
level itu sejajar dengan pijakan kita misal lantai atau tanah. Biasanya high
level diambil sambil berbaring di tanah, kalo frog level sambil tengkurap. Kecuali
kamera yang kalian pake punya live view jadi kalian bisa liat gambar yang
dibidik lewat layar bukan lubang intip.
eye level
|
Untuk pencahayaan ada tiga teknik yaitu cahaya
langsung, cahaya tidak langsung, dan cahaya samping. Foto yang cahaya langsung,
terlihat jelas kalo sumber pencahayaan kita alami misal dari matahari. Bisanya ditandai
dengan rambut model yang bercahaya kena matari. Kalo cahaya tidak langsung,
gampangnya diambil ketika si objek berada di bawah lindungan atap. Sementara cahaya
samping ini cahayanya dari samping jadi wajah si objek yang terang cuma
separuh, sisanya gelap.
Kalo kita mengambil gambar objeknya manusia,
ada empat cara dalam membidikkan kamera. Yaitu landscape atau horizontal,
potrait atau vertikal, close up atau dari leher ke atas, dan full body yaitu
dari ujung kepala sampai kaki. Kalo jumlah objek kalian banyak, disarankan
jangan mencoba potrait. Karena bisa jadi objek kalian kepotong atau komposisi
fotonya jadi padat kayak tumpuk-tumpuk. Bisa sih tapi harus diakali. Misal,
objeknya jangan berjejer tapi baris depan belakang kayak pemain bola J
Ini dia yang lumayan menguras tenaga yaitu
zooming. Di sini kita belajar mutar lensa zoom bertepatan dengan kita mengklik
shutter speed. Zooming ada dua yaitu zoom in dan zoom out. Salah satu teknik
yang kurang gue kuasai dan belum bagus hasilnya.
Ada lagi teknik yang asik yaitu makro. Makro ga
harus pake lensa khusus. Beberapa pocket yang canggih bisa dipake ngambil
gambar makro. Lensa biasa juga bisa asal yang makenya aja jago.
Kalo mau foto yang melawan cahaya matahari, kalian bisa menciptakan foto siluet.
Kalo yang gue suka karena ngambilnya unik, ya
bulb. Bulb ada dua yaitu bulb alam yang cahayanya sudah tersedia dan bulb
cahaya buatan yang kita bikin misalnya dari senter, korek api, atau lilin. Bulb
alam dari cahaya mobil itu udah biasa. Tapi coba deh sekali-sekali bikin bulb
cahaya bintang atau bulan. Gue ga tau kalian harus mencet shutterspeed berapa
jam J Ini ga becanda, beneran harus lama karena perputaran
bintang dan bulan itu kan lama. Kalo di Sony, kalian bisa bikin bulb cahaya
mobil dengan settingan shutterspeed 5 detik. Yang gue suka dari bulb punya gue
karena ada bokeh/blurnya yang berbentuk heksagonal. Kenapa bisa gitu? Karena gue
motret pas lagi ujan. Menurut gue bagusan dari atas jembatan anglenya dari pada
di pinggir jalan kecuali kalian nemu sudut yang bagus dan menguntungkan buat
ambil gambar.
foto produk |
Kemarin di pertemuan terakhir kelas gue
belajar ambil foto produk pake lightbox buatan sendiri. Bahannya sederhana,
kertas minyak yang melapisi empat sisi kardus bekas air mineral yang dilobangi.
Bagian atasnya dipangkas sementara bagian bawahnya diisolasi yang kuat dan
dilapisi karton putih. Bisa juga pake karton hitam kalo objek kalian punya
banyak warna. Gue pribadi lebih suka hasil gambar pake lampu kuning dibanding
lampu putih karena lebih klasik, keren, dan manis. Tergantung objek sih. Lampunya
cuma lampu belajar biasa yang ditaro (dipegangin sih hehe) di atas lightboxnya.
Segini dulu ilmu yang bisa gue bagi karena
gue mau uts. Nanti abis uts Insya Allah gue bisa membagi ilmu lebih banyak
lagi. Makasih banyak buat Sony dan semua temen yang udah membantu plus menemani
gue hunting :D Semua foto ini gue ambil sebagai tugas, ada juga yang punya temen gue. Selamat menyelami fotografi!
hihihi.. thankyou.. Kilat nih, kemarin pesen sekarang dah jadi, beneran profesional blogger yang satu ini :D
BalasHapussama sama :D yg lama itu resize sama upload fotonya hihi
Hapus