Tauristya
adalah salah seorang mahasiswi Komunikasi di Program Diploma IPB. Gadis yang
berdomisili di Dramaga ini tengah duduk di semester empat. Selain menjadi
seorang kakak bagi keempat adiknya sekaligus mengerjakan berbegai tugas kuliah,
ia juga menjalani dua profesi sekaligus. Ia pun menuturkan bagaimana awal mula
berkecimpung dalam dua bidang yang menurutnya jauh berbeda tapi merupakan
kegemarannya.
Bernama lengkap Tauristya Putri
Wulandari dan akrab disapa Tya, gadis ini menjalani profesi sebagai seorang
perias sekaligus fotografer. Ia baru menjalani kedua aktivitasnya itu di akhir
pekan agar tidak menganggu jadwal kuliahnya. Jam kerja yang panjang tapi
tawaran uang menggiurkan menjadi salah satu alasan mengapa ia mau waktu
liburnya terganggu.
Sekali merias, Tya dibayar sebesar Rp150.000. Uang tersebut diberikan oleh ibunya karena statusnya sebagai asisten perias
sang ibu. Biasanya ia mendapat bagian merias pagar ayu, sanak saudara, dan ibu
dari pasangan yang menikah. Ia belajar merias secara otodidak sejak kuliah
semester satu. Ibunya sendiri memang berniat mewariskan usaha rias pengantin
itu padanya. Namun Tya masih mempunyai cita-cita untuk mengikuti kursus tata
rias secara profesional sekaligus memiliki properti yang bisa ia sewakan
seperti baju pengantin kursi pengantin yang lebih modern.
Pendapatan yang ia dapatkan dari
fotografi lebih besar lagi. Satu kali foto pernikahan yang dimulai pukul enam
pagi hingga empat sore, Tya mampu mengantongi pendapatan sebesar Rp200.000.
Sementara untuk sesi foto prewedding selama tiga jam, ia mendapat keuntungan
sebesar Rp300.000. Ia juga menerima tawaran sesi foto untuk satu orang.
Praktis, ia merasakan akhir pekannya penuh dengan aktivitas.
Awal mula Tya bersentuhan dengan
dunia fotografi setelah memiliki kamera DSLR Canon 1000D sendiri. Setelah mampu
bermain focusing, Om Rudi yang tak
lain adalah pamannya menawarinya untuk membantu usaha studi foto sang paman
yang bernama Rudi Photo. Mulailah tawaran kerja memotret datang. Tya mengatakan
dalam satu minggu ia bisa ditawari satu hingga dua pemotretan untuk pernikahan.
Kadang ia menolak karena merasa butuh istirahat atau sekedar waktu untuk
bermain. Namun berdasarkan nasehat ibunya bahwa menolak rezeki itu tidak baik,
ia pun mengiyakan tawaran yang datang.
Baginya, keseruan dalam mencoba
berbagai angle hingga rasa kecocokan model fotonya dengan alam membuatnya
merasa senang dengan dunia fotografi. Berbeda dengan tata rias, ia harus
menyesuaikan paduan warna pada mata dan bibir hingga goresan yang tepat pada
alis agar kliennya tidak terlihat lebih tua atau terlalu muda dari usia
sebenarnya. Kedua bidang ini hal yang ia sukai dan ingin ia tekuni. Namun kalau
harus memilih, ia ingin memperdalam bidang tata rias.
Tiga faktor utama yang ia sukai dari
kedua pekerjaannya di akhir pekan adalah pengalaman, pendapatan, dan kebebasan
dalam memilih mana yang bisa ia ambil atau ia tolak. Meski ia sudah cukup
handal dalam tata rias dan fotografi bila melihat dari kepuasan kliennya, ia
sadar belum memiliki nama dan fasilitas memadai. Kendala tersebut membuatnya
ragu untuk menawarkan jasanya.
Tugas membuat paragraf eksposisi :)