Hai, halo. Harusnya karena udah lulus kuliah gue punya waktu luang untuk menulis di blog. Tapi sayang, laptop gue rusak. Mengetik ratusan bahkan ribuan karakter lewat ponsel rasanya kurang menyenangkan dan gue ga suka pergi ke warnet jadi untuk waktu yang belum bisa dipastikan sampai kapan, gue masih cuti nulis.
Kalo gitu berbagi kabar singkat aja dulu.
Pertama, gue lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Bagus di mata sebagian orang, tidak cukup bagus di mata orangtua. Tapi gue bahagia dengan pencapaian ini. Selain karena didapat dari usaha sendiri dan gue menikmati prosesnya, gue merasa mendapat banyak pengalaman berharga yang membentuk gue menjadi lebih mampu dalam mengerjakan sesuatu, lebih kreatif, dan lebih-lebih lainnya. Wisuda gue kali ini lebih menyenangkan dari sebelumnya dan meski mungkin ga sebaik versi kebanyakan orang, gue bersyukur bisa melaluinya. Kita ga selalu dapetin yang kita mau kan?
Berikutnya kesibukan gue. Hmm saat ini gue kembali menekuni bela diri. Sebulan atau hampir dua bulan ini gue menyakiti kaki gue sendiri berulang kali. Gerakan kaki gue tidak cukup bagus. Memalukan sebenernya tapi gue oke-oke aja. Walau secara fisik gue bukan orang yang sangat kuat karena kelemahan gue adalah pernapasan. Namun secara garis besar gue masih bisa berusaha, tentunya semampu fisik gue menerima latihan itu. Kalo hampir pingsan (yang sering terjadi) gue akan langsung minta pelatih buat dikasi waktu istirahat. Atau pelatih gue sendiri yang maksa gue istirahat karena muka gue sepucat mayat dan gue mulai kesulitan bernapas.
Kenapa gue belum kerja? Apa gue ga nyari? Apa gue suka nganggur? Apa gue bangga bersandar di kaki orangtua? Pertanyaan sejenis itu banyak mampir. Walau kedengerannya jahat tapi gue akui pertanyaan-pertanyaan itu benar-benar diajukan. Kaget? Yah namanya juga manusia, banyak yang menyimpulkan sesuka hatinya (termasuk gue). Gue hanya belum menemukan pekerjaan yang cocok dilakoni karema gue punya skala prioritas. Prioritas utama gue bukan bekerja. Ada yang lebih mendesak. Bukan, gue belum nikah. Jadi bukan itu. Jadi apakah itu? Mungkin gue bisa segera cerita. Tapi ga sekarang.
Oh ya kalo ada yang nanya juga kenapa gue tidak terlihat memperkenalkan pasangan atau menyatakan ketertarikan terhadap siapapun, itu karena gue punya prioritas lain. Gue bukan menunda atau menolak. Ya cuma belum waktunya aja. Gue lelah terhadap orang yang menganggap gue tidak normal. Apakah tidak sibuk berkencan atau menyiapkan pernikahan di usia 22 hampir 23 itu penyakit atau kecacatan serius? Padahal banyak juga orang yang menikah di usia yang lebih tua dari gue dan mereka menikah di usia itu karena itulah saat yang tepat versi mereka. Pertanyaan soal pasangan dan pekerjaan yang tajam itu bikin gue kehabisan kata. Gue jadi paranoid sendiri dan males nanggepin orang. Jadi, yah, gue jarang bales chat orang yang ga deket sekarang wkwk.
Ada banyak yang mau ditulis tapi ngetik di ponsel bikin lebih banyak typo dan gue benci itu. Ponsel ini juga suka hang karena kebanyakan aplikasi. Kok ga beli memori? Itu karena hampir semua kebutuhan gue taro di skala tersier. Primer gue itu makan, tidur, nafas, mandi, buang air, dan sejenis itu. Oke, bercanda. Gue memang kurang suka mengeluarkan uang. Kecuali sangaaaat terpaksa atau memang hal yang menjadi rutinitas kayak pulsa, sabun muka, es krim.
Pengen segera ngisi blog ini dengan cerpen dan artikel. Inspirasi dari mana? Ya dari ngamatin orang lah. Ga mungkin seratus persen dari pengalaman pribadi. Apalagi kalo liat cerpen-cerpen gue yang sad ending. Ga mungkin kan sebanyak itu gue kehilangan orang dalam hidup gue? Ga mungkin kan teman gue meninggal sebanyak tokoh gue yang meninggal di dalam cerpen?
Jelas enggak.
Gue cuma terlalu sensitif jadi bisa menempatkan diri gue dalam sudut pandang orang lain dan menuliskannya dalam bentuk cerpen. Kadang itu menganggu, jadi sensitif itu banyak ga enaknya juga. Aslinya sih hari-hari gue ceria. Kalopun bermasalah, bukan berarti langsung gue tuangkan jadi cerpen.
Oke sekian deh. Besok gue harus latihan. Latihan fisik berat bikin gue jadi lebih banyak tidur. Gue pengen nyobain jadi atlet sebetulnya tapi konyol juga dengan kemampuan fisik gue yang menyedihkan begini. Latihan aja mau pingsan terus.
Kalo gitu berbagi kabar singkat aja dulu.
Pertama, gue lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Bagus di mata sebagian orang, tidak cukup bagus di mata orangtua. Tapi gue bahagia dengan pencapaian ini. Selain karena didapat dari usaha sendiri dan gue menikmati prosesnya, gue merasa mendapat banyak pengalaman berharga yang membentuk gue menjadi lebih mampu dalam mengerjakan sesuatu, lebih kreatif, dan lebih-lebih lainnya. Wisuda gue kali ini lebih menyenangkan dari sebelumnya dan meski mungkin ga sebaik versi kebanyakan orang, gue bersyukur bisa melaluinya. Kita ga selalu dapetin yang kita mau kan?
Berikutnya kesibukan gue. Hmm saat ini gue kembali menekuni bela diri. Sebulan atau hampir dua bulan ini gue menyakiti kaki gue sendiri berulang kali. Gerakan kaki gue tidak cukup bagus. Memalukan sebenernya tapi gue oke-oke aja. Walau secara fisik gue bukan orang yang sangat kuat karena kelemahan gue adalah pernapasan. Namun secara garis besar gue masih bisa berusaha, tentunya semampu fisik gue menerima latihan itu. Kalo hampir pingsan (yang sering terjadi) gue akan langsung minta pelatih buat dikasi waktu istirahat. Atau pelatih gue sendiri yang maksa gue istirahat karena muka gue sepucat mayat dan gue mulai kesulitan bernapas.
Kenapa gue belum kerja? Apa gue ga nyari? Apa gue suka nganggur? Apa gue bangga bersandar di kaki orangtua? Pertanyaan sejenis itu banyak mampir. Walau kedengerannya jahat tapi gue akui pertanyaan-pertanyaan itu benar-benar diajukan. Kaget? Yah namanya juga manusia, banyak yang menyimpulkan sesuka hatinya (termasuk gue). Gue hanya belum menemukan pekerjaan yang cocok dilakoni karema gue punya skala prioritas. Prioritas utama gue bukan bekerja. Ada yang lebih mendesak. Bukan, gue belum nikah. Jadi bukan itu. Jadi apakah itu? Mungkin gue bisa segera cerita. Tapi ga sekarang.
Oh ya kalo ada yang nanya juga kenapa gue tidak terlihat memperkenalkan pasangan atau menyatakan ketertarikan terhadap siapapun, itu karena gue punya prioritas lain. Gue bukan menunda atau menolak. Ya cuma belum waktunya aja. Gue lelah terhadap orang yang menganggap gue tidak normal. Apakah tidak sibuk berkencan atau menyiapkan pernikahan di usia 22 hampir 23 itu penyakit atau kecacatan serius? Padahal banyak juga orang yang menikah di usia yang lebih tua dari gue dan mereka menikah di usia itu karena itulah saat yang tepat versi mereka. Pertanyaan soal pasangan dan pekerjaan yang tajam itu bikin gue kehabisan kata. Gue jadi paranoid sendiri dan males nanggepin orang. Jadi, yah, gue jarang bales chat orang yang ga deket sekarang wkwk.
Ada banyak yang mau ditulis tapi ngetik di ponsel bikin lebih banyak typo dan gue benci itu. Ponsel ini juga suka hang karena kebanyakan aplikasi. Kok ga beli memori? Itu karena hampir semua kebutuhan gue taro di skala tersier. Primer gue itu makan, tidur, nafas, mandi, buang air, dan sejenis itu. Oke, bercanda. Gue memang kurang suka mengeluarkan uang. Kecuali sangaaaat terpaksa atau memang hal yang menjadi rutinitas kayak pulsa, sabun muka, es krim.
Pengen segera ngisi blog ini dengan cerpen dan artikel. Inspirasi dari mana? Ya dari ngamatin orang lah. Ga mungkin seratus persen dari pengalaman pribadi. Apalagi kalo liat cerpen-cerpen gue yang sad ending. Ga mungkin kan sebanyak itu gue kehilangan orang dalam hidup gue? Ga mungkin kan teman gue meninggal sebanyak tokoh gue yang meninggal di dalam cerpen?
Jelas enggak.
Gue cuma terlalu sensitif jadi bisa menempatkan diri gue dalam sudut pandang orang lain dan menuliskannya dalam bentuk cerpen. Kadang itu menganggu, jadi sensitif itu banyak ga enaknya juga. Aslinya sih hari-hari gue ceria. Kalopun bermasalah, bukan berarti langsung gue tuangkan jadi cerpen.
Oke sekian deh. Besok gue harus latihan. Latihan fisik berat bikin gue jadi lebih banyak tidur. Gue pengen nyobain jadi atlet sebetulnya tapi konyol juga dengan kemampuan fisik gue yang menyedihkan begini. Latihan aja mau pingsan terus.
Ditunggu ya skala prioritas apa yang dimaksud Linda suatu saat nanti jika sudah berkenan dan pas waktunya untuk membeberkannya di Blog. Ditunggu juga cerpen barunya. Tetap semangat pokoknya. :)
BalasHapus