My Workout Journey
Aku bikin blog post ini karena LAGI SENENG BANGET. Ya ampun massa otot aku naik!
Aku kan udah cerita ya, awalnya daftar gym karena pengen pound fit indoor. Soalnya kalau outdoor difotoin cowok cabul dan itu bikin ga nyaman.
Nah pas awal nge-gym aku seneng banget karena banyak kelas yang women friendly. Ada zumba, dance cardio, RPM, dan lain-lain. Pound fit malah aku jadi jarang ikutan. Seleraku berubah.
Saat itu aku belum angkat beban. Soalnya aku gatau caranya main alat, takut cedera, dan malu bertanya. Sampai sekarang masih malu sih 🤣🤣🤣🤣
Aku sempat lah intinya pakai personal trainer. Ga sustain karena bayarnya lumayan jadi aku cuma bisa sebentar aja.
Kemudian aku menemukan kelas 💫body pump💫. Basically ini tuh kelas angkat beban, diajarin caranya main beban pakai plate dan bar. Repetisinya banyak, kamu bisa anggap ini kelas semi cardio. Pakai musik juga jadi seru.
Kelas ini membuat aku menyadari bahwa aku bisa angkat beban tanpa mesin. Bodyweight aja atau pake plate dan bar pun jadi. Terus aku bisa latihan ngumpet di dalam studio. Karena aku masih malu-malu berada di weight area-nya gym 😅
Sampai akhirnya petaka itu datang. Aku kena pelecehan seksual dari psikiater lama. Ganti psikiater, dapat obat baru, BB naik dengan cepat. Aku syok.
Rasanya kerja kerasku nge-gym sejak Februari 2024 itu sia-sia.
Aku bahkan udah nambahin cardio dengan renang seminggu sekali kan. Lihat timbangan naik karena minum obat itu rasanya…. ah sudahlah.
Aku coba bertahan selama tiga bulan dan menyerah. Lalu aku dan dokterku sepakat bahwa resepku diganti. Aku minum mood stabilizer merek lain, tapi punya risiko pada ginjal. Jadi aku harus cek darah per enam bulan untuk memastikan aku bisa tetap lanjut minum obat.
Bayangkan! Aku harus memilih apakah mau berat badanku tetap naik atau cek darah tiap enam bulan.
Untung petugas lab di RS Marzuki Mahdi pintar ambil darahnya. Ga sakit kok pas ditusuk jarum. Walau harus aku akui, aku tetap takut jarum 🤣🤣🤣
Namun di balik sedihnya aku karena berat badan naik, ada berita bagus juga. Massa ototku naik menjadi 25 kilogram. Angka ini aku dapatkan dari EVOLT body scan, mesin yang mengukur komposisi tubuh. Biasanya tersedia di gym dan dapat digunakan gratis.
Ternyata massa lemakku turun dan massa ototku naik. Walau aku ga terlihat langsing dari luar, tapi ternyata ada perubahan di dalam diriku. AKU PUNYA OTOTTTTT!🥳
Kerennya lagi (wah aku keren!) ternyata ini di atas rata-rata. Kalau menurut tabel di bawah ini, perempuan usia 18–35 tahun rata-rata memiliki massa otot 31–33%. Massa ototku adalah 35% dari berat badan 🥹
![]() |
| Sumber: "How Much Muscle Mass Should I Have, and How Do I Measure It?" |
Kamu tau Siska Antolis? Aku ngefans sama dia karena body-nya bagus banget. Dia bilang kalau massa ototnya 27 kilogram. Bayangkan, aku cuma beda dua kilogram sama Siska Antolis 🥹
Walau masuk akal banget sih kalau massa ototku naik mengingat aku kan olahraga. Aku kan bukan rebahan doang. Apalagi aku lagi suka-sukanya trekking dan itu bikin kakiku keras. Memang sih, otot yang paling terasa itu di paha.
Oh ya ini beberapa olahraga yang sekarang aku lakukan
- Angkat beban
- RPM
- Boxing
- Renang
- Trekking
Sejauh ini yang paling gila menurutku trekking. Waktu trekking ke Calobak 19 Oktober 2025, itu pertama kalinya seumur hidup aku merasa putus asa berjalan kaki. Rasanya tidak pernah aku sesetres itu melangkahkan kakiku.
Sayangnya ini agak sulit dilakukan karena harus ada temannya. Mengingat ini berbahaya kalo sendirian, ya masak aku naik gunung sendiri. Naik kereta yang ada petanya aja bisa nyasar apalagi naik gunung kan.
Renang juga menyenangkan walau progress-ku lambat. Tapi gapapa, aku tetap suka.
Boxing adalah surga. Ini pelepasan stresku. Coachku juga baik sekali dan membuat aku sangat menikmati tiap sesinya. Love banget Coach Hanny!
Oh ya, aku berharap massa lemakku bisa turun lebih banyak. Massa otot juga kalau bisa naik lagi. Walau itu tidak mudah karena salah satu hambatannya adalah depresi.
Aku berusaha supaya makan dan tidur agar massa ototku ga turun.
By the way dengan massa otot yang naik ini, aku jadi lupa bahwa aku sempat demotivasi di tempat kerja. Stresku hilang berganti bahagia.



Keren
BalasHapus