Postingan

Menampilkan postingan dengan label cerbunglinda

Olivia [Bagian 9-Tamat]

Gambar
shutterstock.com             Mama menangkupkan kedua tangannya di pundak Olivia. "Sudah siap?" Olivia tersenyum. Keningnya sedikit berkerut. Matanya memandang ke arah kamar. Di kamar tidur di rumah Eyang, Olivia bisa melihat kamarnya yang telah dibersihkan. Tidak ada satu pun barang-barangnya yang tertinggal. Seluruh pakaian termasuk seragam sekolahnya telah masuk ke dalam kper. Begitu pula buku-buku pelajaran, boneka pemberian Mas Wahyu, bahkan foto-fotonya bersama Nanda. Kamar itu bukan miliknya lagi, bukan tempatnya lagi. Ia akan punya kamar baru, di rumah baru mama.             Kata orang, kebahagiaan itu pilihan. Kamu bisa merasa bahagia kalau kamu memilih demikian. Tapi kadang, kedua pilihan itu membahagiakan sekaligus menyesakkan. Kamu tidak bisa mengukurnya atau memutuskan mana yang lebih membuatmu senang. Tinggal dengan mama, atau tetap disini bersama Mas Wahyu. Kamu pasti memilih...

Olivia [Bagian 8]

Gambar
shutterstock.com             Beberapa minggu lagi, Olivia akan menghadapi UAS―sering dipelesetkan menjadi ulangan agak serius . Tugas-tugas bertumpuk. Seperti membuat karangan pendek dalam bahasa Jerman sejumlah seratus kata, merangkum 7 bab untuk pelajaran Agama, mengerjakan kumpulan soal Matematika, makalah bahasa Indonesia. Tugas-tugas itu memaksanya memperbaiku hubungan dengan Nana.             "Nan, aku minta maaf," Olivia mengulurkan sekotak coklat. "Kamu tidak perlu…" Nana membuka kotak coklat itu. "Ini bukan valentine!" Nana terpingkal. Ya, coklat dalam kotak itu berwarna coklat-pink dan berbentuk hati. "Aku mau cari coklat bentuk sapi tapi cuma itu yang ada potongan harga," goda Olivia. "Nah, pasti beli di toko Beauty. Ya kan? Kemarin aku ke sana, beli susu kedelai titipan kakakku. Aku lihat coklat ini di rak." "Yaaah ketahuan. Bukan kejutan dong!" "Hahaha. Salahmu sendiri. Ke...

Olivia [Bagian 7]

Gambar
            "Mas Wahyu?" Olivia melongokkan kepala. Mas Wahyu terlihat bingung melihat Olivia di muka pintu perpustakaan. Setelah mencari-cari dengan kalut, akhirnya Olivia menemukan kekasihnya itu di antara rak-rak buku. "Bukannya tadi kamu pulang? Kamu kan sakit?" tanya Mas Wahyu heran. "Aku….aku…" Susah sekali mengucapkan kata yang tepat. "Aku sehat, mas," sahut Olivia dengan cepat. "Terus tadi, kata kamu…." "Soal yang tadi, maaf mas. Sebetulnya aku sehat." "Tapi…." "Aku bohong." Terjadi kekosongan kata-kata maupun loncatan pikiran di antara mereka. Bisu dan beku. Dua orang yang saling berhadapan tapi tak tahu apa yang harus dilakukan. Olivia yang terus diam dan Mas Wahyu yang tak mengalihkan pandang. Rasanya ganjil sekaligus nyeri.

Olivia [Bagian 6]

Gambar
            "Mein Name ist Miriam," Frau Artha mengucapkannya dengan lantang sembari menunjuk tulisan di papan tulis. "Mein Name ist Miriam," anak-anak di kelas 7-4 mengikuti ucapan Frau Artha. Namun seseorang tidak ikut memperhatikan. Ia terlihat menguap. Untuk mengusir kantuk, ia membuang pandang ke luar jendela. Dilihatnya lapangan sekolah. Anak-anak kelas tiga sedang berolahraga di sana. Di antara kumpulan anak-anak kelas tiga, ia bisa melihat sosok pacarnya, tengah merebut bola.             "Olivia!" Olivia tersentak dari lamunannya. Dilihatnya, Frau Artha berjalan mendekat. "Kamu tidak memperhatikan saya?" "Tidak, Frau. Saya memperhatikan, kok." "Tapi kamu tidak mengikuti apa yang saya lakukan." "Eh…" "Silakan keluar. Kamu bisa ikut pelajaran saya minggu depan." Olivia menelan ludah. Nana menatapnya dengan kasihan. Namun sebagian besar anak menatap dengan cara melecehkan. Sis...

Olivia [Bagian 5]

Gambar
            Tiga bulan sekolah di sini. Baru sekarang Olivia benar-benar mengobrol dengan seorang teman tanpa embel-embel tugas sekolah. Teman sebangkunya, Nana, hampir seminggu tidak masuk sekolah karena sakit. Pagi ini ia masuk. Masih dengan wajah pucat dan sweater yang melapisi bagian luar seragam putih abunya.             "Hai, Nana! Sudah sembuh?" sapa Olivia. Dalam hati ia harap-harap cemas, mencoba menebak respon Nana. Ia hampir tak pernah terlibat pembicaraan personal dengan teman-teman sekelasnya. Mereka sudah tahu Olivia yang lebih suka berdiam di kelas ketika jam istirahat dan selalu berada di barisan paling belakang saat upacaran bendera atau kegiatan olahraga. Namun mereka masih berbaik hati menyapanya setiap pagi atau membagi botol air minum bila melihat botol Olivia sudah kosong.

Olivia [Bagian 4]

Gambar
            "Kamu anak kelas satu yang dari kota itu, ya?" Olivia mendongak dari buku yang ia baca. Mengganggu . Di dekatnya berdiri seorang anak lelaki, dengan bola sepak di tangan kiri. "Iya. Kenapa?" "Tidak ada apa-apa." Lelaki itu berlalu. Olivia mengerutkan kening . Dasar aneh. Memangnya kenapa kalau aku dari kota? Masalah buat dia? Olivia ingat, beberapa kali ia merasa ada yang melihatnya dengan sinis. Mungkin laki-laki itu orangnya. Olivia kembali melanjutkan membaca buku. Ia tengah menunggu Mas Wahyu pulang. Mereka akan bermain ke kota kecamatan.             Sebagai anak kelas satu, Olivia menjalani nasib yang sama dengan anak-anak kelas satu lainnya. Masih menjaga sikap sebaik mungkin. Berusaha tidak membuat kesalahan atau terlihat mencolok. Bersua dengan kakak kelas pun masih segan. Rasa sungkan tumbuh, merasa diri anak bawang. Hanya satu dua yang benar-benar merebut perhatian....

Olivia [Bagian 3]

Gambar
            Hujan. Hujan sepagi ini. Alam yang muram. Mendukung kelam dan mendung dalam kamar Olivia. Berbagai memori tentang mama dan papanya berkelebatan bagai video yang dipercepat. Apa, bagaimana, mengapa, dan kenapa terus bergulir dalam kepalanya. Menghantuinya. Membuatnya berguling tak tentu di atas ranjang. Ah, konyol. Dia tak tahu apa-apa. Padahal dia anak mereka. Anak mama papanya. Mengapa dia mesti tidak tahu? Kenapa dia jadi pihak yang buta keadaan? Di mana letak masalahnya?             Selama ini kedua orangtuanya nampak baik-baik saja. Walaupun kedua orang tuanya bekerja, Olivia tidak merasa kesepian. Dia punya banyak teman yang bisa menemani kekosongannya. Meski menyakitkan di perayaan hari ibu waktu sekolah dasar dulu mamanya tak pernah hadir. Meski menyedihkan di hari ia menjuarai lomba lari dulu papanya tidak melihatnya menerima piala di panggung. Tapi itu cuma masalah kecil...

Olivia [Bagian 2]

Gambar
            Kemarin, sepulang sekolah, Mas Wahyu mengajak Olivia ke pasar malam. Ini pertanda apa? Rasanya sungguh cepat. Baru saling mengenal tpai Mas Wahyu sudah mengajaknya jalan-jalan. Malam minggu pula. Mungkin Olivia terlalu percaya diri dengan mengira Mas Wahyu menaruh rasa yang sama. Tapi boleh kan? Tidak ada salahnya kan? Toh Mas Wahyu memang bersikap amat manis. Ya, sedikit terlalu manis. Tak masalah. Olivia menyukainya. Segala hal kecil yang dilakukan Mas Wahyu. Mulai dari memboncengnya setiap berangkat dan pulang sekolah. Sampai menemaninya mengerjakan tugas di perpustakaan. Semua dilakukan Mas Wahyu dengan inisiatif dan senyuman. Ah, siapa perempuan yang tak senang?             "Eyang, Olivia nanti malam pergi ke pasar malam, boleh ya?" Eyang mendongak. Melalui kaca mata bacanya, eyang mencoba membaca raut muka Olivia. "Sama siapa?" Eh, duh, Olivia harus bilang apa? Jujur saja? ...

Olivia [Bagian 1]

Gambar
             Mati aku . Olivia menghembuskan nafas keras-keras. Ia menengok jam tangan. Pukul empat sore. Angkutan umum terakhir yang menuju dusunnya sudah berangkat sejak pukul tiga. Kini ia tak punya tumpangan untuk pulang. Tubuhnya sudah kelelahan. Ia berjongkok di trotoar depan sekolah, menggores sebatang lidi pada tanah yang berpasir. Mengorek-ngorek, membunuh sepi. Tidak bisa pulang, batinnya kelu. Jarak sekolah dengan dusunnya hampir sepuluh kilometer. Berupa jalan lurus yang di kanan kirinya adalah hamparan sawah dan ladang. Sedikit pepohonan untuk menyejukkan kulitnya yang terus berpeluh akibat ejekan mentari.             Di kota kecil ini, angkutan umum sulit didapat. Selain angkutan umum, ada kalanya ia naik becak atau mobil bak. Tapi mobil bak cuma mengangkut pedagang dan dagangannya dari pasar. Dan letak pasar juga tak kalah jauh dengan sekolahnya. Becak? Ah tak mungkin. Ia tida...