Di Antara Teh dan Kopi
shutterstock.com Berkali-kali saya menatapnya di antara cangkir-cangkir teh dan kopi. Diikuti menahan napas sekian detik kemudian jantung saya merosot sampai mata kaki. Setelah itu rasa panas meruap ke wajah sampai kelihatannya akan merekah. Ketika dia berlalu cepat-cepat, hentakan keras menyadarkan saya. Jantung saya meloncat ke tempat semula. Lantas saya akan berpikir apa yang bisa saya lakukan untuknya. Pada akhirnya, seperti biasa, saya terlalu lambat dalam berpikir dan dia berlalu tanpa tahu ada saya yang menunggu.