Postingan

Menampilkan postingan dengan label keluarga

Kata Mertua

Gambar
shutterstock.com             “Apa ini?” tanya ibu sembari memandang Pram ketika diuluri sebuah bungkusan.             “Itu baju buat ibu. Saya sudah lama tidak membelikan ibu baju baru.”             “Kok warnanya ngejreng? Ibu kan sudah tua,” ujar ibu sambil mengamati baju itu dari bagian depan dan belakang. Keningnya berkerut. “Ibu sudah ga pantes pakai yang warna-warna begini. Motifnya juga terlalu rame. Ini bawahnya kepanjangan ya? Nanti ibu bawa ke tukang jahit buat dipotong.”             “Tadi Pram yang beli dan pilih sendiri. Kalau kepanjangan, ibu tandai saja bajunya mau dipotong seberapa. Besok Pram yang antarkan bajunya ke tukang jahit.”

Sarang Kosong

Gambar
shutterstock.com Lenggang Rumah lelaki berpeci dan perempuan bersarung itu lenggang. Debu terkumpul di sudut-sudut ruang. Tiga hari ditinggal pergi. Orang-orang sibuk mengurus ini itu demi pernikahan si bungsu. Lelaki berpeci dan perempuan bersarung harus menginap sejenak di hotel. “Bu, acara akad nikah dan resepsinya di hotel saja. Biar bisa menampung lebih banyak tamu. Kalau di rumah sempit. Lagi pula keluarga Ranti sudah memesan tempat.” Calon besan mereka, orang terpandang. Dan anak gadisnya, Ranti, akan bersanding dengan Rio. Lelaki berpeci kurang suka. “Dia perokok. Bapak saja berhenti merokok, bagaimana mungkin perempuan itu tak segan merokok di depan bapak?” Tapi Rio tak peduli. “Dia perempuan modern, bapak jangan heran.” Bapak kalah debat.

Calon Besan

Gambar
shutterstock.com “Ibu, kenalkan, ini Andika, yang sering aku ceritakan pada ibu.” Ia mengangguk sopan. Aku tersenyum sedikit. Kuperhatikan penampilannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Biasa saja. Tidak bagus, tidak pula buruk. Tidak spesial. Kenapa putriku menggilainya? Memang sehebat apa ia sampai putriku berani membawanya ke rumah kami? “Ibu kok diam saja, sih,” Ika merajuk.  “Silakan masuk, Andika. Tante senang Ika mau mengenalkan pacarnya pada tante. Jadi tante bisa melihat seperti apa pilihan anak tante.” Dia tertawa renyah, “Iya tante, saya sudah lama minta Ika mengenalkan saya pada tante. Namun Ika menunggu waktu yang tepat.” Tepat? Pernahkah waktu membuat apa yang kita lakukan menjadi tepat? Kalau tidak dimulai, tak akan ada yang tepat! “Sekarang Andika bekerja dimana? Ika, kamu ambilkan minum dulu buat Andika, ya,” ujarku.  Setelah Ika pergi, Andika mulai buka suara. “Saya kerja di bidang advertising , tante. Saya dan Ika saling kenal sejak ku...