#TipsMahasiswa untuk Kamu yang Menulis TA atau Skripsi

TA atau skripsi
Shutterstock.com
Tahun lalu saya sempat memposting tulisan mengenai #TipsMahasiswa. Salah satunya dikutip di media lokal oleh adik kelas saya (entah dia sedang magang atau menjadi jurnalis di sana). Nah kali ini saya ingin mengulas tips berikutnya mengenai penulisan karya ilmiah, baik itu Tugas Akhir (TA) atau skripsi. Tapi perlu diingat karena saya jurusan Komunikasi, tips ini akan dikhususkan untuk topik Komunikasi. Saya ragu ingin menulisnya secara general karena saya tidak tahu bagaimana penulisan karya ilmiah di jurusan lain.


Karena saya mengenyam pendidikan di Diploma dan Strata Satu, saya menulis dua karya ilmiah untuk kelulusan. Di Diploma saya menulis TA yang mengulas aktivitas Media Relations. Sementara untuk calon skripsi saya pada Mata Kuliah Riset Kuantitatif saya mengambil topik penggunaan aplikasi chatting dalam kaitannya dengan kinerja organisasi. Keduanya bertolak belakang, ya? Ah tidak juga kok. Saat menulis TA saya tidak hanya mengulas dunia Public Relations secara umum maupun tugas Media Relations secara khusus. Saya juga mengaitkan dengan hubungan antarseksi dalam departemen Hubungan Masyarakat itu sendiri. Ulasan mengenai komunikasi organisasi ini menitikberatkan pada komunikasi atasan dengan bawahan serta penggunaan teknologi dalam mendukung kinerja organisasi. Menurut saya ini sesuatu yang hangat dan ada banyak hal yang dapat digali dari situ.
Buku lama tapi isinya masih aktual
Tahu tidak apa yang paling mengganjal sekaligus membuat saya sebal ketika menulis TA? Buku referensi. Saya merasa kecewa sekali karena kesulitan mendapatkan buku yang ditulis akademisi Indonesia mengenai dunia Komunikasi. Buku Komunikasi memang banyak tapi yang sesuai kebutuhan saya bisa dibilang sedikit. Saya merasa isinya itu-itu saja. Tidak banyak membantu. Hampir sebagian besar buku tentang Media Relations yang saya temukan baik di perpustakaan kampus maupun toko buku online menitikberatkan pada penulisan press release. Maaf, tapi itu ketinggalan zaman. Dewasa ini, saking banyaknya pekerjaan seorang humas atawa public relations, justru sebagian perusahaan besar tidak lagi menulis press release-nya sendiri. Mereka menggunakan jasa konsultan. Jadi ulasan dalam buku-buku itu tidak banyak membantu. Meski saya akui tidak semua orang mampu menulis press release dengan baik. Apalagi saya yang masih belajar dan belum bergelar sarjana ini.

Jadi, bagaimana dong? Nah ini yang ingin saya bagi dengan kamu-kamu semua.

1. Cari Referensi dalam Bahasa Asing
Saya tahu tidak semua dari kamu jago bahasa asing. Saya pun masih patah-patah. Tes setara Toefl di kampus saja belum menginjak angka 500. Tapiiii kamu akan lebih kecewa dan sengsara lagi kalau menghadapi kenyataan bahwa referensi topik karya ilmiah kamu dalam Bahasa Indonesia sungguh sedikit. Kalau karya ilmiah kamu tentang personal assistant, tim kreatif, customer service, produser radio, kliping koran, dan lain-lain sih saya yakin kamu hanya perlu usaha ekstra. Referensinya banyak sekali. Rajin-rajinlah ke perpustakaan dan intip TA atau skripsi kakak kelas. Lihat daftar pustaka mereka. Namun beberapa topik saking sedikitnya referensi bisa bikin kamu menderita sendiri. Ambillah contoh; desain web, focus group discussion, corporate campaign, atau pengisi suara di iklan radio. Ini sih pengalaman saya sendiri dan beberapa teman.

Coba cek libgen.org. Di sana ada banyak buku dalam versi pdf yang bisa membantu kamu. Ketika menulis calon skripsi, saya juga menggunakan beberapa buku dari situ. Karena topik CMC (computer mediated communication). Padahal Indonesia ini rajanya pengguna sosial media. Coba cek Indonesia duduk di peringkat berapa untuk pengguna Facebook, Twitter, Instagram, Path, maupun Line? Teori CMC ini mendukung sekali. Versi cetaknya yang banyak ditemukan di Indonesia sendiri adalah The Dynamics of Mass Communication karangan Joseph R. Dominick. Kamu bisa membaca ulasan beliau mengenai CMC.

Oh ya kalau kamu berniat membeli e-book bisa cek dari penerbit Routledge. Ketika menulis TA saya mendapatkan berkah melimpah dengan mencari referensi dari buku-buku produksi Routledge. Saya tidak membelinya sendiri melainkan pemberian seorang teman secara gratis. Kamu tidak bisa mengandalkan ada orang yang menghadiahi buku referensi jadi kamu harus mencari.

2. Menulislah untuk Orang Lain
Beberapa minggu yang lalu saya diceritakan oleh teman yang menemani sahabat masa sekolahnya yang sidang skripsi di salah satu universitas negerti terbaik dan terkemuka di Indonesia. Mahasiswa yang sidang itu mendapat kritik dari penguji maupun pembimbingnya karena penulisan skripsinya yang hanya bisa dimengerti oleh dirinya sendiri. Orang lain kesulitan memahami. Pastikan kamu menulis untuk dibaca orang sebagai kuncinya. Coba minta orang lain yang kamu percaya untuk membaca karya ilmiahmu. Namun jangan berikan dalam bentuk word. Bisa-bisa di-copy paste.

Cara lain adalah dengan beberapa kali menulis ulang karya ilmiahmu. Istilahnya penyuntingan atau editing. Coba baca beberapa kali lalu temukan kalimat atau paragraf yang masih sulit dicerna maksudnya. Ganti dengan kalimat yang lebih mudah dimengerti. Rajin-rajin buka kamus untuk menemukan padanan kata yang tepat. Kalau tidak punya KBBI atau sulit meminjamnya di perpus (tidak bisa dibawa pulang) bisa buka kamus online. Banyak istilah dalam dunia Komunikasi yang masih dalam bahasa asing. Menemukan padanan katanya membutuhkan waktu tersendiri. Konsultasikan dengan pembimbing apakah akan membiarkannya dalam bahasa asing atau diubah ke Bahasa Indonesia.

3. Selalu Cari Tahu Perkembangan Terbaru Objek Penelitianmu
Apalagi kalau kamu PKL di departemen humas dan perusahaan itu termasuk media darling. Bisa dipastikan ketika kamu seminar, teman-teman akan ribut bertanya. Entah mereka sekedar penasaran, atau hanya ingin menguji kemampuan. Kamu harus yang paling tahu, bukan pura-pura tahu. Jadi hindari hanya terfokus dengan apa yang kamu tulis dalam karya ilmiah. Misal kamu membahas mengenai kegiatan tahunan perusahaan dalam mengundang jurnalis untuk bersilaturahmi. Bisa jadi kamu justru ditanya ketika beberapa bulan setelah magang, pabrik pengolahan limbah perusahaan bocor. Jika kamu kebingungan dalam menjawab, nilai kamu akan minus di mata dosen. Tapi kamu tidak bisa menyalahkan teman karena itu sepenuhnya tanggung jawabmu dalam menguasai seluk-beluk perusahaan.

Salah satu cara terbaik yang bisa kamu lakukan adalah membuat antisipasi daftar pertanyaan baik untuk seminar maupun sidang. Baca ulang karya ilmiahmu (jangan bosan, ini penting) dan coba cari hal-hal yang bisa memancing keingintahuan orang. Dulu saya memberikan TA kepada beberapa teman dan meminta mereka bertanya. Pertanyaannya banyak sekali. Latihan menjawab pertanyaan sebelum seminar maupun sidang ini juga menguatkan mental, lho. Selain itu saya membuat mind mapping. Ini juga sangat membantu. Trik lain adalah memantau pemberitaan mengenai perusahaan. Kamu bisa memanfaatkan Google Alert. Masukkan kata kunci yang berkaitan dengan perusahaan. Lalu tunggu saja, kamu akan mendapat pemberitahuan tiap ada pemberitaan baru mengenai perusahaan tersebut.
Shutterstock.com

4. Konsistensi
Oh ya perhatikan juga kalau tulisanmu ambigu. Misal kamu membahas A, B, C pada halaman pertama. Di halaman lima, topik kamu menjadi hanya A dan B. Si C ke mana? Baik seminar maupun sidang, kam harus menhadapinya dengan seteliti mungkin. Akan merepotkan kalau kamu bahkan harus diberitahu atau diajari mengenai tulisanmu sendiri. Konsistensi itu penting. Berapa banyak yang harus mengalami revisi berulang kali karena tak punya konsistensi? Kamu tak perlu jadi korban berikutnya.

Dan kamu tidak boleh emosi kalau apa yang teman atau dosen tanyakan padamu bukan fakta tapi isu. Apa yang tidak mereka ketahui dan mereka tanyakan padamu anggap saja bentuk konfirmasi. Lantas jelaskan. Usahakan seobjektif mungkin. Kalau memang isu yang mereka tanyakan benar dan sayangnya isu itu negatif, kamu jelaskan bahwa ada usaha dari dalam untuk perbaikan. Intinya tetap menjawab secara jujur dan seperti yang kamu ketahui. Kalau kamu berusaha membela karena itu tempat PKL-mu dan hanya mengatakan sisi baiknya saja, orang bisa tahu. Sekali kamu berbohong, kamu harus berbohong lagi untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Konsisten pada kebenaran yang kamu pegang teguh.

Nah itu dia 4 tips yang saya bagi buat kamu. Masih ada beberapa hal lain yang perlu kamu perhatikan seperti ikuti format penulisan karya ilmiah dari kampus, jangan memplagiat karya orang lain, atau junjung tinggi etika saat berkonsultasi dengan dosen pembimbing. Sebab sebaik apapun tulisanmu kalau kamu tidak punya etika, semua akan sia-sia. Ada beberapa kasus dosen keberatan dengan sikap mahasiswa. Belajarnya menguhubungi dosen dengan sopan seperti bagaimana mengirim pesan singkat, mengirim surel, atau menelpon. Jangan sekali-sekali membawakan hadiah karena itu bentuk gratifikasi. Kecuali kamu sudah lulus sidang, sudah yudisium, bolehlah memberi penghargaan kepada dosen dengan sekedar memberinya makanan kesukaan atau pakaian. Semangat ya buat lulus!


2 Komentar

  1. Halo Linda, kebetulan skripsi saya juga menggunakan teori CMC dan memang referensi nya masih sedikit. kalau buku yang kamu jadikan referensi itu kamu dapat darimana ya?. terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. The Dynamics of Mass Media ada di perpustakaan kampus. Kalo beli di toko buku bahasa asing juga ada. Di toko online harganya agak gila.

      Terus download e-book di libgen dot org. Atau baca tulisannya John December.

      Hapus
Posting Komentar
Lebih baru Lebih lama