Ada Dia di Matamu

Ada dia di matamu. Selalu bergumam lucu. Bergelung nyaman. Meraih dan melingkupi dunia kecil, dunia miliknya sendiri. Ada dia di matamu. Dia yang teguh berdiri. Dia yang punya pendapat sendiri. Bukan seperti aku atau kamu atau mereka. Karena dia adalah dia. Seorang yang takkan runtuh apalagi limbung. Meski seribu bencana mencoba melumpuhkan. Coba lihat! Caranya melempar pandang yang agak sendu tapi kuat nan teduh. Tak henti-henti memancarkan senyum dan ketenangan walau bibirnya tetap diam. Pernahkah kau mendengar keluh kesahnya? Percayalah, hal itu bukanlah bagian dari kepribadiannya!

"Kenapa kau tidak mengerti aku, bu? Bukankah kau bilang tiap orang itu unik karena berbeda? Mengapa kau  tidak membiarkan aku menjadi diriku, bu? Sementara kau bisa memahami orang lain dengan karakteristik mereka. Tidakkah kau pahami lukaku, bu?" Itulah sepotong percakapan yang kudengar antara kau dan ibumu. Kau mengiba, mencari celah meloloskan kebekukan hatinya. Agar ia mau melirik barang sejenak atas keputusan-keputusanmu. Seperti juga ia melarang hubungan kita.



"Apa dia? Cuma ahli madya yang kerja di perusahaan swasta. Mau jadi apa nanti anak-anak kalian? Apa dia bisa menanggung gaya hidupmu? Kamu sudah biasa hidup enak bersama ibu. Kalau dia bisa menyejahterakan kamu, memberi fasilitas pendidikan dan kesehatan terbaik bagi anak-anak kalian kelak, barulah ibu ikhlas melepasmu. Kamu satu-satunya anak perempuan ibu! Tidak ibu biarkan kamu jatuh ke pelukan lelaki yang keluarganya, kulturnya, dan lingkup pergaulannya tidak sesuai dengan kita!" Hatimu masygul. Tatapmu menghunjamku. "Masihkah kau mau menungguku? Mampukah kau memperjuangkan masa depan kita pada ibuku?" tanyamu sembari berlinang air mata.

Justru itulah yang membuatku tak mau menyerah, sayang. Karena ibumu yang hebat. Ibumu yang sangat mencintai putrinya. Ibu yang tak rela bila hidup anaknya tak terjamin. Maka aku punya alasan kuat tetap menemanimu dan berusaha mengambil alih konsentrasinya. Agar ibumu berkehendak melihatku secara utuh. Supaya dia tidak hanya ada di dua bola matamu yang merapuh dan penuh kristal bening. Aku ingin, ingin sekali dapat memerangkap sosoknya di mataku.
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama