Ada beberapa kesalahan
fatal yang saya lakukan ketika menciptakan naskah "Chang, Pejuang Tanah Timur" (selanjutnya disingkat CPTT)
yang membuat penulisan naskah menjadi terhambat. Pertama, saya tidak punya
rencana mau dibawa kemana cerita ini. Saya memang telah membuat sinopsisnya dan
ketika membaca ulang, saya terkejut. Sebetulnya sinopsis ini akan mengarah pada
kisah macam apa? Karena setelah menulis beberapa bagian awal naskah, saya mulai
kebingungan. Dalam sinopsis saya menyebutkan kepribadian Chang sesuai dengan
judul naskah bahwa ia pejuang tangguh dan memiliki tanggung jawab meneruskan
kepemimpinan kakeknya. Namun setelah saya telusuri, naskah saya justru menampilkan
konflik batin dalam diri Chang yang kekanakan dan lari dari tanggung jawab.
Konyolnya lagi, konflik batin yang pada mulanya saya rencanakan akan
menggambarkan perkembangan kepribadiaanya menjadi lebih dewasa dan memiliki
jiwa pejuang sesungguhnya pun kacau.
Saya gagal menggambarkan detail perkembangan kepribadian
Chang. Sampai mendekati angka 32.000 kata pun Chang tetap sosok kekanakan yang
belum belajar banyak dari pengalaman hidupnya. Saya sampai pusing melihat
tulian sendiri. Ini salah satu hal yang mengganjal dan membuat pengerjaan
naskah cenderung melambat. Kedua, saya mengikuti penulis-penulis lain yaitu
membuat kerangka naskah. Saya belum terbiasa dan tidak pernah sebelumnya
menulis menggunakan kerangka. Cerpen yang saya buat rata-rata jauh di bawah
1.000 kata. Kekurangcakapan dalam membuat kerangka naskah pun menyesatkan saya.
Alhasil, saya kurang mempertimbangkan betapa banyaknya 50.000 kata dan cara
mengaplikasikan sebuah kerangka yang tidak benar-benar menuntun pembuatan
naskah saya.
Konyol. Semakin banyak hal yang saya masukkan ke dalam
proses penciptaan naskah ini, saya semakin jauh dari kerangka. Bahkan, kerangka
naskah saya hampir tak terpakai lagi. Kini saya mulai lupa tengan karakteristik
beberapa tokoh. Bisa jadi, beberapa fakta dalam kisah Chang yang saya tuliskan
memiliki perbedaan ketika ditulis di bagian naskah yang berbeda. Masalah
ketiga, akibat kekacauan yang saya ciptakan sendiri, saya cenderung jenuh
menyelesaikan naskah. Ketika berusaha membereskannya, saya teringat kembali
beberapa kesalahan dalam penegrjaannya dan membuat saya kesal.
Jika bulan Januari berlalu, saya benar-benar harus
bekerja lebih keras lagi. Saya akan sangat membutuhkan waktu dan kekuataan
maksimal demi membongkar dan menata jalinan kisah dalam naskah ini. Bahkan saya
mulai berpikir naskah ini tidak layak baca bagi nekaders lain. Itu alasan saya
lebih memilih menyajikan screenshoot dan cuplikan pendek. Apakah rekan-rekan
J50K juga mengalami hal yang sama? :D
Sangat sama :)) Ngalamin kericuhan yang sama juga di naskah saya. Dan sama juga, baru pertama ini membuat yang pakai kerangka karangan. 2x 50K yll, tidak pakai kerangka, hanya ide cerita aja lalu lari marathon, tapi yg dua itu pun blum juga diedit (hihihi, rencananya tahun ini deh edit marathon naskah-naskah). Yang kali ini saya merasa sangat seret, sebab menulis dengan gaya berbeda, genre satire ini baru coba-coba, sedangkan biasanya saya kan romance ^_^ tapi, tidak mau nyerah, harus jadi 50K aja dulu, segimana amburadul draft awal akan diperbaiki pada saat edit-mengedit (semoga oh semoga).
BalasHapusAyo, Linda, tetap semangat, lari terus aja sampai 50K-nya tercapai baru kita mumet dengan editnya wkwkwkwkwk...
+100 untuk entri ini. :D
sebetulnya pengen banget banget banget lah mbak buat nulis genre yang satire tp masih belum sukses. dulu pernah bikin yg agak2 satire di kompasiana juga jadinya ngegangutng hahahahha. iya mbak tetap lariiiii :D
BalasHapusmendinglah sampe 50K, coz tujuan tercapai kan... hehehe... klo saia cm 8k jauh banget, itupun masih berpikir untuk membaca ulang lagi. mau lanjut lagi tp ga ada pressure harus selesai kapan. sementara banyak latian buat fiksi dulu coz udah lama mmg ga nulis fiksi :) congratz linda bwt win-nya!
Hapus