Senyum Untukmu Yang Lucu

"Wah, burungnya terbang, mbak cantik! Burungnya terbang!" Aku―yang dia panggil mbak cantik―ikut tersenyum sambil melihat burung kecil yang terbang di langit. Burung itu, burung merpati peliharaannya. Ia memutuskan melepas burung merpati itu di hari ulang tahunnya. "Ini kado ulang tahunku buat dia, mbak, biar dia bebas!" ucapnya penuh semangat. Aku mengangguk-ngangguk sambil terus mempertahankan senyum yang di wajah. "Mbak cantik suka pelihara burung juga?" Aku menggeleng. Ia terus berceloteh. "Padahal burung itu teman yang baik lho, mbak. Aku suka curhat sama burung merpatiku. Oh ya mbak cantik, ayah janji mau belikan aku burung perkutut."


"Kalau perkutut, orangtunya mbak juga punya," sahutku. "Aku boleh lihat mbak?" tanyanya dengan wajah penuh harap. "Boleh pasti! Tapi, kamu habiskan dulu makanannya. Kalau habis, baru bisa lihat perkutut di rumah mbak." Ia melonjak-lonjak senang. Segera kusorongkan sendok yang ia sambar dengan lahap. Ia, Waras, anak lelaki berusia delapan belas tahun, anak satu-satunya Pakde Dhar. Ia, Waras, bertubuh tinggi kurus dengan wajah yang selalu ceria dan tatapan mata jenaka. Sayang, ia adalah Waras, lelaki yang telah melalui masa kanak-kanaknya dan tengah menjalani kehidupan remaja menuju kedewasaan. Sayang, ia adalah Waras, lelaki yang masih disuapi dan tidak bisa mandi sendiri.

"Mbak cantik mau kasih aku hadiah ulang tahun apa?" Waras memandangku lekat-lekat sambil mempertahankan ciri khas keriangan dan kepolosannya. "Apa ya?" Aku berpura-pura sibuk berpikir. Ia menanti dengan wajah harap-harap cemas. "Senyum! Senyum untukmu yang lucu! Karena kamu sepupu mbak yang paling ganteng!" Waras bertepuk tangan. Ya, dia senang. Tanpa dia tahu, aku tidak bisa tidak senang jika melihatnya. Senang, juga sedih.

Jika anda pernah membaca novel Lintang Kemukus Dini Hari karya Ahmad Tohari, maka anda akan mendapati tokoh bernama Waras di dalamnya. Saya terinspirasi dari tokoh Waras dan membuat tulisan ini. Namun, setting maupun lawan bicara Waras saya ubah. 

4 Komentar

  1. Waras yang selalu ceria... dalam ketidak sempurnaannya. Blm baca novelnya Lin...ntar deh dicari kalau ke Toko buku. ^_^

    BalasHapus
  2. hehe itu trilogi ronggeng dukuh paruk mbak

    BalasHapus
Posting Komentar
Lebih baru Lebih lama