Anda lihat badge besar yang terpampang di atas, dengan latar warna hitam dan gambar bunglon dan tulisan W!N? Yap! Itu dia! Akhirnya setelah 31 hari saya berjuang, mempertaruhkan mata dan jari-jari tangan serta otak yang seperti dipaksa berkreasi hingga titik darah penghabisan. Berakhirlah bulan Januari dan sesuai harapan. Saya berhak memasang badge ini di blog, horeeeeeee! *hujan confetti*
Baru kali ini saya berjuang. Baru kali ini saya mencoba menciptakan sebuah novel. Dan baru kali ini pula saya sadar, ternyata tidak semudah dalam bayangan! Ketika saya berproses, mencoba menuangkan setiap gambaran indah di kepala dan hal-hal menakjubkan lainnya, saya baru sadar. Ya ampun, saya tidak biasa menulis lebih dari seribu kata! Langkah awal langsung terhenti. Saya panik. Apa yang harus saya lakukan demi mencapai lima puluh ribu kata kalau mengetik seribu kata saja susah payah?
Lalu saya mendapat pencerahan dari Mbak Winda Krisnadefa bahwa seorang penulis harus banyak membaca. Padahal, saya jarang membaca sejak masuk kuliah *alibi*. Jadilah saya berburu blog teman-teman sebagai bahan penyegar kepala di antaranya "Ekspresi Tanpa Batas", "Miguel des Cervantes", "The Element of Style", "Buku, Koil, dan Kehidupan", "Fiction by Angel Olivica", "Cerita Cinta Ciptaan Citra", "Cerita dan Cita-Cita", "Ara", dan "@silvianapple". Kemudian saya membaca koran (dikit lho) dan membuka novel kesukaan. Rasanya, wuih *ala sudjiwo tedjo* semacam tenaga pendorong membuat saya maju. Dimulailah usaha keras berkejaran dengan waktu. Padahal, pada H-1, saya belum punya rencana apa yang mau saya tulis!
Seminggu pertama berlangsung mulus. Setidaknya, saya telah mencapai beberapa bab. Menjelang minggu kedua, hambatan menghadang. Sebagai mahasiswi yang baik hati dan patuh pada tata tertib, saya harus mengikuti Ujian Akhir Semester. Aslinya, minggu pertama Januari sudah dibuka dengan UAS. Tapi karena UAS mata kuliah horor berlangsung di minggu kedua, terpaksa saya menahan diri tidak buka blog. Alhasil, jantung bermain dengan irama tak tentu, takut membayangkan kegagalan meraih lima puluh ribu kata.
Pada minggu ketiga, perjalanan saya dimulai kembali. Dengan perlahan, lebih mirip siput yang saking laparnya kehabisan tenaga dan berjalan sangat lelet. Saya kecewa. Belum lagi kerangka naskah yang amburadul. Tidak ada pendalaman karakter. Sungguh gila! Pasti mimpi kalau saya berharap mencapai lima puluh ribu kata. Frustasi. Saya menulis dengan kegelisahan sempurna yang bertumpuk-tumpuk dan melekati kulit sampai menutup pori. Serba salah. Saya tidak mungkin menghentikan tulisan ini. Tapi semakin tidak mungkin bagi saya untuk melanjutkannya. Demi melunakkan otak dan menenangkan hati, saya kembali mencari tempat bertanya. Jadilah saya bertanya ini itu pada Mbak Gratcia Siahaya, Mbak Citra Rizcha Maya, dan Carly.
Sayangnya, tidak sampai di situ kerumitan yang menyengsarakan batin saya.
Mencapai 45.000 kata dan cerita ini belum mencapai titik tengah! Belum menunjukkan perkembangan terhadap karakter Chang. Belum ada perubahan dari kaum Tanah Timur. Belum mencapai klimaks yang asyik. Jelas, saya makin kelimpungan. Rasanya megap-megap kekurangan oksigen dan menggelepar di atas permukaan lumpur kering yang pecah-pecah di hari paling panas di saat matahari bersinar paling terik dengan angin paling kering dan dipandangan orang paling sinis. Coba bayangkan! Banyak ceruk kosong yang kurang berhasil saya tutup. Cerita menggelinding tanpa arah dan semakin jauh dari akhir. Mirip migren yang datang pergi tak tahu diri. Sensasi itu yang meliputi pembuatan naskah Chang, Pejuang Tanah Timur. Tentunya juga karena banyak waktu yang saya habiskan di depan laptop. Tanpa sadar, kadang mata menjadi kabur.
Tanggal 27 Januari merupakan hari bersejarah dan penting bagi Chang, Pejuang Tanah Timur. Meski naskah ini jauh dari selesai apalagi belum saya edit, akhirnya saya berhenti di titik lima puluh ribu kata. Saya lega. Tak mengira, sebab jauh-jauh hari saya telah dibayangi kengerian tidak mampu mengalahkan diri sendiri. Saya tahu, perjalanan masih jauh dan banyak hal yang perlu dibenahi. Tapi saya senang, saya mengalahkan diri sendiri. Saya tidak mencoba mengatakan nekaders yang mendapat badge OOPS! tidak mengalahkan diri sendiri. Bukan. Tentu tiap orang punya alasan dan hambatan masing-masing. Namun saya ingin mengucapkan, kalian semua hebat! Kalian adalah rekan seperjuangan yang penuh semangat dan mau mencoba! Baik bagi yang telah handal menulis maupun tergolong baru seperti saya.
Entah harus bagaimana lagi saya mengucapkan terima kasih. Saya senang lho mengenal para nekaders, terutama untuk yang telah berkunjung ke blog saya (juga yang bukan nekaders) seperti Mbak Sari Novita, Mbak Deasy Maria, Mbak Gratcia Siahaya, Mbak Haya Nufus, Mas Budi Boil, Uma, Alf, Akbar, Mas Herlambang, Mbak Citra Rizcha Maya, Mbak Olivia Kamal, Mas Dimas Nur, Nita, dan lain-lain. Semoga saya bisa ikut J50K tahun depan. Oh ya, tulisan sepanjang ini, selain karena permintaan admin Kampung Fiksi, juga karena menunggu kejutan yang katanya bakal dikirim oleh Mas Dimas Nur bersama Story Lab huehhehehehhe ^_^
Sampai ketemu lagi di postingan saya berikutnya :D
Selamat ya Linda ^^ Saya menunggu-nunggu Chang jadi buku deh pokoknya :D
BalasHapusTahun depan ikutan lagi yuk, wkwkwkwkkk....
Selamat dapet W!N ya Liiiinnn.. Gag sabar nunggu novelnyaaaa
BalasHapusmbak G : minta doanya aja yaa mbak hehe. Insya Allah ikuuut
BalasHapusmbak deasy : iya mbak hehehhe doain aja yaa
Temanku yang satu ini hebat {}
BalasHapusProk Prok Prok.. Horeee \(^^)/
BalasHapusPkoknya klo udah jdi buku kudu ngirimin 1 yah bwt Nita... eheheh :D
Selamaaaaaaaaaaaat Lindaaaaaaaaaaaaa... :)
Ayo selesaikan kisah Chang hingga jd novel :) :) ...mudah2an tahun depan kita bs ikut lagi ya lin. Btw aku skrg aktif di blog http://nufus-suryadi.blogspot.com/ yg Ara khusus utk J50K aja :)
BalasHapus