Demi Ucok |
Film
berkisah tentang Gloria Sinaga, perempuan galak yang hampir menginjak kelapa
tiga. Ia bermimpi sukses menjadi sutradara. Namun mimpi tidak seindah kenyataan
ketika ia justru bergulat dengan usia yang tak lagi muda dan kondisi keuangan
yang masih ditopang ibunda. Sang ibu, Mak Gondut, berharap anak gadisnya segera
menikah dengan pemuda Batak. Gloria tidak setuju dengan gagasan ini. Ia tidak
mau menikah sebelum berhasil membuat filmnya yang kedua.
Sebetulnya
ide film ini sederhana. Lazim bukan, kita mendengar orang tua ingin anaknya
menikah dengan orang sesuku? Tapi interaksi antara Mak Gondut dan Gloria yang
menjadikannya tak biasa. Salah satunya ketika Mak Gondut menawarkan uang satu
milyar agar Gloria bisa membuat film. Itu disebut contoh kasih ibu sepanjang
masa. Namun pada kata masa, terdapat tanda bintang dengan tulisan kecil di
bawahnya, “syarat dan ketentuan berlaku”.
“Asaaaal,
nikahlah kau dengan orang Batak.”
Ekspresi
Mak Gondut tidak seperti ekspresi emak-emak yang biasa saya lihat di film. Bukan,
bukan tokoh ibu bijaksana yang lembut. Bukan pula tokoh ibu yang galak atau
menyebalkan. Tapi gambaran seorang ibu paruh baya yang konyol dan kelewat
percaya diri. Gloria juga bukan tipe tokoh utama yang biasa saya lihat di
film-film Indonesia. Ia gadis bertubuh tinggi besar yang judes, menganggap
ibunya menyebalkan, dan keras kepala. Selain itu terdapat tokoh lain seperti
Niki, lesbi cantik yang menjadi teman Gloria; opung, neneknya Gloria; dan Acun,
lelaki Tionghoa teman akrab Gloria.
Banyak
kutipan menarik sepanjang film ini. Misalnya, “Film Indonesia itu harus ada banci, hantu, dan susu,” atau “Kalo nurutin orang lain terus, kapan kita
happy?” dan satu yang saya suka, “Ada
dua alasan dalam hidup ini. Takut atau cinta. Kalau takut pasti salah jalan!”
“Demi Ucok” ditayangkan Kompas TV dalam
rangka memeringati Hari Kartini. Kompas TV juga menunjukkan Behind The Scene
pembuatan film ini. Tokoh Mak Gondut yang mengocok perut ini tak lain adalah
ibu dari sang sutradara, Samaria Simanjuntak. Film ini juga diproduksi di rumah
sang sutradara yang menjadi setting utama film.
Saya
berharap lebih banyak lagi lahir film-film keren macam ini yang ditujukan untuk
anak muda. Bukan hanya film-film berkisah cinta atau hantu. Film yang
realistis, kental nilai budaya, sangat Indonesia seperti “Demi Ucok” benar-benar melepaskan dahaga akan film lokal yang
berkualitas.
jadi mau nonton film ini le :3
BalasHapusminta kompas tv muter ulang :D
HapusSayang sekali di tempat saya ga ada Kompas TV jadi ga bisa liat dech :).
BalasHapusSaya juga bosen liat film2 yang tayang di TV. Kalau ga percintaan ya pertengkaran, jadi males liatnya :)