shutterstock.com |
“Hai, cantik.”
Tak.
Bunyi tongkat baseball yang jatuh menyentuh lantai carport. Dariah hampir memekik. Kedua tangannya
gemetar di sisi badan. Kedua alisnya bertemu. Lihat, lihat kedua mata bulat
cantiknya yang hampir tenggelam dalam kekalutannya. Dariah terlihat cantik
sekali bila terlihat seperti itu. Ekspresi yang sama ketika ia berteriak-teriak
dalam sebuah monolog Edgar Allan Poe yang bertajuk Tell Tale Heart yang ia bawakan pada sebuah malam
penggalangan dana. Bedanya, saat ini ia tidak menjerit atau berusaha mencabut
jantung seseorang dan menyimpannya di bawah lantai.
“Mau apa ke sini?”
“Hanya menyapamu, cantik. Mana suami yang kamu bangga-banggakan itu?
Tidakkah dia cemburu melihat aku?”
“Pergi. Jangan sampai suamiku melihatmu.”
“Jangan sinis padaku. Kamu harus membiasakan diri dengan kehadiranku.”
“Apa maksudnya kata-katamu tadi? Mau mengancamku? Mau menganggu
kehidupanku? Terimalah, Alan. Aku istri orang.”
Kalimat terakhir yang diucapkan Dariah memarut selapis luka bernanah yang
baru kering dalah hatiku. Dia lupa untuk berhati-hati bicara. Dia yang dulu
meninggalkanku. Tidak bisakah dia sedikit berempati pada kesakitanku?
“Aku akan terus mengawasi,” kataku pelan, hampir tak bersuara. Dariah
mengeryit.
“Apa katamu?”
Namun aku berbalik. Ke rumah yang baru kubeli. Di seberang rumah Dariah.
Ketika aku mengunci pagar, berdiri menghadap rumah Dariah, ia menahan pekik
kedua kali dengan kedua tangan. Sekarang ia pasti benar-benar gemetar dan akan
meringkuk di bawah ketiak bau suaminya yang penyakitan.
Dariah salah pilih orang. Bukan lelaki yang kerjanya hampir dua puluh empat
jam sehingga dapat memanjakannya dengan barang-barang. Bukan pula lelaki yang
sakit-sakitan. Tapi suami berjiwa pejuang. Sebagai seorang perempuan dengan
manik depresi, ia tak bisa menjaga diri sendiri. Ia butuh orang menopang
emosinya tanpa lelah. Orang itu aku.
Si busuk yang dia nikahi justru jauh lebih menguras perasaannya.
Akhir-akhir ini sering kulihat Dariah terlihat layu. Jadi aku bertekad
mengawasinya dengan seluruh jiwa ragaku. Tak ada hukum yang melarang itu.
Suatu kali, aku penasaran sekali. Kalau suami Dariah cuma terbaring di
ranjang, dari mana mereka dapat uang untuk makan? Meski suaminya memang anak
taipan. Rasa penasaranku berbuah kehadiranku di depan pintu ruang tamu rumah
Dariah. Perempuan itu membelalakkan mata.
“Ayolah. Aku hanya ingin menjenguk suamimu.”
“Bohong.”
“Aku janji tidak akan lama-lama. Hanya menjenguk. Kumohon?”
Dariah luluh. Ia membuka pintu lalu berjalan lebih dulu. Aku mengikutinya.
Suami Dariah berada di atas ranjang. Wajahnya hampir putih saking pucatnya.
Ia tersenyum. Ia mungkin sudah dengar aduan istrinya tentangku. Dengan
basa-basi kujelaskan bahwa aku orang baru di sini, tinggal di seberang
rumahnya. Kujelaskan aku menjenguknya karena ia sudah lama terbaring sakit.
Semua dijawab anggukan.
“Sudah selesai?” tanya Dariah sinis.
“Ya. Aku pamit dulu.”
“Menurutmu apa yang biasanya orang beri pada tetangganya yang sakit?”
Aku tidak membawa buah. Aku tersenyum pura-pura malu.
“Maaf?”
“Diterima. Asal...”
Dariah mendekat. Ia meletakkan tangan di balik punggung. Apa maksudnya?
Sebelum aku bertanya, aku sudah jatuh bersimpuh di lantai. Kepalaku sakit
sekali.
“Apa yang kau...”
Sebuah pukulan lagi. Dengan tongkat baseball. Semua terjadi dengan
cepat. Tiba-tiba kaki tanganku menyatu dengan lakban. Suami Dariah menyeret
tubuhnya turun dari ranjang. Mulutku disumpal. Sebuah pisau mengiris kulit
leherku. Lidah suaminya menyesap darahku yang hangat. Dariah tertawa dengan
semangat.
***
Karya lain bisa dilihat di sini
Suaminya drakula? :O
BalasHapushehe drakula ga pakai pisau mbak :)
HapusDrakulaaa!!! serem..
BalasHapusmirip drakula ya gambarannya? hehehe
HapusSerem ih :"(
BalasHapustenang mbak, ini fiksi :)
Hapushiiyy sereem dan sadis ya.. tapi nggak nyangka juga endingnya :)
BalasHapushehe makasih udah berkunjung
Hapuspembunuh berdarah dingin.. jd inget crita2 di film criminal minds :D
BalasHapussaya terinspirasinya dari CSI, ga mirip sih ceritanya tapi saya kebayang kayaknya seru kalo berbau psikologi hehe
Hapusgambaran tentang suaminya kurang nih. terpikirnya memang drakula, tapi seperti jawaban komentar di atas mengenai pisau - jadi suaminya apa dong? kelainan suka mengkonsumsi darah?
BalasHapusCSI mana nih yang pernah seperti ini?
saya terinspirasi bukan berarti CSI-nya ada yg adegan atau tokoh seperti ini mas :)
Hapushehe terima kasih atas masukan ttg suaminya
sebetulnya yg saya pengen gambarkan bukan kelainan konsumsi darah, jadi dariah dan suaminya itu punya semacam ketidaksukaan ketika mereka sebagai pasangan dan mereka terganggu dengan orang di luar hubungan mereka.. nah ini bagian yg saya ambil dari CSI. lupa episode mana. yg jelas kalau si pasutri merasa hubungan mereka terancam dengan pihak ketiga (si pihak ketiga ini belum tentu mengusik, bisa jadi cuma numpang lewat) akan langsung mereka habisi. yg dihabisi selalu perempuan. mungkin mas pernah nonton.
ealah... endingnya X___X
BalasHapuskenapa mbak? hehe
Hapusjadi, si suami itu pura2 penyakitan ato gimana yah? :D
BalasHapuskelainan sih mbak sebetulnya bukan sakit2 yg gimana. di pkiran saya lho ya hehe
HapusYaelah minum darah, serem ..
BalasHapushehehe
Hapusjadi inget film 'the book of eli' yg ada suami istri tangannya selalu genetar. ternyata suka makan daging orang :)
BalasHapussaya nonton film itu cuma depannya doang miss terus ga lanjut lagi jadi gatau ceritanya :D
Hapuslah sumanto juga suka gemetar kali ya haha
hihi merinding kaya nonton film hantu drakula *nyesep darah???
BalasHapusbukan hantu sih mbak di gambaran saya hehehhe tapi orang yg kelainan
HapusSuaminya jago acting :|
BalasHapusdiajarin dariah. kan anak teater :D
Hapusendingnya sadis bgt Mba..dah dipukul disayat pula :(
BalasHapuslg pengen nulis yg sadis sadis mas hehe
HapusEw... :|
BalasHapusSuaminya minum darah? Atau butuh darahnya si Alan biar kembali sehat?
Maaf saya gagal paham.. :D
di sini dia memang minum darah, gambaran saya dia kelainan hehe
Hapusgapapa mbak :)
hm...
BalasHapusoke lah suami dariah kelainan. tapi harus ada penjelasan kenapa dariah mendukungnya. misalnya terlalu cinta, atau apa. dan untuk korban kayanya ga perlu bawa-bawa mantan. malah kesannya maksa twist. kayanya lebih wajar kalau dariah dan suaminya cari korban orang-orang jauh yang sekedar singgah.
oke mbak :) ntar saya belajar lg biar ga bolong gini ceritanya hehe
Hapus