shutterstock.com |
“A-ak-aku... a-a-a.....”
“Apa Lin? Apa?”
“A-ak-ak.....”
Air mata Lin tumpah ruah dalam pelukanku. Ia menutup
kedua mulutnya, tak bisa bicara. Mendadak gagapnya yang telah sembuh tetiba
kambuh. Lin yang selalu ceria dan terlihat bagai perempuan paling bahagia
sedunia itu gemetar hebat. Suara tangisnya makin keras, membuatku makin kalut
karena tak bisa berbuat apa-apa. Kucoba menenangkannya tapi ia menggeleng.
“Kamu bisa cerita nanti kalau kamu sudah tenang. Ayo,
kita pulang. Sudah malam.”
“Ga bisa, Kris. Aku ga bisa pulang! Aku ga pantas pulang!”
“Kamu ngomong apa sih?”
“Aku bunuh Angga, Kris. Aku bunuh Angga. Aku ga sengaja. Angga
mati. sebentar lagi polisi akan mencariku. Aku masuk penjara. Kamu pasti ga
sanggup punya istri seorang pembunuh!”
Baru kusadari muncratan darah di tubuh Lin. Syok. Istriku
yang cantik dan baik hati itu baru saja mengatakan hal-hal berupa mimpi buruk. Aku
percaya dia tidak sedang bercanda. Kecuali bajunya memang punya pola berwarna
merah. Sayangnya istriku tidak suka warna merah.
Bayangan tentang hotel prodeo dan istriku di dalamnya
langsung menghentikan detak jantungku dan membuatnya jatuh sampai ke telapak
kaki. Lin mengandung anakku. Bagaimana bisa Lin harus melahirkan dengan status
sebagai tahanan?
“Pulanglah, sayang. Setir mobil sendiri, ya. Nanti aku
menyusul. Sebelum turun dari mobil, pakai jaketku. Ada di jok belakang. Jangan biarkan
ada yang melihat noda di bajumu. Sampai rumah langsung mandi. Cuci bajumu
sampai bersih lalu buang.”
“Kamu mau kemana?”
“Percaya padaku. Jangan tanya-tanya lagi, ya?”
Kucari-cari tubuh Angga yang sudah tak bernyawa. Lelaki pemabuk
itu adalah mantan suami istriku sebelum menikah denganku. Ia tak terima kalau
Lin dinikahi pria lain. Ia sering mengganggu istriku. Sebetulnya aku akan
melaporkannya ke polisi besok. Tapi aku terlambat dua puluh empat jam. Kesalahanku.
Mungkin tadi Angga memaksa istriku berbuat mesum. Lalu Lin
yang selalu kubekali dengan pisau lipat berhasil membela dirinya dengan baik.
Lin mungkin kalap dan terlanjur mendendam pada lelaki itu sehingga wajahnya
terlihat tak berbentuk lagi. Terlalu banyak tusukan.
Polisi tentu tahu bukan lelaki kekar sepertiku yang
menikam Angga. Tapi seseorang yang lebih mungil, kurang bertenaga, dalam
keadaan terdesak, dan putus asa. Kalau kepala Angga kuhancurkan sehingga korban
sulit dikenali bahkan diketahui bagaimanya caranya mati, maka.....
Kepala Angga yang sudah kupisahkan dari tubuhnya kubawa
ke lokasi kerjaku. Sebuah proyek pembangunan real estate. Aku butuh sedikit
semen. Sambil menunggu monumen kepala itu kering, tubuhnya kuikat dengan kayu,
pipa, dan batu besar. Kubiarkan tubuhnya terbenam dalam waduk. Proses ini
sungguh lama.
Hampir dua belas jam.
Kepala Angga sudah kering. Kutinggalkan kepalanya di rel
kereta. Kutonton ketika kepalanya pecah di bawah kereta yang lewat. Sesi terakhir
dimulai.
“Man, sudah bisa bayar utangmu?”
“Jadi kamu menyuruhku ke sini buat menagih utang?”
“Soalnya kalau kamu butuh keringanan, aku ada pekerjaan
yang butuh bantuanmu.”
“Oke. Apa?”
Kutikam sekuat tenaga wajah Darman berulang kali. Persis seperti
wajah Angga. Postur mereka sepintas sama. Lantas kubakar tubuhnya. Kutunggu sampai
Darman benar-benar hitam. Akan ada yang melihatnya asapnya di kejauhan. Dompet
Angga sudah kutinggal dekat Darman, kuambil uang dan kartu kreditnya. Semoga mayat
ini segera ditemukan. Aku tersenyum. Ini terakhir kalinya aku menghirup udara
bebas.
hm...buat apa menghilangkan jejak dengan membunuh satu orang lagi? logikanya, jika mayat sudah disingkirkan, pembunuh akan merasa lebih tenang. Apalagi tidak ada saksi dari kasus pertama.
BalasHapusseperti tagline rumah gadai itu saja, "mengatasi masalah dengan masalah."
:p
kata kuncinya ada di paragraf terakhir mas :) iya, pembunuhan angga harus disembunyikan. tp si angga ini kan hilang, masak ga ada penjelasan dia kenapa atau kemana? jadi kris membunuh darman yg posturnya mirip sama angga. jd kalo ditemukan polisi, memang dikira itu mayat angga. dan kalopun dicari pelakunya, yg ditangkap kris. bukan lin :D
Hapussadis.. trus gak ada yg nyariin darman gitu mba? :D
Hapusitu salahnya saya mas. harusnya bisa dijelaskan. tp saya maksain cerita ini padahal terbatas jumlah katanya. ini kan FF. hehehe. kalo bisa lbh panjang ya ada penjelasannya..
HapusMbak... Kok kayanya ini malah mbulet ya? Seandainya dia mau membela Lin, cukup mengganti sidik jari di pisau yang dipakai Lin lalu mengaku ke polisi bahwa dia pembunuh Angga. Udah, gitu aja. Nggak usah menghilangkan jejak lalu malah bunuh orang lain. IMHO
BalasHapusGitu sih pendapat saya. Apalagi bawa-bawa Darman dan sampai harus membunuhnya.
Tadi saya juga sempat mikir apa mayat Angga ini mau dijadiin tumbal atau gimana. Ternyata malah lebih ribet lagi. Trus pas kepalanya kegiles kereta apa nggak menimbulkan masalah baru?
Oya, ini cerita tersadis pagi ini yang saya baca. Soalnya cerita sadis yang lain udah dibaca kemarin. *eh? :D
Salam kenal ya!
makasih banyak ya atas masukannya heheh jadi malu saya XD
Hapuskomennya mbak rini panjang euyyy :D. setuju sama mbak rini en mas atar ^^. smgt smgt mbak linda :)
BalasHapusmakasih :D
HapusWow horor sekali Mbak Linda, main bunuh-bunuhan :)
BalasHapuslagi belajar mbak hehe
HapusHmmm.. Sbenernya gak mbulet plotnya. Gmpang dipahami dan datar aja. Pertanyaannya cuma kronologi penghilangan jejak yg ribet dan boros bgt! Knp musti mo sepusing itu buat nyalahin diri sendiri?
BalasHapusBener kata si attar, jd emg kasus pembunuhan si Istri kan tanpa saksi? Tinggal buang si Korban dan case closed! So, gak perlu cari korban laen! Hadeeuhhh, kasus yg unik! Gudjob! :-)
hehehehehehe
Hapus