Dia begitu manis. Dia begitu
rapuh. Tubuhnya seperti anak kucing yang melingkar ke tubuh induknya, dalam hal
ini aku. Ia meringkuk di bawah selimut seakan menolak dikenai cipratan
hangatnya sinar matahari yang kuragu akan dirasakannya lagi. Dingin tubuhnya
menjadi komposisi yang paripurna ketika bertemu dengan kulitku. Aku bisa
mendengar dengkur halusnya di antara riap-riap gelombang rambutnya atau di sela-sela
jemariku yang merengkuh kepalanya.
Perutku terasa hangat. Seperti
ada kupu-kupu menari di dalamnya dan menolak keluar. Saat yang sama nafasku
memburu dan aliran darah merayap cepat mengisi pipiku. Menjadikannya bersemu.
Tubuhnya semakin dingin. Kami
hanya punya selimut tipis dengan banyak tambalan dan benang-benang yang keluar
dari jalinan. Panas tubuhku sendiri berangsur menghilang diterjang angin malam.
Kami sama-sama kedinginan. Kami merindukan kamar dengan kasur yang empuk dan
api yang berkobar dari perapian. Bukan seperti sekarang, ketika kami meringkuk
tak berdaya di bawah pohon di tengah padang saat badai salju.
“Tidurlah, cepat,” kataku
tadi padamu.
“Aku tidak bisa tidur kalau
kedinginan,” elakmu.
“Tapi kau kelelahan. Percayalah,
dengan tidur kau akan merasa lebih hangat. Sebab kau tak banyak bergerak. Sehingga
tubuhmu bisa menghemat panas lebih banyak. Kau tahu kan, aku tak pernah bohong
padamu?” rajukku.
“Kalau begitu, nyanyikan
sesuatu untukku,” pintamu.
Two birds on a wire
One tries to fly away and the other
Belum apa-apa kau sudah
lelap dalam dekapku. Katamu tadi, kau melihat bintang-bintang turun berputar
dari langit. Aku bisa melihat, bahwa waktumu sudah dekat.
Kau sekarat.
Aku hanya ingin kau lelap. Agar
kau tak merasakan sakitnya ketika jiwamu lenyap. Biarkan aku yang menyaksikan
dan merasakan kepahitan saat tiba bagimu beristirahat. Dan aku tetap
mendekapmu, sampai aku menyusulmu. Ikut. Lelap. Dalam. Dekap.
Matahari bersinar lewat
dedaunan yang rapat. Badai sudah lewat. Begitu juga dua orang yang saling
mendekap.
***
Cerita sedih yg dikemas begitu manis. Pilihan katanya aku suka.
BalasHapustengkyuuu mbak ;) ini karena inspirasi dari lagunya
Hapusaku juga suka dengan yg ini, sebagaimana aku suka dengan prompt #34 punya Mba sebelumnya..cuma aku agak terusik dengan dua kalimat awal. benarkah atau ilmiahkah kalau kupu2 berada dalam perut menimbbulkan rasa hangat? hehe
BalasHapusya jelas ga ilmiah lah mas hahahaha. pengalaman saya aja. kayak anget geli gimana gitu perutnya. saya nyebutnya rasa hangat terus tergelitik kayak ada kupu-kupunya. mungkin analogi saya kurang pas.
HapusCeritanya manis...semanis lagunya Regina Spector.. ^^
BalasHapuslagunya regina spector itu jempol!
Hapusnice story :D
BalasHapusmaaciw :D
Hapusdiksinya halus, aku suka, Linda :)
BalasHapuswaaa makasih miss hehe
Hapussetuju sama yang lain. manis mba, walau sebenarnya cerita sedih.
BalasHapusmakasih ya ;))
Hapuskasian ya kena badai salju
BalasHapusiya :(
Hapusiyyaa, suka banget sama diksinya :)
BalasHapusalhamdulillah \m/
Hapusdiksinya keren :)
BalasHapusaih
BalasHapusT___T
hiks. Mbanting.
mbanting gimana mbak? hehe
HapusDIksinya manis sekali, Linda. Aku suka:))))
BalasHapusEtapi, di paragraf terakhir, itu kayaknya kurang logis aja menurutku. Kan ceritanya abis badai salju, ya. Dan biasanya itu kan salju hebat. Seharusnya kalo abis badai salju gitu nggak ada dedaunan yg terlihat karena tertutup salju semua. IMHO ^_^.
eh iya mbak heheheh makasih ;))
Hapus