There’s no place I rather be...
Lagu
itu membuatku terjaga. Sudah beberapa hari ini aku mendengarnya diputar
berulang kali. Bukan cuma satu dua kali dalam sehari seperti yang biasa stasiun
radio favoritmu melakukannya. Maksudku diputar berulang kali adalah sepanjang
hari, setiap hari. Kupikir aku tidak akan mendengarnya lagi karena aku bosan. Lagi
pula, siapa orang normal yang melakukannya?
Bangun
dari tempat tidur, aku melihat ke luar jendela. Anak itu lagi. Hah, ada apa
dengan semua ini? Lagu yang diputar tanpa henti dan anak yang duduk di ayunan
seperti tak mau pergi. Tiap aku melihat dari jendela, dia masih di sana, dengan
posisi kedua tangan memeluk ban. Iya, ayunannya terbuat dari ban bekas. Bukan ayunan
bagus seperti di taman. TAPI anak itu seperti lekat dengan ayunannya meski dia
tidak pernah berayun.
Dia
duduk di ayunan, hanya diam seharian.
Sudah
saatnya aku bertindak. Kuhampiri anak itu. Mungkin ia sedang kesepian atau
sedih. Mana sih, orang tuanya?
“Hei,
namamu siapa?”
Anak
itu mengangkat kepala. Tatapannya kosong. Wajahnya sedikit pucat, sepertinya ia
tidak sehat.
“Kenapa
kamu sendirian? Apa kamu tidak punya teman?”
Dia
masih diam. Menjengkelkan.
“Orang
tuamu mana?”
Kepalanya
menoleh ke belakang. Rumahnya mungkin? Aku tidak berpikir bahwa anak itu
tinggal di sebelah rumahku. Rumah itu seperti tidak berpenghuni. Pintu depannya
juga selalu tertutup. Tapi kan tidak mungkin anak ini tinggal sendiri.
Aku
menghampiri rumah itu. Oh, ternyata
lagu-yang-diputar-berulang-kali-tiap-hari-itu asal suaranya dari sini. Kuketuk pintunya,
tapi tak dibukakan. Kuteriakkan kata sapaan seperti, “Haloooo” dan “Spadaaaaa”
tapi tak ada yang menghiraukan. Kesal, aku memutari rumah itu. Pasti ada
jendela samping atau pintu belakangnya.
I would wait forever, exalted in the scene
Nah, ada pintu yang terbuka. Sekalian
saja aku masuk. Ada dua orang duduk di meja makan. Mereka makan dalam diam. Anehnya,
ada tiga piring dan gelas di atas meja. Dua piring dan gelas masing-masing
mereka gunakan, piring dan gelas ketiga dibiarkan. Tapi, untuk siapa? Anaknya? Kenapa
tidak mereka panggil saja untuk diajak makan bersama? Orang tua yang aneh.
“Bu, kok tidak dimakan ayam
gorengnya?”
“Itu khusus buat Alya. Kalau ayah
mau, ambil saja. Nanti ibu goreng lagi buat Alya.”
“Bu..” si ayah meraih tangan si
ibu, “sudahlah. Ikhlaskan kepergian Alya.”
Tunggu. Kepergian? Jadi anak yang
main ayunan itu.....
Tersandung-sandung aku menghampiri
anak itu. Dia hidup kan? Mana mungkin aku bisa melihat orang mati. Duduk di ayunan
lagi!
“Heh, anak kecil, kamu masih hidup
kan?”
“Kenapa pertanyaan kakak aneh
sekali?”
“Kenapa dari tadi kuajak bicara
diam saja, baru sekarang kamu mau menjawab? Rumahmu yang ini kan? Orang tuamu
mengatakan hal-hal aneh tentang seseorang bernama Alya...”
“Iya itu namaku.”
“Ngg.. Kalau itu namanu, kenapa
kau dianggap sudah...”
“Iya. Mereka pikir aku pergi. Mereka
salah. Aku ingin tetap bersama orang tuaku. Padahal tidak ada tempat lebih baik
selain di sini. Seperti kakak, aku juga tidak mau pergi.”
Seperti kakak?
Lagu itu makin keras, seakan
seseorang meletakkan speaker di dalam telingaku.
We're a thousand miles from comfort
We have travelled land and sea
But as long as you are with me, there's no place I’d rather be
But as long as you are with me, there's no place I’d rather be
***
Jumlah kata 500. Sketsa di atas karya Betty Sanjaya. Lagu yang menginspirasi flash fiction di atas berjudul "Rather Be" oleh Clean Bandits.
ja-jadi si aku juga sudah mati?
BalasHapus*senyum lebar* jeng jeng jeng! #backsoundhoror
BalasHapusaku pikir 'kakak' itu orang lain lagi, ternyata kakak itu si aku ya?
BalasHapus*gagal paham*
heheheh iyaaa. wah rancu kah panggilan kakaknya?
HapusBukan rancu, mungkin perlu sedikit penegasan bahwa yang di panggil 'kakak' itu si 'aku'.
Hapusatau memang aku aja yang gagal paham T.T hikz hikz
oh gitu hehe
HapusWow, nggak diduga endingnya
BalasHapushehe makasih udah mampir
HapusLumayan bikin merinding mbak ;)
BalasHapusmasak? serem kah? hehe
HapusJadi, dua-duanya sama-sama sudah mati?
BalasHapus*pengsan
bukan mati. jatah umurnya udah abis :p
Hapusah, nice ending! :)))
BalasHapusmakasih mbaknyaaaah :D
Hapus