Jadilah Milikku! Mau?

"Niki!" teriak Shoji. Namun Niki tidak mau menoleh. Ia justru mempercepat langkahnya. Shoji tidak kurang akal. Ia berhenti mengejar Niki lalu masuk ke dalam sebuah toko. Sementara Niki sadar bahwa Shoji tidak lagi mengejarnya. Ia berbalik. "Kok aku sendirian?" bisiknya malu. Niki seegra mencari Shoji. Keterlaluan! Kenapa dia meninggalkanku? Dia tidak mengerti ya kalau aku hanya merajuk? Ah, ini tidak lucu! Niki memutar kepalanya ke kanan dan ke kiri. Namun ia tidak menemukan Shoji. Sementara Shoji sibuk memilih sesuatu di dalam sebuah toko. "Ini saja mbak," ujarnya.

Niki terduduk lemas di sebuah resto. Pandangannya bergulir pada wajah setiap lelaki yang lewat. Ah, kemana Shoji, apa ia betul-betul marah padaku, gumamnya. Ia takut Shoji menganggapnya kekanakan karena sering ngambek. Akhirnya ia memesan makan siang. Coba saja kutelpon Shoji dan minta maaf, pasti dia kembali kemari dan menjemputku pulang, ujarnya dalam hati. Sementara itu, Shoji telah melihat Niki dari kejauhan. Ia tersenyum lebar.


Dari belakang Niki, Shoji mengendap-endap. Ia mendorong seekor kucing Persia abu-abu agar kucing itu berjalan di depan Niki. "Meoong....meooong," kucing itu mengeong. Niki terkejut dan melirik ke bawah meja. "Kucing!" pekik Niki senang. "Punya siapa kamu? Aduh lucunya!" segera Niki mengangkat kucing itu dan memeluknya. "Jadi milikku ya? Mau kan? Nanti aku rawat. Aku ajak tidur di kamarku. Mau ya? Siapa majikanmu? Kubeli deh!" Shoji lalu muncul bersama kandang kucing itu. "Kak Shoji!" seru Niki. "Kamu mau kucingnya?" tanya Shoji menggoda. "Mau! Jadi ini buatku?"

"Ya, kamu sekarang boleh pelihara kucing. Asal nilai rapotmu tetap bagus. Kalau nilainya turun, kucingnya kakak sita!"

2 Komentar

Posting Komentar
Lebih baru Lebih lama