Ki Dalang Naman Sanjaya |
Wayang kulit! Ini merupakan pengalaman pertama sekaligus
sangat berkesan bagi saya ketika menonton sebuah pementasan wayang kulit Bekasi
di daerah Pekayon, awal bulan Mei lalu. Kebetulan saya tengah mengerjakan tugas
pembuatan film dokumenter bertemakan kebudayaan Indonesia. Tak disangka saya
bertemu dengan salah satu dalang wayang kulit kenamaan dari Bekasi, Ki Dalang
Naman Sanjaya. Beliau adalah keturunan Ki Dalang Belentet yang telah mendalang
sejak tahun 1918.
Kotak wayang Ki Dalang |
Ki Dalang Naman Sanjaya telah mendalang sejak 1965. Ia
ikut orangtuanya dari satu pentas ke pentas lain. Ia mengaku belum pernah vakum
dari dunia pewayangan. Baginya, mendalang membuatnya menjadi terus belajar.
Dengan mendalang, ia memiliki misi menyampaikan pesan moral melalui lakon-lakon
yang ia mainkan. Agar penonton tidak jenuh, ia menyelipkan hal-hal terkini
dalam kisah yang dipentaskan. Semisal korupsi atau penebangan liar.
Seperti lazimnya sebuah pementasan wayang, Ki Dalang
Naman Sanjaya didampingi sinden. Istri Ki Dalang juga berprofesi sebagai
sinden. Dalam pementasan kali ini, Ki Dalang membawa tiga orang sinden. Bersama
grup Tunas Jaya, total pemain musik yang ikut serta berjumlah 15 orang. Lakon
yang dibawakan Ki Dalang berdasarkan permintaan tuan rumah. Tuan rumah yaitu
orang yang meminta Ki Dalang untuk melaksanakan pementasan wayang. Lakon yang
dibawakan berjudul "Bambang Jakapinuluh".
Pementasan wayang kulit Bekasi, menggunakan bahasa Betawi pinggiran |
Seluruh lakon dalam wayang kulit Bekasi tidak berbeda
dengan wayang kulit Jawa atau Sunda yaitu berkisar pada kisah Mahabhrata. Namun
tentu ada berbagai improvisasi sebagai pembeda jalan cerita. Meski tetap
berpatokan pada pakem-pakem yang ada. Wayang kulit Bekasi sendiri dipengaruhi
oleh budaya Betawi, Jawa, dan Sunda.
Bahasa yang digunakan dalam pementasan wayang kulit
Bekasi memakai bahasa Betawi pinggiran. Sebagian masyarakat Bekasi ada yang
menyebutnya sebagai bahasa Melayu. Lagu-lagu yang dibawakan para sinden
merupakan lagu-lagu Sunda. Bila menonton langsung pementasan wayang kulit
Bekasi ini, tentu anda dapat merasakan perpaduan unsur Jawa dan Sunda yang
cukup kental.
Panggung pemensatan wayang sekaligus pelaksanaan prosesi ruwatan |
Meski saya belum pernah mendengar tentang wayang kulit
Bekasi, ternyata grup Tunas Jaya dan Ki Dalang Naman Sanjaya telah pentas
beberapa kali di Bogor. Tentu sangat disayangkan betapa minimnya publikasi
mengenai wayang kulit Bekasi. Apalagi teman saya yang berdomisili di Bekasi
selama bertahun-tahun juga tidak tahu tentang keberadaan kesenian daerah ini.
Tentu saya tidak
menyesal akhirnya mendapat kesempatan menyaksikan pementasan wayang kulit
secara langsung. Selain itu, pementasan wayang tersebut dilanjutkan prosesi
ruwatan yang jarang dilakukan. Kali ini ritual ruwatan dilaksanakan atas
permintaan seorang ibu yang memiliki putri semata wayang. Biasanya ritual
ruwatan dilaksanakan dini hari hingga menjelang pagi.
Ruwatan merupakan suatu jalan untuk mencari keselamatan.
Dalam ritual ruwatan, digunakan sesajen dan kemenyan. Orang yang akan diruwat
akan dimandikan dengan air bunga. Panggung untuk ruwatan memiliki ciri khas.
Kalau yang diruwat laki-laki, anda akan melihat alat-alat pertukangan digantung
di atas panggung. Kalau perempuan, tentu alat-alat masak yang digantung. Ketika
ruwatan berakhir, penonton yang menyaksikan prosesi dari awal hingga akhir
boleh memperebutkan barang-barang yang digantung. Selain beragam barang yang
digantung, ada pula gabah, kelapa, dan bonggol pisang yang mengisi panggung.
Masih banyak kesenian daerah yang belum terungkap. Betapa
kaya ragam seni budaya yang kita miliki. Mungkin tanpa tugas pembuatan film
dokumenter ini, saya tidak akan pernah tahu atau melihat sendiri pentas wayang
kulit Bekasi beserta prosesi ruwatan.
Kak boleh minta informasi kontak atau alamat ki dalang jalan sanjaya? Saya juga dapet tugas bikin film dokumenter. Emang rencana nya mau ngambil wayang Betawi cuma kurang informasi. Terimakasih
BalasHapus