Mataku menatapmu nyalang seperti
serigala menatap rusa. Bibirmu yang merah penuh senantiasa menggodaku untuk
mencumbu. Kalau kau lewat, kesadaranku seakan lenyap. Kepalaku hanya berisi
kau, kau, dan kau. Otakku menjadi liar, memutar fantasi permainan gila yang
bisa dilakukan seorang pria dengan seorang wanita.
Kata orang, jodoh tidak ke mana.
Kami bersekolah di tempat yang
sama, dari SD hingga SMA. Tuhan benar-benar berhati mulia. Tak kusangka kami
akan akrab. Kau terikat padaku bagai minyak pada wajan. Hingga suatu hari kau
mengangsurkan undangan dengan namamu dan namanya di sampul depan.
Seperti sudah garis Tuhan, kita
akan bertemu di pelaminan.
***
Flash Fiction 100 kata
Agak ambivalen artikel ini. Meledak di sequense terakhir
BalasHapusEndingnya yang nikah bukan kamu dan si dia ya. Tapi si dia dengan yang lain
Itu yang saya tangkap
ini bukan artikel. ini karya fiksi :)
Hapusiya kalau jodoh pasti bertemu kok :)
BalasHapushehe begitulah
Hapus"hingga suatu hari kau mengaangsurkan undangan dengan namamu dan namanya" pasti ada rasa kecewa yang begitu dalam.tapi kalau jodoh ya tak kan kemana :)
BalasHapusyaaaap ~
Hapus