Sudah seminggu aku sibuk menelusuri laman berbagai grup Facebook. Itu bukan laman-laman yang kuminati. Bukan pula grup tempat seseorang yang kukenal. Aku masuk ke dalam grup-grup tersebut dengan tujuan riset tulisan terbaruku. Tidak ada aktivitas yang kulakukan selain membaca satu persatu status dari orang-orang yang tidak kukenal. Latar belakang mereka beragam. Tapi ada satu persamaan yaitu tingkat ekonomi yang rendah. Kebanyakan dari mereka hidup di bawah garis kemiskinan.
Masalahnya, sulit sekali membaca status-status itu tanpa rasa sakit. Kasus kdrt, perkosaan, bully, perselingkuhan, hingga perceraian menghiasai laman grup-grup Facebook tersebut. Berat sekali rasanya membaca fakta-fakta itu terutama karena aku tidak punya kemampuan untuk membantu. Hari ini aku membaca status seorang ibu yang sedih karena tidak memiliki uang untuk memberi anaknya makan. Ada pula status mengenai seorang ibu yang dipukuli suaminya walau sedang hamil.
Kondisi mereka begitu rapuh. Mereka tidak tahu kalau perempuan berhak memiliki hidup yang bahagia. Dalam pikiran mereka, beginilah takdir seorang perempuan. Bahwa wajar perempuan diperlakukan tidak adil. Sangat lazim perempuan menghadapi penyiksaan. Perempuan dipaksa untuk hidup bergantung pada pasangan atau anggota keluarga lainnya. Ia tidak diperbolehkan memiliki kuasa atas tubuhnya, uangnya, pikirannya, dan masa depannya.
Tujuanku memasuki grup-grup tersebut adalah mencari tahu. Aku ingin menuliskannya dari sudut pandang mereka. Mungkin ini bukan bantuan atau sesuatu yang mereka harapkan. Tapi aku ingin membuka mata lebih banyak orang. Bahwa keadilan untuk perempuan harus ditegakkan. Lewat tulisan-tulisan itu nantinya aku ingin menyadarkan banyak orang betapa masih banyak perempuan yang hidup menderita.