Tuhan, Kenapa Aku BPD?


Orang dengan BPD adalah satu satu jenis manusia paling dibenci di dunia. Hidupnya di titik terendah ketika sedang jatuh cinta.

Apa Itu BPD?

BPD (Borderline Personality Disorder) adalah gangguan kepribadian yang berdampak pada pikiran, perasaan, dan tindakan penderitanya. Ciri khas orang dengan BPD adalah

  • Memiliki citra diri negatif
  • Moodnya sangat cepat berubah, dan
  • Hubungan antarmanusianya buruk.

Kadang, orang awam sulit membedakan antara BPD dengan bipolar. Dalam bipolar, seseorang mengalami perubahan emosi dalam bentuk fase. Ada dua fase yaitu mania dan depresi.

Sederhananya, mania adalah fase ketika seseorang terlalu senang. Depresi adalah fase ketika seseorang terlalu sedih. Ini bisa berjalan sekian hari, minggu, bulan, hingga tahunan.

Sementara dalam BPD perubahan emosi terjadi sangat cepat. Kamu bisa melihat aku menangis dan tertawa dalam rentang waktu 5 menit. 

Masalah lainnya adalah hubungan antarmanusia. Bukan hanya bicara tentang pasangan ya, tapi juga teman.

Aku sangat mudah memutuskan tali hubungan dengan siapa pun. Kalau menurutku seseorang menyakitiku dan tidak baik untukku, aku tidak mau memberinya kesempatan kedua.

Ini terutama terjadi justru dengan orang-orang yang kusayangi dan penting dalam hidupku. Ada satu teman, namanya Siti Nur Amaliyah. Kami saling kenal sejak 2011.

Sepertinya aku sudah blokir dia tak terhitung jumlahnya. Yang membuat hubungan kami kembali karena dia yang selalu reach out duluan. Setiap mengingat hal ini, aku merasa malu dan gila.

Kalau tulisanku terdengar seperti stigma negatif, karena sebenarnya ini didasari dua hal. Pertama, aku MEMANG melihat diriku negatif. Kedua, orang dengan BPD secara general MEMANG punya image negatif.

Kalau kamu membaca tulisan di blog ini, kamu akan menyadari naik turunnya emosiku. Aku memandang diriku positif secara garis besar.

Namun, terutama di surat-surat cintaku, akan terlihat pandangan yang negatif terhadap diriku sendiri. Aku akan jelaskan ini nanti lebih lanjut.

Oh ya, tidak ada obat yang spesifik menyembuhkan BPD. Aku ke psikiater untuk mengobati diagnosis yang lain. Bisa dibilang BPD adalah penyakitku yang paling berat dan berdampak besar dalam hidupku.

Penyebab BPD

Biasanya gejala BPD mulai muncul ketika remaja atau dewasa muda. Aku sendiri meyakini bahwa gangguan jiwaku dimulai sejak anak-anak. Karena aku ingat detail berbagai kejadian dan responku saat itu.

Aku selalu merasa isi kepalaku kacau. Aku selalu bertanya-tanya apakah normal menjalani hidup seperti ini. Selain itu, aku mulai mendapat keluhan dalam berteman ketika duduk di bangku SMA.

Tentu penyebab dari BPD ini beragam. Bisa karena genetik, sosial, dan lain-lain. 

Orang dengan BPD cenderung merasa takut dibuang dan ditolak. Dari kata kunci ini, aku rasa aku bisa menebak kenapa. Ya karena hubunganku dengan orang tua.

Gangguan jiwa, termasuk BPD, bisa dialami siapa saja. Jika kamu BPD seperti aku, selamat! Ayo kita rajin berobat supaya kita terkontrol dan tidak membahayakan umat 🤣🤣🤣🤣🤣

Apa Tantangan Orang dengan BPD?

Hubunganku dengan Teman

Aku akui, memang tidak semua orang suka denganku terlepas dari kondisi mentalku. Ada yang tidak suka aku karena merasa aku seperti anak-anak dan centil. Ada juga yang tidak suka aku karena workaholic (teman-teman kantor lama).

Namun, untuk orang yang mengenalku dengan baik, tentu tidak suka aku karena BPD-ku. Ini bukan perkara blokir-blokir nomor Whatsapp aja. Kadang aku juga ngamuk.

Kalau kamu baca banyak tulisanku dan menyadari gaya bahasaku yang sarkas. Bayangkan bagaimana aku kalau marah secara verbal. Sangat tidak menyenangkan di kuping.

By the way, menulis dengan sarkasme itu memang aku latih sejak bocah. Karena aku merasa marah luar biasa dan tidak mau masuk penjara, aku belajar balas dendam lewat kata-kata 😈😈😈😈😈😈

Beberapa hal yang kulakukan kalau marah adalah

  • Literally ngamuk (verbal),
  • Meninggalkan orang di tengah pembicaraan,
  • Blokir akses komunikasi, dan
  • Minta putus.

Mungkin terdengar tidak intens. Tidak memukul. Tidak melempar. Tidak merusak. Ya, benar, tapi coba kalau kamu jadi orang yang terus menerus bertengkar denganku selama bertahun-tahun. Kamu akan muak.

Pernah kejadian, aku marah dengan temanku. Aku langsung nyebrang jalan dan pulang.

Eh tunggu….. tapi aku punya teman yang tetap berteman denganku selama belasan tahun. Walau tidak banyak. Termasuk Siti Nur Amaliyah yang sudah kublokir tak terhingga jumlahnya itu.

Biasanya ada beberapa alasan

  • Mereka memahami gangguan jiwaku dan tahu aku bukan orang jahat,
  • Mereka kasihan (this is the most possible one), atau
  • Mereka terlalu sayang aku (unconvincingly true).

Aku sudah lama tidak ngamuk dan sejujurnya agak terkejut. Di media sosial, orang-orang mendapatkan kesan aku lembut dan sabar. Bingung. Soalnya aku tidak membangun personal branding seperti itu. Kok bisa?

Ya sudahlah, terserah netizen saja. 

Hubunganku dengan Pasangan

Ini yang paling MENYIKSAKU. Jatuh cinta amat-sangat-menyiksaku sebagai seseorang dengan BPD. Suara di kepalaku tidak mau berhenti mengatakan bahwa

  • Orang itu tidak mencintaiku,
  • Orang itu jijik padaku,
  • Orang itu benci aku, dan
  • Orang itu tidak tahan denganku.

Bahasa gaulnya, intrusive thought. Jadi aku mengalami yang disebut sebagai gejala psikotik. Bisa macam-macam contohnya pikiran, suara, atau bisikan yang meyakinkan dan di luar kontrolku.

Ini SANGAT intens ketika aku sedang jatuh cinta. Siapa pun pasanganku saat itu, seberapa normal pun hubungannya, aku mengalami ini. 

Karena itu psikiater memberiku Risperidone. Ini obat anti psikotik (yang juga biasa dipakai penderita skizofrenia). Sekarang dosis obatku dinaikkan karena aku nangis-nangis di ruang dokter bilang, takut orang yang aku cintai jijik sama aku.

Aku bahkan beneran kirim chat kayak gitu. Aku malu, tapi itu di luar kontrolku. 

Karena itu, stigma orang dengan BPD sangat negatif. Mereka dianggap orang yang sulit menjalin hubungan (apapun jenis hubungannya). Akupun tidak bisa menyalahkan jika orang lain tidak mau punya hubungan denganku. Ya memang berat kok.

Oh ya, kalangan medis pun menganggap BPD ini juga salah satu gangguan jiwa yang susah di-treatment. Jadi pasien mendapatkan stigma negatif bukan cuma dari masyarakat secara umum. Namun juga dari healer-nya.

Untung sekarang aku dapat psikiater yang berhati malaikat, soft spoken, dan realistis namanya dr. Natalingrum Sukmarini, Sp.KJ(K), M.Kes. Beliau sempat bilang ada kok pasiennya yang remisi. 

Remisi artinya ketika seseorang sudah sangat berkurang gejalanya. Kalau pakai bahasa bayi, kita anggap orang ini mendekati sembuh. Menurut penelitian sendiri beberapa pasien BPD bisa remisi dalam kurun waktu 10 tahun setelah diagnosis.

Tentu tiap orang kondisinya beda-beda ya.

Harapan

Loh, emang punya? 🙂‍↔️

Maunya sih remisi. Aku ingin punya hubungan normal. Walau aku menerima kondisiku kok. Aku tidak pernah menutupinya. Nge-date sama siapa pun, aku pasti jujur. 

Kadang orang bilang apa aku tidak takut sendirian. Ya mati juga sendirian. Emang dikubur rame-rame? Iya sih ramean. Itu kalo korban perang.

Oke segini dulu. Bye!


Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama