Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2012

Undangan untuk Ibu

Gambar
http://gocengblog.blogspot.com/2011/09/kumpulan-contoh-undangan-pernikahan.html             Kudengan Leni akan segera menikah. "Benarkah itu Leni?" Yang ditanya hanya mengangguk tanpa mengangkat muka yang tenggelam dalam kesibukan membaca buku. "Dengan siapa, Leni?" Ia menjawab acuh tak acuh, "Dengan seseorang pilihan ibuku." Bahagiakah kamu, gumamku dalam hati. "Jangan khawatirkan aku," tiba-tiba ia bersuara lagi setelah lama kami dicekam hening. "Aku tidak peduli. Menikah ya, menikah saja. Tidak rugi kan? Toh aku cukup umur. Calon suamiku juga dari keluarga baik-baik."             Bukan begitu, Leni. Masalahnya, aku berharap bisa menikahimu.             "Kau datang kan kalau aku menikah?" Aku tidah butuh diundang. Aku butuh menyiapkan mental. "Tentu, Leni." "Ya sudah, pergi sana. Jangan ganggu. Buku ini seru," ia mengacungkan buk...

[Katanya Sih] Tidak Ada yang Sia-Sia Di Salemba

            "Mbak, dulu waktu nerbitin buku pake akta notaris?"             "Ga tuh."             "Tapi di website perpusnas, disuruh pake akta."             "Ah, gapapa kok. Dulu saya ke sana gampang. Ga pake kata notaris segala. Cuma kudu punya stempel penerbitan. Bikinnya kira-kira 60 ribu."             Kira-kira inilah percakapan saya dengan seorang mbak penulis yang jadi tempat saya bertanya tentang ISBN. Awalnya saya bingung. Urus ISBN bisa tanya ke siapa? Banyak pertanyaan yang menggumpal di kepala. Googling pun tidak puas rasanya. Namun setelah bertanya ke mbak penulis tadi, saya jadi tenang. Toh dia sudah menerbitkan kumcer dengan ISBN hasil usaha sendiri ke Salemba. Di blog lain saya juga pernah membaca, katanya ur...

Hal Terbaik yang Bisa Kamu Miliki: Teman

Gambar
            Teman adalah nasib yang kamu pilih. Keluarga adalah takdir yang kamu punya.             Tanpa teman, saya yakin hidup akan sangat sepi. Apalagi saya bergantung pada teman-teman saya. Sejak kecil saya hidup berpindah-pindah sehingga pertemanan yang pernah saya rasakan biasanya terpisah jarak. Namun setelah menetap di Bogor, saya masih terhubung dengan teman-teman lama akibat kecanggihan teknologi. Meski mereka jauh berada di kota lain atau pulau lain. Meski mereka tidak bisa saya temui setiap hari.             Saya orang yang terbiasa curhat. Tanpa curhat, akan lebih sulit menghadapi sesuatu. Apalagi saya termasuk orang yang moody . Dan saya tidak menolak untuk menjadi pendengar.             Mereka yang terbaik yang saya punya....

Masuk TV

Gambar
techpp.com             "Saya masuk TV!" kata Pak Budi dengan girang. Pak Budi adalah salah satu tetangga saya di kampung halaman. Waktu perayaan lebaran besar-besaran tempo hari, salah satu stasiun televisi meliput langusng di kampung kami. Dan Pak Budi kebagian jatah masuk tv. Ia diwawancara atas perannya sebagai ketua panitia pelaksanaan perayaan lebaran.             Lebaran di kampung kami dirayakan dengan festival. Bukan cuma ketupat atau opor yang disediakan. Pokoknya sudah menjadi kebiasaan turun temurun yang tak pernah terlewat satu tahun pun. Kebetulan beberapa generasi keluarga Pak Budi selalu menjadi panitia. Dari buyutnya, kakeknya, bapaknya, sampai Pak Budi sendiri.             Pak Budi itu senang masuk tv.

MPKMB Sebentar Lagi!

Gambar
visijobs.com      Untuk anda yang belum tahu, MPKMB singkatan dari Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru. Masa transisi dari seorang anak SMA/MA/SMK memasuki dunia perkuliahan. Masa seseorang benar-benar lepas dari seragam putih abu dan memasuki dunia baru yang lebih membebaninya dengan tanggung jawab. Panitia MPKMB dianggap sebagai kelompok penyambut di gerbang masa peralihan itu. Salah satu panitia itu adalah saya.

Siklus

Gambar
Siklus adalah sebuah antologi berisi cerpen-cerpen yang ditulis oleh lima orang mahasiswa Diploma IPB jurusan Komunikasi. Setiap bab dalam antologi ini memuat tiga hingga lima buah cerpen yang dilambangkan dengan musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Setiap musim memiliki kisahnya tersendiri dan menjadi rangakaian puisi. s egera terbit! Erlinda Sukmasari Wasito Kamu akan mulai dengan sebuah pertemuan | Dimana benih-benih jatuh ke dalam lubang | Lalu kamu tenggelam dalam pendekatan | Seperti benih-benih yang tumbuh dan berkembang | Lantas kamu terjebak dalam gelombang―menggelinjang dan bertumbukan | Serupa terik mentari yang membantu tetumbuhan mengolah sari makanan | Kemudian kamu belajar mengenal kepahitan | Semacam tercerabutnya akar-akar dari asal | Namun perjalananmu masih panjang | Waktu kamu mulai menuju keabadian

Mau Ganti Template Jadi Kayak Majalah?

Gambar
milik pribadi "Gimana sih cara ganti template blog?" "Buka aja dashboard." "Waduh, gue ga ngerti begituan." Gara-gara teman mengeluh tentang mengganti tampilan blognya, saya jadi kepikiran bikin tutorial sederhana. Tutorial ini berupa prinstcreen dan semoga bisa diikuti semua orang. Oh ya, tutorial ini buat template yang sudah disediakan blogspot ya. Beberapa teman bilang, template yang sempat saya pakai ini bagus. Saya terinspirasi memakai tenplate ini setelah membuka halojepang.blogspot.com. Template ini namanya " magazine ". Kalau diperhatikan sekilas, memang mirip majalah. Seakan postingan terbaru yang bertenger di bagian atas terlihat seperti headline. Dan untuk membaca sebuah postingan secara lengkap, kita perlu mengklik salah satu judul tulisan. Maka akan muncul jendela yang menampilkan postingan tersebut. Template ini sederhana, tidak menyediakan banyak widget kecuali beberapa widget bawaan yang terletak di bagian kanan.

Lebaran Di Mana?

Gambar
kayuagungradio.com             "Sama mama ya?" Mama terlihat penuh harap. Kedua tangan mama menopang dagu. Bisa kulihat dari senyum di bibir dan binar di mata, mama tengah merayu. Namun aku tidak dapat menjawab selain dengan tundukan kepala. Mama mendesah panjang. Ah, mama.             "Hari kedua?" Mama menggenggam kedua tanganku. "Kalau papamu keberatan mengantarmu kemari, mama yang akan menjemputmu. Sekalian mama silaturahmi dengan keluarga papa. Mama sudah lama tidak main ke sana. Setelah itu, kita ke rumah oma. Terus ke rumah Om Farhan, Om Ridwan, Om Anwar, Tante Monika…" Dengan semangat mama menyebutkan siapa saja yang mungkin akan kami kunjungi. Untuk menentramkan hati mama, aku mengangguk-angguk, seakan rencana kami telah pasti.

Simpanan Bapak

Gambar
shutterstock.com             "Eh, kamu sudah tahu, belum?"             Aku menggelengkan kepala. "Tahu apa, Bu Yusti?" Dengan cepat, Bu Yusti menarikku mendekat. Lalu ia berbisik, "Bapak punya simpanan!"             "Waaah," itu responku. "Kok cuma wah? Kamu ini bagaimana sih?" Bu Yusti berkacak pinggang. Kugaruk-garuk kepalaku yang tak gatal. "Memangnya harus bagaimana tanggapan saya, bu? Namanya juga tuan tanah, bapak pasti punya banyak simpanan. Katanya bapak terlalu kolot, makanya tidak pernah menyimpan uang di bank…."             Pletak! Tangan Bu Yusti melayang. "Aduh! Bu, kok saya dipukul?"             "Kamu ini jadi orang polosnya kebangetan! Masak tidak paham? Itu lhoo…" Bu Yusti menggerakkan-gerakkan kedua alisn...

Olivia [Bagian 8]

Gambar
shutterstock.com             Beberapa minggu lagi, Olivia akan menghadapi UAS―sering dipelesetkan menjadi ulangan agak serius . Tugas-tugas bertumpuk. Seperti membuat karangan pendek dalam bahasa Jerman sejumlah seratus kata, merangkum 7 bab untuk pelajaran Agama, mengerjakan kumpulan soal Matematika, makalah bahasa Indonesia. Tugas-tugas itu memaksanya memperbaiku hubungan dengan Nana.             "Nan, aku minta maaf," Olivia mengulurkan sekotak coklat. "Kamu tidak perlu…" Nana membuka kotak coklat itu. "Ini bukan valentine!" Nana terpingkal. Ya, coklat dalam kotak itu berwarna coklat-pink dan berbentuk hati. "Aku mau cari coklat bentuk sapi tapi cuma itu yang ada potongan harga," goda Olivia. "Nah, pasti beli di toko Beauty. Ya kan? Kemarin aku ke sana, beli susu kedelai titipan kakakku. Aku lihat coklat ini di rak." "Yaaah ketahuan. Bukan kejutan dong!" "Hahaha. Salahmu sendiri. Ke...

Habis, Cinta

Gambar
http://www.shutterstock.com/pic-70098184             "Maaf. Tapi aku sudah tidak mencintaimu lagi." Aku menelan ludah. Beberapa detik terasa lambat sebelum aku memalingkan wajah.             "Apa maksudmu?" Pertanyaan bodoh. Mungkin aku salah memahami kata-kata yang baru saja meluncur dari bibirnya.             "Aku tidak mencintaimu. Aku tidak punya perasaan apa-apa lagi padamu. Maaf. Tapi aku tidak mau membohongi diriku sendiri. Aku juga kasihan padamu bila kita menjalani hubungan palsu. Hubungan yang dilandasi rasa kasihan. Karena aku tak mau mengasihanimu. Aku yakin kau kuat tanpaku."             Butuh beberapa detik lagi sebelum aku mengucap, "Oh," pelan dan mengerti.             "Lihat kan? Ka...

Bulan Tanpa Ampunan

Gambar
muhammadamirullah14.wordpress.com             "Hei, tetangga jauh!" Bahrun melambaikan tangan pada Kamidi. Yang disapa hanya melempar senyum. Ini merupakan cara yang biasa dipakai Bahrun dalam menyapa tetangga-tetangga di sekitarnya. Dengan menyebut mereka tetangga jauh. Padahal rumah Kamidi sendiri berhimpitan dengan tembok rumahnya.             "Sampean mau tarawih?" tanya Kamidi. "Iya mas. Mau tarawih juga? Saya naik motor," jawab Bahrun sembari melirik motor bebek tuanya. "Aduh, aku harus kerja," sahut Kamidi. Bahrun mengangguk-angguk tanda paham. "Oh, begitu mas. Bulan puasa banyak rezeki ya? Ya sudah mas, saya pamit dulu. Semoga bisa cepat beli baju lebaran buat anak istri." Kamidi mengacungkan jempol tanpa melepas senyum lebar yang menghiasi wajahnya. 

Olivia [Bagian 7]

Gambar
            "Mas Wahyu?" Olivia melongokkan kepala. Mas Wahyu terlihat bingung melihat Olivia di muka pintu perpustakaan. Setelah mencari-cari dengan kalut, akhirnya Olivia menemukan kekasihnya itu di antara rak-rak buku. "Bukannya tadi kamu pulang? Kamu kan sakit?" tanya Mas Wahyu heran. "Aku….aku…" Susah sekali mengucapkan kata yang tepat. "Aku sehat, mas," sahut Olivia dengan cepat. "Terus tadi, kata kamu…." "Soal yang tadi, maaf mas. Sebetulnya aku sehat." "Tapi…." "Aku bohong." Terjadi kekosongan kata-kata maupun loncatan pikiran di antara mereka. Bisu dan beku. Dua orang yang saling berhadapan tapi tak tahu apa yang harus dilakukan. Olivia yang terus diam dan Mas Wahyu yang tak mengalihkan pandang. Rasanya ganjil sekaligus nyeri.

Ekspansi Emansipasi Ala Tuan Putri

Gambar
              Bagaimana bila emansipasi wanita berekspansi ke negeri dongeng? Apa jadinya kalau putri salju berubah menjadi prajurit perang? Ah, tentu akan semakin menarik dan membuka pintu imajinasi anak-anak. Kini negeri dongeng tidak melulu menggambarkan tokoh 100% hitam atau 100% putih. Tuan putri bukan sekedar sosok lemah yang menunggu uluran tangan pangeran tampan berkuda putih. Tuan putri pun bisa memanah!              Salah satu artikel di VOA, Tak Ada Lagi Putri Tak Berdaya dalam Film Adaptasi Dongeng Klasik , 01 Agustus 2012, kita dapat melihat tren terbaru kisah-kisah adaptasi negeri dongeng. Kekuatan dan keperkasaan telah merambah dalam tokoh-tokoh tuan putri ala negeri dongeng. Tokoh-tokoh tuan putri yang lazimnya digambarkan dengan karakter perempuan lemah lembut berubah wujud menjadi perempuan tangguh yang berperan dalam membuat keputusan-keputusan besar dalam hidupnya. Bagi saya, ini adala...