Postingan

Libur Telah Tibaaaaaaa :D

Gambar
pakaliaja.blogspot.com              Akhirnya libur datang juga! Setelah menjalani satu semester yang menyenangkan bersama teman-teman yang juga menyenangkan, saya harus melambaikan tangan untuk dua bulan ke depan. Masing-masing dari kami akan berpencar dan menikmati masa rehat yang panjang sebelum kembali disibukkan dengan segudang tugas kuliah . Apalagi domisili kami berbeda-beda membuat kami tak punya kesempatan liburan bersama. Oh ya, mereka yang saya maksud adalah Amel , Riri , Fitri , Nidia , dan Dini .

Perempuan Bernama Annisa

Gambar
            Annisa cuma perempuan biasa. Perempuan yang diajari hidup untuk mematuhi. Bahwa hidup sudah ditakdirkan dan selayaknya takdir itu dijalani sebaik-baiknya. Takdir sebagai perempuan yang harus lembut dan anggun. Perempuan itu secanggih apapun sosoknya tetaplah menjadi ibu maupun istri. Dapur adalah tempat kembali. Perempuan diciptakan untuk peka dan perasa. Perempuan yang dipimpin kaum lelaki. Begitulah kira-kira kumpulan opini yang disematkan dalam pikiran Annisa sejak belia. Atau, cuma itulah yang ia pahami benar tentang identitas keperempuanannya.

Nisan-Nisan dalam Doa Kusno

            Di antara bunyi gemuruh petir dan derasnya hujan, Kusno melantunkan doa dengan khidmat. Sesekali ia sesenggukan. Perhatiannya tak lepas dari wajah polos putra semata wayangnya, Fadhil. Permintaanya tidak muluk-muluk. Kusno tidak pernah berharap memiliki sawah lima hektar, rumah gedong, atau mobil mewah. Kusno cuma meminta rezeki yang cukup untuk anak istrinya. Asal bisa makan dan bisa sekolah. Asal tunggakan rumah kontrakan lunas. Asal cicilan baju pada tukang bendring itu juga tidak menghantuinya.

Perempuan Nomor Dua

            Dia muntah-muntah lagi. Bergegas aku menyambar baskom yang selalu kusimpan di bawah ranjang tuanya. "Hoek! Hoek!" Di sela-sela muntah, ia mengerang. Mungkin tenggorokannya sakit. Ia pernah bilang, setiap kali muntah, ia merasa tenggorokannya terbakar. Kuelus-elus punggungnya demi memberi dukungan. Ia menepis tangaku. Masih saja perempuan ini bersikap angkuh seakan tak membutuhkanku. "Hoek!" Kali ini muntahannya bercampur darah. Aku menatapnya dengan khawatir. Namun ia menarik dengan kasar lap yang kubawa. Setelah membersihkan mulutnya, ia kembali membujurkan badan dengan kaku. Bahasa tubuhnya menunjukkan ia menolak berinteraksi lebih jauh denganku. Tidak dengan tatapan, pembicaraan, atau sentuhan.

no title

Gambar
erywijaya.wordpress.com             Terbengong-bengong kumendengar ceritanya. Mengajukan beasiswa ke Jepang? Akan berangkat meninggalkan Indonesia tiga bulan lagi? Meninggalkanku? Seluruh pertanyaan itu berkecamuk. Berputar-putar dalam kepalaku dan menyesakkan dadaku. "Kau serius?" tanyaku. Kau tersenyum sembari mengangguk takzim. "Bagaimana? Kau mendukungku tidak?" tanyamu dengan bersemangat. "Kau tahu aku temanmu. Aku ikut senang bila kau senang. Aku pasti mendukungmu. Aku pendukung terbaikmu! Keberhasilanmu adalah rasa syukurku." Medengar jawabanku, senyummu makin lebar. "Terima kasih, Anna," katamu sebelum membiarkanku tertegun dengan ucapanku sendiri.

Pada Tuhanku

Lidahku terkalang Kelu Hatiku terganjal Abu                                     Tuhanku, dimana-mana kupinta                                     Agar tidak lepas asa                                     Sebab dadaku gagal menampung                                     Goyah dan rapuh...

Titipan Bayi

Gambar
skifibnukhaldunumy.blogspot.com             "Aku yakin, Gani, kau tidak perlu menitipkan Suri padaku. Tidak ada anak yang bisa jauh dari ibunya sendiri. Termasuk Suri. Seburuk apapun keadaanmu sekarang, aku percaya Suri tetap membutuhkanmu. Sesibuk apapun kau, sisihkan sedikit saja waktumu. Demi Suri. Bukannya aku tak mau membantumu. Kau bisa lihat, merawat seorang Suri tidak akan menjadi masalah buatku. Apalagi aku tidak punya anak sebagai tanggung jawabku. Dengan membantumu menjaga Suri tentu aku mendapat kesempatan berperan sebagai seorang ibu. Tapi sekali lagi, Suri butuh kau, bukan aku. Siapa aku sampai Suri ingin berada di dekatku?"

Surat Panggilan

            "Ibu, saya mohon kerja sama ibu dalam membimbing Adi. Belajar itu tidak cukup di ruang kelas lho, bu. Di rumah juga harus belajar. Supaya pelajaran itu benar-benar diserap anak ddan tidak cepat lupa. Kalau ibu cuma mengandalkan kami, guru-guru di sekolah, hasilnya kurang memuaskan. Dengan mengulang pelajaran yang sudah diterima Adi di sekolah, Adi akan lebih paham." Perempuan yang di hadapanku tetap berkelit. Melihat kedua tangannya bersidekap saja sudah membuatku kurang nyaman.

Bocah di Rumah Bulik

            "Winda!" teriak Dirga. Winda menoleh smebari mengusap air mata yang meleleh di pipinya. "Mas Dirga!" seru Winda dengan nada sedih. "Kamu kenapa main jauh-jauh sampai kesini? Tadi Bulik Nanik panik cari kamu kemana-mana. Kalau mau main sepeda, izin dulu sama mas atau bulik. Biar orang di rumah tidak panik. Kamu orang baru di sini, kamu belum hafal jalan. Ayo, biar mas gendong." Dirga mengangkat tubuh mungil Winda. "Sepedaku bagaimana mas?" tanya Winda sambil terisak. Sepeda berwarna merah jambu itu terlihat kotor dan lecet di sana sini. "Iya, kita bawa," hibur Dirga.

Wayang Kulit Bekasi, Seni Lokal yang Kurang Publikasi

Gambar
Ki Dalang Naman Sanjaya             Wayang kulit! Ini merupakan pengalaman pertama sekaligus sangat berkesan bagi saya ketika menonton sebuah pementasan wayang kulit Bekasi di daerah Pekayon, awal bulan Mei lalu. Kebetulan saya tengah mengerjakan tugas pembuatan film dokumenter bertemakan kebudayaan Indonesia. Tak disangka saya bertemu dengan salah satu dalang wayang kulit kenamaan dari Bekasi, Ki Dalang Naman Sanjaya. Beliau adalah keturunan Ki Dalang Belentet yang telah mendalang sejak tahun 1918.

Kau dan Waktu

Gambar
Tidak pernah akan ada cukup waktu mengenalmu. Seperti waktu yang terus berputar dan tidak berhenti atau menunggu. Kau akan terus berubah, berproses. Menjadi lebih baik dalam beberapa hal atau sesekali buruk dalam hal lain. Tidak masalah. Bukan salahmu. Toh kau manusia. Dan aku menyukai sisi manusiawimu. Ketika kau menerima dan memahami jatuh bangunmu adalah wajar. Sehingga kau membantuku turut belajar, bagaimana hidup dan menghidupi.        Tahu tidak? Tidak perlu meluangkan waktu untuk memikirkanmu. Sebab tanpa punya waktu pun kau telah berdiam dalam salah satu sudut kepalaku dan belum pernah berpindah. 

Bekasi Punya Tari

Gambar
para penari dirias             Bekasi punya tarian khas tidak sih? Punya! Ada dua tarian kreasi khas Bekasi yang tengah giat dipelajari kaum muda Bekasi. Tari Dododgeran dan Tari Kembang Bekasi. Tari Dodogeran diperuntukkan bagi anak-anak yang masih bersekolah di bangku TK, SD, dan SMP. Sementara Tari Kembang Bekasi yang menggunakan properti topeng dan kipas diperuntukkan bagi remaja dan dewasa.

Bulan Telah Mati

Gambar
artstudio87and1half.com             Kata mereka, bulan telah mati.             Aku terhenyak, terhuyung ke sudut. Air mataku meleleh. Siapa mereka sampai berani berkata bulan telah mati? Kudengar lagu-lagu perlambang duka cita dan suara isak tangis mengantar kepulangan bulan ke pangkuan semesta. Seluruh persendian tubuhku lunglai hingga aku terbungkuk dan bergetar menahan tangis. Aku tidak mau percaya! Dengan panik kututup setiap celah yang dapat ditembus gelombang suara. Seluruh jendela dan pintu kugembok. Namun suara-suara di luar sana, suara-suara yang percaya akan wafatnya bulan, berusaha membunuh kesadaranku.

Di Balik Layar Gepuk Karuhun dan Ikan Balita

Gambar
            Setiap berkunjung ke suatu tempat, hal yang biasanya kita cari adalah makanan khas. Begitu pula bila anda datang ke Bogor. Anda tentu tidak ingin melewatkan kesempatan wisata kuliner di kota hujan ini. Jika asinan Bogor, roti unyil, atau toge goreng sudah anda cicipi, tidak ada salahnya anda menjatuhkan pilihan pada gepuk Karuhun. Makanan olahan dari daging sapi ini tidak cuma lezat tapi juga mengenyangkan.             Saya akan membagi pengalaman hari ini berbincang dengan Mbak Ika, salah satu pendiri Gepuk Karuhun dan Ikan Balita. Gepuk Karuhun dan Ikan Balita sendiri berada di bawah naungan PT Anofood Prima Nusantara yang merupakan perusahaan keluarga. Selain Mbak Ika, dua pendiri lainnya adalah orangtuanya yaitu pasangan Ibu Ana dan Bapak Tarjono. Perusahaan ini berdiri tahun 2006 silam. Sementara Gepuk Karuhun dan Ikan Balita telah ada sejak tahun 1998. Kedua produk ini tela...

Pekerjaan Keren

Gambar
ppfkb.blogspot.com             "San, kalau Bakso Pak Mul kiosnya dimana?" Yang di seberang telpon tertawa. "Mir, sejak kapan kamu suka bakso? Bukannya kamu phobia bakso sejak nonton acara investigasi di televisi? Katamu banyak bakso dicampur daging tikus dan ikan busuk. Pengolahannya juga buruk karena alat giling daging dipakai bergantian tanpa dicuci. Ada angin apa kamu jadi tanya kios bakso?" Aku menepuk paha dengan keras hingga orang yang lewat di dekatku mengeryitkan dahi. "Bukan, San. Mana mau aku makan bakso kalau bukan buatan istriku. Biasa, ada dokter yang minta. Ayolah bantu aku." Ihsan terkekeh, "Iya, iya, sekarang kamu di mana? Biar aku yang beli dan antarkan baksonya."

Lamaran Jono

Gambar
shutterstock.com/pic-6636634              Boys will be boys. Sialan. Persetan. Siapa orang sok tahu yang berani membuat pepatah demikian? Siapa makhluk sok pintar yang berani menganggap semua anak lelaki akan tetap menjadi bocah lelaki? Tahu apa dia, memangnya dia sudah melakukan survei terhadap laki-laki di seluruh dunia? Pasti dia tidak tahu dampak dari perbuatannya, membuat slogan itu!             "Kata orang, lebih baik perempuan menikahi laki-laki yang lebih tua dibanding dirinya. Laki-laki tidak setahan banting perempuan. Laki-laki tidak sedewasa perempuan. Karena seorang perempuan akan mudah mengubah diri menjadi seorang wanita dewasa, seorang perempuan akan menjadi ibu bagi anaknya. Ketika seorang perempuan memiliki anak, akan tumbuh rasa tanggung jawab dan ingin mengayomi dalam hatinya. Sehingga ia segera menyesuaikan diri dan paham betul posisinya. Apa kamu percaya?" Aku bukan p...

Beragam Kisah, Beragam Nama, Itulah Cinta

Gambar
kampungfiksi.com Judul                :           Banyak Nama untuk Satu Cinta Penulis              :           Kampung Fiksi dan Sahabat Penerbit            :           Leutikaprio Tebal                :           193 halaman Cetakan           :           Pertama, April 2012             Anda penikmat buku cecintaan? Atau anda pemuja romansa? Pastikan di...

Ketika Media Menjadi Pembunuh

Gambar
http://en.wikipedia.org/wiki/Mad_City_(film)             Media dapat mengubah hidup seseorang. Media dapat berperan dalam membesarkan atau menjatuhkan nama seseorang. Kira-kira itulah sebagian pesan dari film Mad City yang dibintangi oleh John Travolta dan Dustin Hoffman. Film ini tidak sekedar menunjukkan kisah seorang satpam yang dipecat lalu bertindak nekat akibat frustasi kehilangan pekerjaannya. Mad City juga menunjukkan betapa media berperan besar dalam membangun bahkan menggiring opini dan keberpihakan masyarakat.             Dikisahkan, Max Brackett (Dustin Hoffman) dan rekannya Laurie mendapat tugas meliput sebuah museum. Max Brackett mewawancarai kurator musem tersebut, Nyonya Banks. Ketika Max berada di toilet museum, ia melihat Sam Baily (John Travolta) mengeluarkan senapan dan terlibat sedikit adu mulut dengan Nyonya Banks. Sam yang merasa Nyonya Banks tidak mau memberinya...

Tempat Kembali

            "Pak, sudah waktunya pindah." Pak Kar mematung di depan foto mendiang istrinya yang tergantung di dinding. Cuma itu satu-satunya potret sang istri yang ia miliki. Lama ia tidak bicara kecuali membiarkan matanya merekam tiap titik dalam foto dan berusaha mengembalikan memori. Tentang istri yang ia cintai. Tentang rumah yang ia tinggalin. Tentang kehidupannya, masa bahagianya, pencapaiannya, rasa penuh sykukurnya. Akhirnya ia rela. Dalam hatinya ia mencoba melepaskan jepit-jepit yang mengempit. Ketika pandangannya hanya terfokus pada satu hal dan pikirannya melayang bukan hanya wajah istrinya yang rupawan.

Hero-mu

Gambar
http://www.shutterstock.com/pic-98019845/             "Kamu maunya apa? Begini salah, begitu salah. Jangan ngambek terus dong!" keluh Flo. "Masak kamu ga ngerti juga dari tadi aku mau apa?" tanyaku sewot. Flo bersidekap, "Memangnya apa? Mana aku tahu apa maumu kalau kamu saja ga mau bilang! Memangnya aku peramal bisa tahu apa mau kamu sekarang atau nanti? Kamu kok kayak anak kecil!" Kini aku yang bersidekap dengan mata melotot, "Siapa yang anak keciiil???" Mungkin pemandangan yang kalian lihat, ya, pertengkaranku dengan Flo, sangat tidak enak ditonton. Baik aku maupun Flo sama-sama keras kepala. Kami saling meninggikan volume dan seakan tertarik berlomba mengeluarkan bola mata. Kepala kami tengah sama-sama panas. Ini bermula dari hal yang sangat sepele. Saking sepelenya, sampai aku malu jika kalian tahu.